7. Elo, Darren

177 59 136
                                    

Semalam, pertengkaran Izura dan Katherine terjadi. Membuat ricuh seisi rumah, terlebih dengan teriakan-teriakan melengking milik Izura. Hanya hal sepele pemicunya, yaitu memperebutkan remote televisi.

Akibatnya hubungan kakak beradik ini merenggang. Terlebih, sebelum ini pun Izura dan Katherine sama sekali sukar untuk bisa akur. Hal tersebut tentu saja tidak dipedulikan oleh Izura, dia memilih berangkat sendiri tanpa sang kakak. Mudah bukan.

Tepat saat langkahnya keluar dari teras, kaki Izura tersandung batu dan jatuh.

BRUK!

Swing.

Izura meringis pelan, berusaha berdiri sambil membersihkan roknya dari beberapa debu yang bertengger manis di sana. Pandangannya kini teralih pada sesuatu—sebuah barang. Tas ditangannya hilang entah ke mana.

"Astagfirullah, tas Izy mana ya Allah," sentak Izura kaget. Tubuhnya berbalik kesana kemari mencari keberadaan tas gendongnya. Dan ternyata, tas milik gadis bersurai ini sedang stay anteng di atas pagar tinggi menjulang rumah Izura.

Dia menelan ludah susah payah, melihat betapa mungil tubuhnya untuk pagar setinggi itu.

Tuing.

Izura melompat dan tidak berhasil.

Tuing, tuing.

Kembali tidak berhasil.

Tuing!

Raut lelah Izura terpampang jelas, ia mendongak melirik tas tersebut dengan hati dongkol. Berharap ada keajaiban menghampiri Izura secara spontan.

"Abra kadabra," seru Izura penuh harap. Gadis itu berdiri dengan mata tertutup, tangan mengayun lembut diudara seolah tengah mengarahkan tongkat sihir, arahan telunjuknya mengarah ke atas—pagar pembatas. Ia benar-benar menyerupai ibu peri yang sedang membaca mantra.

"Bim salabim, turun!"

Izura menyipit, mengintip dibalik kelopak matanya, tas itu masih tak bergerak.

"PIM PIM POM!"

"Aero."

"Turun lo tas. Satu, dua, tiga, prok prok prok jadi apa. Turunnn!" Izura mencoba berbagai cara dengan senantiasa mengatupkan matanya. Mengkhayal memiliki ilmu sihir hingga tasnya dengan ajaib telah tiba digenggaman tangan Izura.

"Nih!"

Izura memicing, dengan perlahan dia membuka sempurna matanya dan melihat tas gendongnya sudah tersampir di depan mata. Tatapannya perlahan bergerak ke atas hingga menemukan Darren yang sedang menentang tas itu tanpa ekspresi.

"Ambil! tangan gue kebas!" perintah Darren tanpa ekspresi dan terdengar sinis.

Izura menerima tas itu bahagia, membulatkan matanya, mencoba menilik Darren dengan ekpresi bodoh, "gue belum tau nama lo. Siapa nama lo? Please ga butuh kacang?"

"Gak jualan kacang."

"Walaupun lo jualan ntu kacang, kagak bakal gue beli. Jawab gih pertanyaan gue, sombong amat jadi cowo. Nama lo siapa?" Izura tersenyum cerah bagai orang gila.

"Penting?"

"Ya iyalah bambang, emang lo mau gue sebut kambing guling?"

"Terserah."

Senyuman Izura terbit walaupun sedikit tertahan, sebisa mungkin ia tersenyum lebar seperti biasa, "nama lo siapa?"

"Darren."

Setelah berujar demikian, Darren pun bersiap pergi. Dia berjalan ke kanan, begitupun dengan Izura. Otomatis mereka saling tertahan.

"Minggir!" Perintah Izura menekankan perkataanya.

Katakan! Siapa Pengirimmu?(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang