18. Notes untuk Darren, lagi

102 43 64
                                    

'Hidup tidak melulu soal cinta. Tapi hidup tanpa cinta hanya sebuah perasaan hampa. Maka, izinin gue ngisi rasa itu buat elo, Darren.'

Dari: 'Aku'
....

"Siapa nama ayahmu?"

Dengan ragu Dery menjawab, "Sam Debrian."

Radana tersenyum, tidak, dia menyeringai pada Dery dengan tatapan tajam mengintimidasi. Radana meremehkan, seolah mengejek.

"Pantesan kamu kaya gini."

.
.

"Mau ke mana, kamu?" tanya Radana sinis menatap putri sulungnya.

"Aku mau ketemuan sama Dery yah." Katherine jujur dengan mata menatap lurus pergelangan tangannya. Kikuk.

Brak.

Meja terpukul keras oleh Radana, menatap nyalang putrinya ini. Ada kemarahan para tatapan dan raut wajah tegasnya. Sedikit menggoyahkan perasaan Katherine. Ia merasa takut.

"Ayah udah bilang, jauhi anak itu. Dia ga baik untuk kamu. Jadi mengertilah Katherine, jangan membantah perintah ayah."

Katherine mendengus dengan kaki menghentak, gadis itu jadi mengurungkan niatnya untuk pergi dengan Dery. Dia malah membawa tubuhnya ke kamar Izura.

"Ketty benci ayah!" pekiknya di depan kamar sang adik. Jika bukan karena ucapan ayahnya, dia juga tak akan mengalami kekesalan seperti ini.

"Katherine, jaga ucapan kamu. DENGARKAN AYAH JIKA AYAH SEDANG BICARA."

Bukannya menurut, gadis itu malah dengan lancang membuka kamar Izura, meninggalkan ayahnya mengoceh sendiri di ruang keluarga. Katherine tak butuh izin masuk ke sana, jadi dia dengan seenaknya duduk dikasur Izura. Si pemilik kamar pun tak menyadarinya.

"Lo lagi bikin surat buat siapa?" tanya Katherine berbasa-basi.

Deg!

Izura segera menyembunyikan kertas mungil itu di laci mejanya, "e-eh kakak. Gue ga tau lo ada di sini." Izura berkata kikuk, walaupun begitu dirinya tetap mendekati Katherine dan duduk disamping sang kakak.

"Lagi nulis apaan lo," selidik Katherine blak-blakan.

"Bukan apa apa. Kepo aja lu jadi orang. Btw mau apa negara api ke kamar gue, ga biasanya. Wah, apa jangan-jangan lo mau—"

"Eh tolol, berhubung gue ga mau debat. Sekarang gue minta bantuan lo. Mau kan elo." izura memicing curiga, tangannya bersidekap dada dengan pose ala-ala detektif. Perasaannya mulai tidak enak. Apa Katherine mau berulah lagi.

"Gue curiga lo mau bikin rumah ini rusuh lagi."

"Tau aja lo." Katherine cengengesan.

Benar bukan dugaan Izura, dia mendengus lalu menatap Katherine sinis. Entah nasib buruk apa dia bisa punya kakak seperti Katherine.

"Udah deh kak, lo ga usah bikin rumah ribut mulu. Itu bikin gue gatel pengen gorok lo, tau ga. Makanya jadi kakak itu punya etika dong."

"Sebenci apapun elo sama gue, kodratnya emang elo tetep di bawah gue. Ngarti," sinis Katherine. Jari telunjuknya mengacir tepat menunjuk Izura dari kepala sampai kaki. Membuat Izura jengah.

Semua anggota badan Izura dia absen.

"Sebebasnya elo aja."

Izura lebih memilih membuka ponsel daripada meladeni Katherine. Bersama orang itu hati Izura rasanya ingin meledak keluar dari tempatnya. "Zy, lo mau nomer hape Darren gak?" tawaran itu cukup mengasikan bagi Izy.

Katakan! Siapa Pengirimmu?(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang