"TRESAA MUKA GUE KEK HANTUU!" pekik Zael kaget. Wajahnya melotot penuh keheranan saat netra coklatnya menilik pantulan dirinya dicermin. Cekikikan dari semua arah kian menggaduh, riuh dan ricuh. Zael semakin memonyongkan wajahnya.
"Kamu lucu kok, gemesin banget," ujar Tresa jujur. Tangannya tak tinggal diam, turut ikut andil mencubit pipi Zael gemas. Perlakuan itu membuat Zael membeku. Seakan semua waktu terhenti hanya karena sentuhan Tresa.
"Wah temen gue baper," celetuk Simon. Izura terkekeh, duduk anteng tanpa mengetahui bahwa Simon telah berada tepat di dekatnya. Yang mereka tonton sekarang adalah aktivitas dua sejoli di tengah keriuhan ini. Tresa dan Zael.
"CIE CIE," sorak semuanya kompak.
Tresa bersemu malu, wajahnya bak kepiting rebus, "astaga gue lupa ini lagi di panti."
"Kak Zael pacalan yah?"
"Ih wajahnya merah. Mereka kebakar yah?"
"Kak Zael lucu."
"Ini lagi konser yah?"
"HAI EVERY BODY. HARI INI ZAEL KATANYA MAU JADI BADUT. BERIKAN OPLOS."
Terakhir yang terdengar adalah pekikan Zail setelah ribut suara anak-anak terdengar. Izuda bertepuk tangan heboh dan mengiyakan. Memberikan beban besar untuk Zael, Izura memang tak bisa diandalkan.
"Enak aja lo, Zail. Kalo ngomong seenaknya aja." Zael berbisik ditelinga kembarannya.
"SETUJU KAN ANAK-ANAK!" Suara Zail terucap lantang.
"Setujuu!" kompak semuanya. Zael menepuk jidat dan memelas, berucap lantang dalam hatinya. Mak, tolongin Zael mak. Anakmu lagi mau ditumbalkan. Oh TIDAK!
.
.Suara dentingan sendok saling beradu terdengar, aroma chese dari hidangan di depan mereka juga mendominasi penciuman Izura. Restoran kecil namun damai ini menjadi sasaran Izura dan para temannya untuk menyantap makanan sore itu.
Tangan kekar seorang pemuda di sebelahnya menyenggol Izura, mau tak mau Izura menoleh. Memastikan apa yang terjadi, "kenapa?" tanyanya menakutkan alis bingung.
Simon menyengir, memamerkan deretan gigi seputih kapas miliknya, "gue ga suka keju, makan nih. Gue jijik!"
"Salmon... Lo gila," pekik Izura mengagetkan para temannya. Semua mata dimeja tersebut kini mengarah padanya, seolah menuntut penjelasan karena telah mengagetkan mereka.
"Apaan sih Zy, kalian ribut mulu," celoteh Tresa menyeruput lemon tea pesanananya. Di sampingnya duduk seorang gadis dengan telinga tersumpal earphone, siapa lagi kalau bukan Liliack. Hidupnya tak jauh-jauh dari benda itu. Izura bahkan tak habis pikir.
"Kok gue, Simon tuh yang mulai. Dia bilang ga suka keju, padahal dia lagi makan friend chicken. Kan dodol," opini Izura ditanggapi cengengesan oleh Zael. Karena sejatinya Zael tahu betul, Simon tidak bisa berhenti bercanda diberbagai situasi. Aneh.
"Itu Veriasi Zy," Simon mengelak. Menyantap kembali hidangan penutupnya.
"Vareasi mata lo rabun. Jadi manusia ga ada serius-seriusnya lo idup. Kerjaannya becanda mulu," omel Izura. Temannya kembali acuh setelah menggeleng berulang kali. Sudah pasti Izura dan simon akan bertengkar. Lagi.
"Kalo sekarang bisa ketawa kenapa harus nunggu besok. Hidup itu untuk mencari kebahagiaan bukan gudang keseriusan."
Izura tertohok. Dia menyimpan sendok dan garpu di piring hidangan. Menatap Simon lekat dengan lengkungan termanis yang dia punya. Tangannya senantiasa menopang dagu, meneliti setiap inci wajah sahabatnya yang akhir-akhir ini selalu mengganggu Izura. Tanpa sebab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakan! Siapa Pengirimmu?(TAMAT)
Teen Fiction"Hey, boy. Cewe sekalinya dikasih harapan pasti bakal tetep bertahan. Dia ga akan terus berjuang kalo elo ga buka jalan." ~dia~ Sama seperti Izura. Mendapat Bunga rahasia tanpa identitas membuatnya yakin bahwa si pengirim selalu bersamanya ... orang...