43. Izura sakit

74 27 41
                                    

Hari ini Izura habiskan dengan terbaring lemah di kasur. Tak banyak yang dia lakukan, hanya tidur, tidur dan tidur. Demamnya lah yang jadi dalang.

Bahkan Izura tidak sekolah karena demam ini, mungkin penyebabnya karena Izura terlalu memikirkan banyak hal. Terlebih tentang Darren, argh Izura kembali merasakan pening di kepalanya.

Bahkan saat matahari telah tepat menyongsong di atas kepala, teman-teman sekolah Izura datang menjenguk. "Izy, lo ternyata bisa sakit juga, yah." Tresa berjalan sewot kearah Izura, duduk ditepian ranjang. Disusul yang lainnya mengikuti Tresa.

Izura tak banyak bicara, hanya di tanggapi senyuman simpul saja. Disana sudah berdiri para temannya termasuk Liliack, Tresa, Simon, Zael, Zail, Verni dan teman kelas lainnya.

"Gue pikir lo mati," celetuk Simon tak bermutu. Pria itu meraih apel di keranjang yang harusnya diberikan untuk Izura, memakannya lalu duduk di atas meja samping Izura.

"Itu buat Izy. Kok malah dimakan sih, dasar kuman," omel Tresa mengambil alih keranjang ditangan Simon, tak lupa Tresa juga menatap garang pada cowok bermata hitam legam dihadapannya. Cowo yang selalu berbuat onar.

Izura berdehem, "Mo, bagi dong," lirihnya disamping Simon. Dia tersenyum simpul saat mata teduh Simon menatapnya lembut. Entah kenapa rasanya sosok menyebalkan Simon tak terlihat olah Izura saat ini. Hanya ada Simon yang tenang dan teduh.

"Boleh, sekalian gue kupasin." Simon meraih apel baru, mengupasnya telaten dan membuat kebingungan dibenak para temannya terutama Zael yang notebane-nya cowo tengil dan usil.

"Ehem-ehem, si dia perhatian ni ye?"

Izura menutup mata pelan, menetralkan debarannnya. Jujur, baru kali ini dia mendapat perlakuan semanis ini dari Simon, walaupun Simon selalu bersamanya tapi yang selalu Izura lihat adalah keusilan Simon. Berbeda dengan kali ini.

"Lo sirik," ejek Simon tenang, "kalo lo mau apel bawa aja sendiri. Malah maen sirik aja nih bocah. Ckck."

Zael melongo, menggeleng lalu kembali acuh. Biarkan saja pikirnya, Simon memang tidak waras. Izura bangun dibantu Liliack, dia duduk menyender pada tepian ranjang. Sebagian temannya pulang setelah mengucapkan semoga lekas sembuh padanya. Izura lagi lagi tersenyum kecil.

"Nih, mau gue suapin?" Izura mengerjap. Sungguhkah ini Simon? Pria ini menatapnya teduh dengan suara rendah yang lembut. Mampu Mendobrak hati nurani Izura, dia bersemu.

Keterlaluan!!

Izura membuang muka karena malu. "Gue bisa sendiri," kilahnya kikuk.

"Gpp, mumpung gue lagi baek, gue takut elo mati." Plak, bagai hantaman yang tek terlihat bagi Izura. Ucapan Simon mampu membuatnya kembali marah, harusnya dia tahu bahwa Simon memang tak pernah bisa khawatir. Setidaknya yang dilakukan sahabatnya yang satu ini hanya bercanda dan bercanda.

Izura menghela napas berat, dia menatap arah lain dan menunduk.

"Lo ga khawatir apa?" tanya Izura ragu. Tresa, Liliack, dan Zael saling pandang. Mengerjap satu sama lain saat melihat interaksi Izura dan Simon yang bisa dikatakan cukup dekat. Izura bahkan acuh akan kehadiran ketiga teman lainnya.

"Khawatir? Sama elo. Ngimpi amat Bu."

Izura semakin menekuk bibirnya, kesal dengan pernyataan Simon, "iya deh ngerti. Lo mana bisa khawatir sama gue. Elo kan ga berperasaan."

Zael terkikik melihat ekspresi Simon yang mengernyit dalam, nampaknya dia tak terima dengan ucapan Izura. Disisi lain ada Tresa dan Liliack yang menggusur si kembar menjauh dari kamar Izura, sengaja agar mereka berdua dapat bicara tentang tanpa gangguan.

Katakan! Siapa Pengirimmu?(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang