"Gue ga bisa liat Izura nangis karena elo lagi bro." Simon menarawang, netranya menatap hamparan rumput tersebut dengan kosong.
"Bukan Katherine penulis note itu, tapi Izura. Temen selaku sahabat gue yang nulis notes-notes tersebut buat elo. Dia pengagum rahasianya bukan Katherine," lanjut Simon mantap. Tak ada keraguan di manik matanya, hingga sosok pria berahang tegas di depannya terdiam kaku.
"Lo yakin?"
Simon terkekeh, "lo pikir gue bohong. Apa elo liat kebohongan dimata gue, gak ada kan. Jadi sekarang lo tentuin sendiri. Percaya sama gue, atau sama perasaan elo yang hampa itu."
Darren tersentak. Ucapan Simon amat sangat menohoknya. Jika benar begitu, lalu kenapa Izura tak pernah menyanggah ucapan dia selama ini. Bahkan dihari dimana dia memberikan Katherine coklat.
"Izura ga jujur ke gue."
"Gimana dia mau jujur, secara elo sendiri mikirnya Katherine pengirim note itu. Izura hanya berharap lo bisa mengenali dia dari tulisan itu. Tapi nyatanya, lo bahkan ga tau kalo Izura lah pengirimnya."
Simon bangkit, memakai Hoodie biru kesayangannya lalu berniat pergi. Jika saja Darren tak menghentikan dia. "Kenapa lo ungkapin ini semua ke gue."
Simon tersenyum miring, "karena gue ga bisa liat Izura nangis berulang kali hanya untuk menangisi cowo kek elo. Yang bahkan ga pernah ngelirik perjuangan Izura. Kalo cuma mau baperin doang, ngapain lo singgah. Ujung-ujungnya cuma ninggalin luka."
Darren terkujur kaku. Dia tak tahu apa yang harus dikatakan. Ini terlalu mendadak, "gue ga pernah baperin dia. Izura yang deketin gue duluan."
"Hey boy. Cewe sekalinya dikasih harapan pasti bakal tetep bertahan. Dia ga akan terus berjuang kalo elo ga buka jalan," tegas Simon sarkastik.
"Lo bicara sebagai siapanya dia?" Darren mengangkat kedua alisnya.
Simon menjabat tangan Darren ramah, "kenalin. Gue Simon Erlangga, tenangga sekaligus temannya yang peduli terhadap dia." Simon menekankan kata 'peduli' pada perkataannya.
Setelah itu Simon pergi namun sambil mengucapkan sesuatu pada Darren. "Jangan bikin orang yang gue sayang nangis lagi," sinis Simon penuh penekanan.
Tinggalah Darren seorang diri, mencerna setiap untaian kata dari Simon barusan.
.
.Darren_
Tmuin gue di tamanIzura menerima pesan singkat itu barusan. Tak seperti biasanya Darren mengajak dia bertemu, di taman pula. Sedangkan jarak taman dan rumahnya cukup jauh. Kenapa dengan Darren, pikir Izura.
Tak mau Darren menunggu, Izura segera berangkat, berpamitan pada Katherine, memesan taxi dan melesat membelah jalanan komplek.
Tujuannya hanya satu, bertemu Darren.
Pun ketika Darren sudah ada dihadapan dia, Izura tersenyum cerah seperti biasa lalu mendekat. Berdiri di depan Darren yang tingginya tak sepadan dengan Izura.
"Darren. Lo ngapain nyuruh gue ke sini, ada yang mau lo bilang ke gue. Hem?" tanya Izura lembut dengan tetap mempertahankan senyumannya.
Darren tak menjawab, pemuda itu malah mengambil sebuah kotak disakunya, membukanya lalu mengeluarkan benda di dalam sana. Sebuah kalung berbandul hati.
Izura sedikit terlonjak, itu adalah ... kalung yang dia kembalikan.
"Da-Darren lo mau ngapain?"
Tak dia jawab pertanyaan itu. Darren malah memakaikan kalung itu lagi ke leher jenjang Izura untuk kedua kalinya. Sungguh membuat jantung Izura berdetak kencang. Gadis itu, mematung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakan! Siapa Pengirimmu?(TAMAT)
Teen Fiction"Hey, boy. Cewe sekalinya dikasih harapan pasti bakal tetep bertahan. Dia ga akan terus berjuang kalo elo ga buka jalan." ~dia~ Sama seperti Izura. Mendapat Bunga rahasia tanpa identitas membuatnya yakin bahwa si pengirim selalu bersamanya ... orang...