30. Kebenaran terungkap

83 30 39
                                    


"Harapan tetap ada sebelum orang yang berharap menyerah dan tumbang."

Dari: 'Izura'
.....

Izura yang sedang duduk manis di tepaspun akhirnya tertohok dengan tawaran Katherine.

"Mau ga Izy, kita baik loh niatnya biar lo ga bosen di rumah sendiri. Iya ga Darren?" tawar Katherine yang bergelayut manja di lengan Darren. Memangnya Darren tidak risih apa?

Katherine sengaja memancing kecemburuan dari Izura, gadis bersurai ini sudah tau akal busuk kakaknya.

"Ga usah kak," tolak Izura kembali pokus pada buku Fisika di pangkuannya.

"Izy, kita ini ngajakin kamu makan siang loh." Katherine meyakinkan Darren agar membujuk adiknya agar ikut bersama mereka.

"Apa susahnya jawab iya," sinis Darren.

Susah Ren, kalo di sana gue cuma jadi kamcong doang. Liat kalian bermesraan!!

Izura menarik napas perlahan, menatap kedua orang dihadapannya lalu tersenyum cerah, "oke gue ikut."

Setelahnya Izura, Katherine dan Darren berangkat bersama. Walaupun Izura harus mati-matian menahan perasaan cemburunya. Berkali-kali hatinya terpatahkan oleh Darren.

Hanya satu alasan Izura masih memperjuangkan lelaki itu. Kebenaran notes miliknya.

Tidak peduli seberapa sakit hatinya terhantam, Izura akan tetap bertahan. Seperti batu karang yang tetap diam menerima terpaan ganas ombak laut.

Izura akan seperti itu, belajar menjadi batu karang.

.
.

Izura menggenggam sendok itu erat, melampiaskan kekesalan hatinya terhadap dua orang dihadapannya yang sedang saling melempar senyum.

Jujur, Izura terluka.

"Lo suka makanannya?" tanya Darren pada Katherine yang sedang melahap makanan tersebut.

"Suka banget malahan. Em Izy, lo ga ikut makan juga. Ini enak loh." Katherine tersenyum sinis menatap sang adik. Izura menanggapinya dengan senyuman lebar dan menggeleng.

"Tapi pasti ga seenak buatan Bu Ratih."

Darren terdiam mendengar pemaparan Izura. Pemuda itu tersenyum simpul pada Izura, membuat kelegaan tersendiri bagi Izura. Setidaknya ia bisa dilirik oleh Darren, lelaki itu sudah sangat sukar Izura raih.

"Kapan-kapan gue ajak elo makan bareng ibu," tawar Darren jujur.

Izura tersenyum sambil mempertahankan rona merah di pipinya, "gue pernah makan makanan Bu Ratih dan wow rasanya enak. Ga kalah kok sama makanan bintang lima. Hhehe."

"Gue jadi kangen rumah."

"Kalem aja, rumah lo aman kok. Yang mesti dikangenin itu bukan rumahnya tapi gue, ntar kalo gue pergi lo bakal rindu sampe guling-guling," canda Izura sesekali menyeruput minumannya.

Tawa Darren terdengar pelan, membuat Katherine merenggut kasar. Niatnya adalah memanas-manasi Izura dan malah dia yang terpanasi di sini.

"Gue rindu sama lo? Mimpi aja lo."

"Mimpi itu kebutuhan, ga baek manusia ga punya mimpi. Entah mimpi baik, mimpi buruk, atau mimpi basah."

Tuk.

Izura merenggut, baru saja Darren mengetok kepalanya dengan sendok yang dia gunakan untuk makan. Alhasil kotorlah kepala Izura. Sakit pula.

"Lo kenapa ngetok pala gue. Kalo ntar infeksi mesti tanggung jawab lo."

Katakan! Siapa Pengirimmu?(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang