17. Permohonan Izura

97 42 125
                                    

"Tanpa diminta pun, gue udah jauh dari lo."

Dari: 'Izura'
....

Simon berjalan gontai, menjauh dari ruang televisi menuju ke dapur. Perutnya keroncongan minta diisi, lagi pula Izura tadi sudah bilang padanya untuk menganggap rumah Izura sebagai rumah Simon sendiri.

Dan sekarang Simonpun sedang melakukan hal itu.

Tangannya berhasil meraih pinggiran kulkas, lekas saja dia buka, "widih, puding nih. Enak bener, pelit banget si Izy punya puding ga ngasih-ngasih."

Selang beberapa detik setelah mengoceh, Simon akhirnya beranjak dan  duduk di meja makan. Menyantap sendiri puding stroberi milik keluarga Radana dengan rakusnya. Kebetulan orang tua Izura juga tidak ada di rumah. Simon semakin terlarut dalam hidangan menggugah yang baru saja ia temukan.

"SALMON!! LO NGAPAIN? LAMA AMAT DI DAPUR GUE," pekik Izura nyaring dengan tatapan yang masih terkunci pada layar televisi di depannya.

Adegan hantu bergaun putih penuh darah itu tengah mereka saksikan, oleh karena itu tidak baik jika Izura mengabaikannya. Terlalu menegangkan untuk dilewatkan.

"JAWAB KEK SALMON."

Izura mengangguk paham setelah Simon menjawab dengan teriakan balik,  sangat nyaring, "lagi makan!!!"

Netra Izura tidak sengaja terarah para Tresa dan Zael. Keningnya berkerut saat melihat dua sejoli itu saling berpelukan. Raut wajah Tresa ketakutan, Izura paham bahwa Tresa melakukannya karena tidak sadar, tapi Zael? Pasti modus lah dia.

"EHEM EHEM," dehem Izura cukup keras, sengaja mengganggu aktifitas Tresa bersama Zael. Membuat orang iri saja. Pikir Izura.

Tresa tak tergoyah. Posisinya pun masih sama, bergelayut manja di lengan kekar Zael. Begitupun Zael, pemuda itu malah anteng menikmati kesempatan emasnya. Kapan lagi bisa pelukan bareng cewe cantik.

"EHEM EHEM," pekik Izura lebih keras lagi. Berharap keduanya mendengar.

Tapi, respon dari Tresa adalah gelengan kepala saja, Tresa menjawab asal dengan mata yang tetap terpokus pada layar dihadapannya. Belum sadar akan posisi dia dan Zael.

"Kenapa Zy? Keselek lo. Nih minum dulu." Zael menanggapi santai tanpa minat.

Izura menatap Tresa tak percaya, "lo pada malah pacaran di sini! Gerah mata gue." Tresa sontak mendelik, tangannya segera ditepisnya dari Zael. Menatap Izura segan. Tresa sungguh baru menyadari akan keadaannya, kini dia sangat malu atas perbuatan spontannya.

"Reflek Zy, bukan beneran disengaja," jujur Tresa memainkan jemari lentiknya. Wajahnya kembali tersipu dengan semburat merah merona menghiasi pipi chubinya.

"Ah elo sih, Zy. Liat noh! pergikan moment emas gue," tutur Zael tak terima. Izura mendelik, benar-benar mesum si Zael ini. Izura memilih acuh atas respon Zael, menatap layar televisi tersebut dengan pokus. Ia kembali menonton.

"Moment emas? maksudnya apa Zael?"

"Itu bukan apa apa kok Tres," jawab Zael kikuk. Dia keceplosan mengatakan itu, padahal masih ada Tresa bersama mereka. Untungnya Tresa tidak paham.

"Boong ya lo, awas jangan punya pikiran macem-macem tentang gue," sinis Tresa datar, membuat pemuda itu mendengus dengan menyenderkan kepalanya pada sandaran kursi. Rasanya ucapan Tresa sudah benar-benar menohok Zael. Sialan!

"Wah udah sampe mana nih Film nya," tanya Simon. Didudukanlah bokongnya itu disamping Izura. Mencoba fokus pada apa yang dia lihat—film horror.

"Lo ngapain aja di dapur gue. Lama bener?"

Katakan! Siapa Pengirimmu?(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang