EPILOG

177 27 12
                                    

Pemuda bermata hitam legam itu termenung. Keinginan menjadi pengagum rahasia sudah mendarah daging rasanya. Sosok gadis yang wara-wiri diotaknya selalu menggangu tidur pemuda itu—Simon.

Mungkin ini yang orang bilang tentang cinta. Simon tengah merasakannya, namun Simon tau juga bahwa dia terjebak zona best friend goals.

Akan sukar mendapatkan hati tambatannya.

Sampai akhirnya Simon mengingat satu hal. Tentang film romanre yang terakhir dia tonton minggu lalu. Film yang menceritakan seorang pemuda yang kerap kali mengirim coklat misterius untuk gadis pujaanya.

"Gue kan punya mawar. Kenapa gak gue kirim buat dia aja. Pinter lo Simon."

Simon mengemas seindah mungkin buket mawar untuk sahabat sekaligus orang yang ia sayang. Tidak lupa kartu kecil bertuliskan nama sang gadis. Simon sengaja menulisnya dengan tinta khusus.

'To: Izura Anara Liza'

Tanpa mau berlama-lama lagi Simon bergegas pergi, memakai hodie miliknya dengan terburu-buru.

"Angga! Kamu mau ke mana? Ini pintu belakang kebuka. Kenapa gak ditutup lagi?!" Meripuli memekik sebelum Simon benar-benar pergi.

"BURU-BURU, MAH. JANGAN MASUK KE TAMAN PUNYA ANGGA. RAHASIAA!"

Meripuli terkikik geli melihat anak semata wayangnya. Simon tak mau menyia-nyiakan waktu. Ia menjejakan kakinya dipekarangan serba rapih milik keluarga Radana—Ayah Izura.

Buket bawaannya disimpan tepat di pintu depan. Walaupun Simon merasa gugup, inilah yang harus ia lakukan untuk meraih hati Izura. Setidaknya walaupun takdir tak mempersatukan mereka Simon tak akan merasa terpuruk. Karena, sudah mampu mengirim puluhan hadiah tanpa identitas untuk Izura.

Pemuda berahang kokoh dengan senyum ceria itu terdiam di tempat. Menatap lekat pintu rumah yang akhir-akhir ini ia kunjungi.

Apa yang akan terjadi atas reaksi Izura?

Simon ingin segera melihatnya.

Kakinya dengan cepat membawa Simon bersembunyi di balik tembok rumah Marni. Ia akan mengintip reaksi Izura setelah mendapat bunga itu.

Menyukainya atau risih dibuatnya?

"IZY NIH ADA YANG NGASIH MAWAR. TULISANNYA BUAT LO, GA TAU DARI SIAPA."

Deg!

Izura berlari dan menerima mawar merah itu. Aneh. Di sisi lain Simon mengigit bibir bawahnya. Jantungnya memompa lebih cepat dari biasanya.

Hanya memberi hadiah kecil untuk Izura mampu meluluh lantahkan kegugupan Simon. Izura memang punya pesona kuat.

Senyum Izura terbit begitu indah kala menggenggam bunga pemberian Simon. Netranya berbinar-binar.

Lo suka yah. Akhirnya lo suka pemberian gue!

"Menarik," celetuk Izura disertai kekehan pelan dibibir tipis menggodanya. Seiring dengan itu langkahnya kembali terpijak, meninggalkan halaman rumah dengan suasana hati membaik. Gadis itu bersenandung dengan perasaan terindah yang dia punya.

Sampai tak mengetahui bahwa ada seorang pemuda yang menatapnya dengan senyum mengembang. Si pengirim bunga—Simon.

Pemuda yang tak lain bernama lengkap Simon Erlangga itu tertunduk senang. Wajahnya mengembang tak tertahankan. Sedetik kemudian netra pekatnya menerang ke langit luas. Tak lupa dengan senyum tersungging indah.

'Lo gak akan tau, Zy. Kalo gue bukan sekedar cinta buta. Tapi perasaan ingin melindungi gadis pujaan nya tanpa imbalan. Semuanya tentang elo, buat lo dan untuk lo.'

Tidak akan ada yang mendengar jeritan hati Simon.

Tapi, semesta telah menjawab semua do'a dan keinginannya. Seseorang berhati tulus akan menang melawan hal terburuk di dunia.

Dan Simon—mendapatkan keinginannya.

Dia ... bahagia.

.
.

Akhirnya completed. Semoga kalean sukak.

Katakan! Siapa Pengirimmu?(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang