25. Makasih Darren

72 27 104
                                    

Izura melamun, angannya terbang bersama pikiran liarnya. Memikirkan Darren dikepalanya mampu membuat semburat senyum dan rona itu merekah. Izura terlena oleh pikiran sendiri. Perasaan bahagia jelas tergambar di raut wajah cerianya.

"IZURA!"

"Eh i-iya pak."

"Kamu bengong selama pembelajaran Bapak. Sudah 5 kali dipanggil, malah baru nyahut sekarang."

Malu, Izura tersenyum kikuk lalu memohon maaf, "maaf Pak, hhehe."

"Biar kamu jera, kamu Bapak hukum!" tegas pak Anton membuat Izura merenggut. Mau tak mau dia mengalah dan melaksanakan perintah tersebut. Berjalan gontai menuju pintu, tidak lupa berdiri mempertahankan wajah cemberutnya. Memang benar, kelas Izura adalah salah satu kelas yang selalu diagung-agungkan. Jadi, jika ada salah satu muridnya yang sedikit bandel akan sesegera mungkin dihukum tegas.

"Selama masuk SMA, baru kali ini gue dihukum. Eh engga ding, gue sering kok dihukum, hhaha."

Izura beropini sendiri, menunggu jam pelajaran usai. Ternyata cukup lelah juga, baru 10 menit saja peluh sudah membanjiri baju Izura. Padahal ia hanya berdiri di depan kelas, dan kebetulan sekali netra cemerlang Izura menangkap sosok perawakan seorang pemuda dengan tangan penuh jajajan.

"Woi, Salmon."

"Lo manggil gue?" tanya Simon dengan mulut penuh makanan, sengaja membuat Izura tergoda. Sudah Izura yakini bahwa Simon minta ijin ke toilet tapi malah ke kantin. Dasar murid terlalu teladan. Sampai-sampai jadi bego.

"Enggak. Gue manggil Pok Lela, ya iyalah elo Simon." Izura merenggut lagi.

"Apaan? Lo dihukum yah, huh malu maluin reputasi orang cerdas aja lo. Hancur sudah generasi ini."

"Belagu lo, kaya yang udah bener aja. Lo sendiri tuh habis dari kantin sebelum istirahat. Ngerusak generasi aja lo."

Simon menanggapinya acuh, ikut berdiri di samping Izura sambil menyeruput es teh manis miliknya, tak lupa tubuh jenjangnya ia sandarkan senyaman mungkin di dinding kelas. "Gue udah ijin kok."

"Iyain deh biar cepet. Ini gue haus, bagi dikit napa sih. Kering nih tenggorokan gue." Gadis itu memegang tenggorokannya pelan. Meminta pengertian dari Simon. Berharap Simon dengan baik hati mau membagi minuman menggiurkan ditangannya.

"Dua singgit."

Plak!

Tanpa perasaan, Izura menggetok kepala Simon cukup keras. Menatap sang sahabat garang, bahkan berkilat-kilat marah tak jauh berbeda dengan Thanos. Izura kesal akan perlakuan Simon.

"Lo mau gue timpuk, heh!" murka Izura tepat berkaca pinggang. Seolah tak merasa takut, Simon hanya tersenyum bodoh dibuatnya.

"Sebagai sahabat yang baik, nih gue kasih deh. Tapi nanti bagi contekan yah."

"Bebas bebas," dalih Izura mengiyakan. Lantas Izura minum dengan tergesa, membuat Simon menggeleng dan terkekeh pelan.

Hal itu justru menyebabkan Simon ikut berdiri di sana hingga bel istirahat berdering.

Terlalu hanyut dalam debat kontroversial bersama Izura. Persis Tom and Jerry. Jadilah Simonpun akhirnya membolos, bersiap saja digusur ke BP karena tak masuk kelas lagi. Memang tak patut dicontoh.

.
.

Izura menatap pantulan dirinya di cermin. Cantik.

Senyumannya bahkan tak kunjung pudar,  seakan hari bahagianya memang sedang menanti. Juga ketika Izura keluar dari halaman rumah, senyum itu tetap terpancar. Tak ada sedikitpun celah kesedihan dimatanya.

Katakan! Siapa Pengirimmu?(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang