"Lo gak becus.""Nyebelin orangnya."
"Ga bisa diandelin, lo itu nyusahin."
"Argg gue benci eloo."
Simon menatap Izura santai, pasalnya sedari tadi gadis itu tak berhenti mengoceh. Entah apa yang di permasalahkan, tapi intinya gadis itu murka. Dan dengan enteng meluapkan segalanya pada Simon.
"Udah Bu Haji ceramahnya?" tanya Simon santai lalu merebahkan tubuhnya di rerumputan. Menikmati semilir angin yang menerpa wajah menawannya. Sahabatnya ini memang tak pernah terlihat cemas ataupun punya beban seperti Izura. Hidupnya selalu ceria dan santai. Entah apa pemicu kebahagian didalam diri Simon.
Lain halnya dengan Izura, dia nampak masih kesal namun ikut tidur telentang di samping Simon.
"Gue ga mood banget hari ini. Gara-gara elo sih gue jadi dihukum."
Simon mengatupkan matanya dengan acuh, membiarkan Izura kembali berbicara sendiri, "kesel juga gue liat kakak gue. Hidupnya bikin gue susah mulu, dia tuh orang paling ngeresein di dunia ini. Arggh, kesel lagi kan gue."
"Bilang aja lo cemburu, kakak cantik elo itu deket sama si bule buangan itu kan?"
"Enggak."
"Hilih bacotan lo nak."
Izura cuek saja. Biarkan Simon menyangka apapun tentang dia, walaupun kenyataannya yang diucapkan Simon tak sepenuhnya salah, Izura menghela napas jengah. Sekarang ini dirinya sedang dalam mode tidak mau bicara dan jenuh.
"Lo naksir cowo bule itu yah? Hayo ngaku aja lo, dipenjara lo kalo ga ngaku."
"Ga usah bikin gue tambah kesel dong Salmon."
Simon bangkit dan menyilangkan kakinya di rerumputan lapang, matanya bergerak kekanan-kiri dengan tatapan sulit diartikan, "nama gue Simon. Lo pikir gue hidup di aer?"
"Salmon marah Salmon marah. Wle."
"Orang sabar ga suka marah. Lagian ga ada paedahnya ngobrol sama piggy."
Izura berkata ketus dengan mata mendelik, "SALMON, GA PUNYA AHKLAK."
"Izy anaknya piggy."
"SIMON NYEBELIN."
"Lo yang nyebelin."
"SALMONELLA BAKTERI TERBUSUK YANG PERNAH ADA."
"Izura mahluk teraneh di muka bumi."
"SALMON ANAK JIN."
"Izura anak dajal."
Dengan tergesa-gesa Izura bangkit. Membersihkan bajunya dan menatap Simon nyalang. Terlihat kilatan-kilatan petir amarah dimata Izura, yang hanya direspon dengan santainya oleh Simon.
"Lo aja kali anak dajal. Gue anak mak bapa gue, lo jangan ngehina ayah gue."
Simon menatap Izura tak minat dan kembali berujar santai, "gue ga hina bapa lo, Siti."
"Terserah, gue mau pulang."
"Sono aja ga peduli gue," ucapan Simon menjadi penutup percakapan mereka, tapi apa yang terjadi. Bukannya pulang, Izura malah berhenti dan mencari-cari sandalnya. Rasanya tadi dia menaruhnya tepat di samping sandal Simon, kenapa sekarang hanya ada sebelah?
Izura menggerutu dan dengan sabar mencari sandal itu. Menoleh ke kanan kiri, berjalan mengelilingi Simon dengan mata menunduk. Mungkinkah ada yang mencuri sandal Izura?
"Nyari apaan neng. Harga dirinya hilang yah?" celetuk Simon menambah kemarahan seorang Izura.
"Lo gila apa? Nih liat," Izura mengangkat sandalnya tinggi-tinggi, "kagak ada satu lagi. Bantuin dong! Lo temen gue kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakan! Siapa Pengirimmu?(TAMAT)
Teen Fiction"Hey, boy. Cewe sekalinya dikasih harapan pasti bakal tetep bertahan. Dia ga akan terus berjuang kalo elo ga buka jalan." ~dia~ Sama seperti Izura. Mendapat Bunga rahasia tanpa identitas membuatnya yakin bahwa si pengirim selalu bersamanya ... orang...