"Gue balik dulu Zy. Bro, gue cabut yah, ga tahan nih mau boker. Ya kali gue ikut boker di sini. Bay!" pamit Simon membuat semuanya keheranan.
"Tuh anak kenapa?" ucap Izura pelan namun pasti.
Dilain sisi, Darren menggeleng lemah serta merta kembali berucap dingin, "temen lo jorok."
"Gue juga tau. Makanya lo mau kan jadi temen gue, biar gue ga ketularan sedeng ples jorok kaya tuh anak."
"Ogah!"
"Seriusan lo ga mau jadi temen gue. Beh, lo mah nolak rejeki nomplok tau ga sih."
Izura menyaksikan Darren yang menggeleng acuh, pokus kembali menatap televisi di hadapannya. Izura tersentak, dia baru menyadari bahwa di sana ada Bu Ratih yang baru saja pergi menuju dapur. Keingin tahuan tiba-tiba merebak memenuhi benak Izura, dia ingin menanyakan banyak hal untuk Darren.
Izura meneliti sekeliling, ia beringsut duduk di samping Darren agar bisa berdekatan dengan si pemuda. Tentu saja Izura bersikap semanis mungkin, "jauh jauh!" perintah Darren sewot saat menyadari jarak Izira kian merapat kepadanya.
"Itu siapanya elo?"
"Pengasuh gue."
Mata Izura membesar, cukup kaget terhadap pengakuan Darren, "Lo udah segede gini, masih punya pengasuh? Astagfirullah, insaf lah wahai manusia."
"Waktu kecil."
"Pengasuh masa kecil lo gitu?" tanya Izura yang dijawab deheman pelan dari Darren. Izura tak habis pikir dengan jalan pikiran Darren, dia selalu saja menjawab pertanyaan Izura berlainan. Tak sesuai dengan harapan, apalagi ucapan pemuda itu kerap terdengar datar. Sinis. Pendek. Membingungkan.
"Terus, kenapa kemarin gue gak liat dia di sini?"
"Baru datang."
"Ish, kalo jawab tuh yang bener napa sih. Gue bingung, lo jawab ga rampung kek gitu, pengen nabok lo bener deh gue rasanya."
Izura merenggut. Dia kesal saat Darren tak memperdulikan ucapannya, padahal saat itu Izura pernah melihat Darren tertawa bahagia bersama Ketty. Kenapa Darren tak bisa melakukan hal yang sama dengan dia. Menyebalkan.
"Tuan, ini minumannya."
Izura kembali memasang wajah ceria, menampilkan senyumaan memikat miliknya saat menerima jus dari Ratih. Pengasuh Darren.
"Makasih Bu. Ngomong-ngomong kenapa Izy baru liat ibu sekarang yah. Kemarin rasanya ga ada deh."
Ratih tersenyum simpul, menunjukan keramahan yang dia punya. Dia duduk di salah satu sofa setelah memberikan kopi untuk Darren.
"Tuan Darren tidak memberi tahu kamu?"
Izura menggeleng semangat, "enggak tuh. Dia ga mau jawab pertanyaan Izy, sombong banget kan Bu."
Ratih terkekeh, menatap Darren lembut dan bertanya, "kenapa Tuan tidak menjawab pertanyaan nona muda ini, hem?"
"Males."
Izura lagi-lagi melihat Ratih terkekeh, sosok keibuan dari dirinya terpancar sangan jelas. Izura tenang dan damai melihatnya. Sangat bertolak belakang dengan kepribadian Darren.
"Maaf nona. Tuan Darren memang seperti ini sipatnya. Harap memaklumi." Izura menanggapinya dengan senyuman.
"Berhenti memakai kata tuan, Bu!" perintah Darren geram. Bukannya takut, Ratih malah tertawa renyah meninggalkan kerutan lagi di kening Izura. Memangnya ada yang lucu?
"Nona Izy mau bertanya sesuatu?"
"Eh jangan panggil nona dong, Bu. Izy kan jadi malu hehe." Ratih tersenyum, sontak Izura melanjutkan percakapannya yang tertunda. "Yang tadi juga belum dijawab."
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakan! Siapa Pengirimmu?(TAMAT)
Teen Fiction"Hey, boy. Cewe sekalinya dikasih harapan pasti bakal tetep bertahan. Dia ga akan terus berjuang kalo elo ga buka jalan." ~dia~ Sama seperti Izura. Mendapat Bunga rahasia tanpa identitas membuatnya yakin bahwa si pengirim selalu bersamanya ... orang...