Izura berjalan gamang disepanjang jalanan komplek. Kakinya entah telah membawa dia ke mana. Karena sejatinya Izura masih mengingat ucapan Tresa dibenaknya.
Liat perjuangan Simon buat elo, Zy. Jangan cuma ngandelin cinta, cukup tanya hati lo lebih sayang sama siapa? Terus terngiang dan Izura tak tahu jawabannya.
Dia tak sadar bahwa kakinya membawanya kearah rumah Simon. Dia hanya menatap ke depan tanpa nyawa, lurus tanpa berbelok. Lu lebih siap kehilangan siapa? Darren apa Simon?
Argg!
Izura mengacak rambutnya prustasi. Nyatanya dia bingung akan sebuah pilihan yang akan dia ambil. Di sisi lain ia sangat mencintai Darren, dan di sisi lainnya lagi ia harus menelan mentah-mentah sebuah kenyataan bahwa sahabatnya menyukai Izura juga. Bunga mawar itu milik Simon. Bukan Darren.
Izura tidak boleh salah memilih. Karena ini perihal hatinya, masa depan Izura juga.
Angan-angan serta lamunan Izura sirna kala teriakan Simon mendominasi sore itu. Pekikan nyaring yang memekakan telinga. Izura lengah hingga tak mengetahui apa yang ia perbuat.
"IZY AWAS!"
"IZURAAAA."
Izura menoleh, namun terlambat. Sebuah sedan merah berkecepatan kilay telah melaju kencang menuju dirinya. Yang Izura lakukan hanya terpejam dengan teriakan histeris. Ia tak menyangka jika akhirnya ia akan bernasib semalang ini.
"AAA."
Ckit!
Brak!
Matanya masih terpejam. Dia mengerjap, mungkinkah Izura mati?
Tapi sial, bukannya melihat tubunya yang bersimbah darah Izura malah melihat tubuh Simon tergeletak di tempatnya jatuh barusan. Berlumuran cairan kental merah, suara teriakan orang-orang, dan tubuh Simon yang bersimpuh tak berdaya. Detik itu juga Izura jatuh terduduk.
Giginya bergemelatuk, tangannya bergetar hebat, kepalanya berkunang-kunang. Barusan dia mulai mengerti apa yang terjadi, Simon datang dan mendorongnya ketepian dengan merelakan raga Simon tertelan hantaman keras dari sedan tadi. Izura memejamkkan matanya, menangis dengan badan gemetar.
Keparat!
Izura kesal dengan Phobia darahnya. Badan serta seluruh tubuh Izura lemas tak berdaya karena melihat Simon bersimbah darah. Orang-orang mulai berkerumun dan menghalangi Izura melihat sosok Simon. Nyeri. Izura memegnag dadanya sendiri. Sesak rasanya saat dia tak bisa berbuat apa-apa dikala nyawa sahabatnya diujung tanduk.
Izura tak bisa bangkit. Tapi kelemasannya kian mereda saat dia mengontrol semuanya. Dia berdiri dengan gamang. Tubuh Simon sudah tertupi krumunan, tak mungkin Izura bisa masuk ke keriuhan sebanyak itu.
Air mata menerobos begitu saja tanpa diminta. Perasaan takut kini menyelimuti Izura. Dia kembali mengingat ucapan Liliack. Darren apa Simon?
"Ya Allah, tu anak masih sadar padahal hampir sekarat."
Deg!!
Izura melotot mendengar penuturan salah satu warga di sana. Tanpa peduli phobianya sendiri, Izura menerobos masuk. Membuka kerumunan selayaknya orang kesetanan, sampai matanya terbelelak melihat Simon terbaring dengan keadaan tertutupi gincu merah. Darah. Orang-orang yang hendak mengangkat Simon segera menepi ketika Izura mengamuk menghentikan aksi mereka.
Hatinya remuk redam ketika Simon menderita.
Momeri bersama Simon dalam sekejap telah terputar menghujam pikira Izura saat ini. Pemuda dengan senyum menyebalkan itu kini tengah tergolek lemah. Temannya yang selalu cerewet kini telah terdiam tanpa mau bicara. Sahabatnya yang selalu ceria kini sedang berubah sepucat jasad tanpa nyawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakan! Siapa Pengirimmu?(TAMAT)
Teen Fiction"Hey, boy. Cewe sekalinya dikasih harapan pasti bakal tetep bertahan. Dia ga akan terus berjuang kalo elo ga buka jalan." ~dia~ Sama seperti Izura. Mendapat Bunga rahasia tanpa identitas membuatnya yakin bahwa si pengirim selalu bersamanya ... orang...