Izura menelpon seseorang, dan untungnya orang itu belum tidur selarut ini.
"Ke sini dong. Gue ga bisa tidur." Izura mengeluh pada cowok diseberang telpon.
"Merem aja, Zy. Masa lo harus gue ajarin caranya tidur sih, kalo ga bisa tidur cari di google sana judulnya cara agar bisa tidur. Gitu aja susah. Anak umur 1 tahun aja bisa tidur lah elo?"
Izura menekuk bibirnya masam, "bukan gitu maksud gue. Lo nyebelin ah."
"Gue marah nih." Izura berucap mantap. simon menghela napas diseberang sana. Nampaknya bingung dengan jalan pikiran sahabat satunya ini.
"5 menit gue otw."
Izura berbinar, "lo mau kesini? Seriusan nih. Benaran Mo, lo gak bohong kan?"
"Hmm."
Tut.
Simon menutup ponselnya cepat. Setelah itu Izura berjingkrak senang, memang belum terlalu larut juga sih. Hanya baru pukul 21.00 WIB. Tak terlalu malam kok. Izura kembali tersenyum saat mengingat bagaimana heboh, kaget dan terkejutnya Tresa dan Liliack tadi siang.
Kedua temannya jelas-jelas mendukung apa yang Izura lakukan. Meraka bilang bahwa lelaki yang baik tak akan mungkin memilih perempuan yang salah. Seperti Darren, dia bahkan lebih memilih Katherine saat dia tidak tahu bahwa Izuralah sipengirim note. Menggelikan.
Tok tok!
Izura terkesiap, barusan pintu kamarnya terketuk oleh seseorang. "Masuk aja, ga dikunci kok." Izura membenahi tempat tidurnya, duduk menyender ditepian ranjang.
Ceklek.
Brak!
Tubuh Simon segera dia jatuhkan di ranjang Izura setelah memasuki kamar itu. Tanpa rasa bersalah dia bergulingan di ranjang itu, membuat Izura melongo tak tahu harus apa.
"Lo ngapain sih, Mo?"
"Gue cape, lari-lari dari rumah gue ke sini. Temen kampret lo, dan sekarang ga ada hidangan buat gue. Dasar ga tau diri." Izura menekuk bibirnya, dia mengambil bantal dan memukulkannya pada kepala Simon keras. Sengaja agar Simon tak menghancurkan ranjangnya.
"Aduh, sakit Zy."
"Siapa suruh lo guling-guling disitu. Lagian anak cowo ga boleh sembarangan masuk kamar cewek seenaknya. Ga ada akhlak."
Merasa tak terima dengan pernyataan Izura, Simon segera bersiul, "masuk!" perintahnya menyiratkan kebingungan bagi Izura.
"Holale Izy. Gue ga akan biarin lo berduaan ama cowok dikamar. Makanya gue datang aha," ujar Katherine sewot. Dia ikut duduk disebelah Simon dengan bertopang dagu.
Izura merenggut, dia berdiri lalu menarik Simon keluar dari kamar. Meninggalkan Katherine seorang diri di dalam sana. Tangan Izura dan Simon saling bertautan. Dia berjalan menuju ruang televisi, "lo kesini sama siapa?"
"Mamah."
"Hah!" Izura melepaskan tautannya saat sudah menuruni anak tangga. Simon hanya berlagak cuek sambil berlalu menuju mamahnya—Meripuli. Izura mengikuti dengan langkah gontai.
"Kamu udah mendingan, Zy? Angga bilang kamu minta dijenguk." Meripuli terkekeh membuat Izura tersipu malu. Dia malu karena ulah Simon. Menyebalkan sekali temannya ini. Tak lama dari itu, pundaknya tertepuk pelan.
"Izy sama Angga ngobrolnya diruang tamu aja yah. Ibu sama mamahnya Angga mau ngomongin hal penting." Izura mengangguk.
Dia mengisyaratkan Simon agar ikut dengannya kearah tuang tamu yang jaraknya memang agak jauh, terhalang dapur dari ruangan ibunya saat ini. Diperjalanan Izura mendengar Simon menggerutu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakan! Siapa Pengirimmu?(TAMAT)
Teen Fiction"Hey, boy. Cewe sekalinya dikasih harapan pasti bakal tetep bertahan. Dia ga akan terus berjuang kalo elo ga buka jalan." ~dia~ Sama seperti Izura. Mendapat Bunga rahasia tanpa identitas membuatnya yakin bahwa si pengirim selalu bersamanya ... orang...