Hari ini masih sama, Izura dikelilingi suara-suara memekakan telinganya, cemoohan para warga sekolah terhadap dia dan Katherine yang lebih parahnya lagi Izura tak tahu siapa penyebar info hoak itu. Menyebalkan. Seperti sekarang ini, teriakan itu masih mengusik genderang telinga Izura.
"Rebutan pacar sama kakak sendiri, situ ga malu."
"Sama-sama bikin harkat martabat wanita anjlok aja."
"Ga ada akhlak."
"Warga +62 emang dasarnya calon penikung semua."
"Wajah polos otak luknut."
Izura mendesis, menatap satu-satu orang di sana dengan amarah yang membuncah. Dia melipat tangan di dada dengan angkuhnya. Jika semu orang menatap ia jijik. Izura pun akan menatap balik mereka lebih dari itu.
"Hidup kalian ga berguna banget. Cuma dipake buat ngurusin hidup gue. Cih. Sampah tau ga!" hardik Izura yang membuat sebagian orang di sana melengos pergi. Cibiran demi cibiran kian mereda.
Izura tidak langsung menuju ke kelas, dia lebih memilih datang ke kantin, membeli susuatu yang dapat menyegarkan untuk tenggorokan keringnya. Termasuk untuk menenangkan serta mendinginkan kepalanya.
"IZURA!" pekik Tresa berlari menuju Izura sambil merangkul Pundak sang sahabat. Berlagak sok akrab walaupun memang sudah akrab.
"Apa? Ngagetin aja, lo bikin kuping gue tambah panas," sembur Izura menggosok telinganya sakit. Yang hanya ditanggapi biasa saja oleh Tresa, gadis itu mlah tidak peduli dan ikut mensejajarkan langkahnya.
"Gue tau siapa biang keladi dibalik penyebaran video itu."
Izura tertarik. Dengan antusias dia menatap Tres berbinar-binar. "Siapa orangnya?"
"Lo mau tau? Kalo gitu teraktir anak-anak sekelas." tantang Tresa berkaca pinggang, merasa memenangkan sebuah perlombaan yang cukup heboh. Menyiratkan ketidak sukaan Izura terhadap gadis ini. Hanya untuk Info semacam ini saja harus dibayar.
"Terserah elo, Nyai," sembur Izura berjalan menjauh meninggalkan Tresa yang cengar-cengir tidak jelas. Menyebalkan memang sahabatnya ini.
.
."Licik juga yah elo," sindir seorang gadis yang sangat Katherine kenal betul siapa orangnya-Meli. Gadis itu berkaca pinggang menilik tubuh Katherine dari atas sampai bawah dengan sorot mata jijik. Memuakkan.
"Pantesan dulu Dery mau sama lo, ternyata lo itu jalang berkelas."
Katherine mengepal marah dihadapan Meli. Keduanya saling melemparkan tatapan tersinis yang mereka miliki. Katherine juga yang sudah terpancing emosinya semakin marah dan murka. Semua orang nampak menyebalkan hari ini. Dan salah satunya adalah Meli. Musuh bebuyutan Katherine.
"Berhenti hina gue," sinis Katherine menunjuk tepat kemanik mata Meli. Yang hanya ditanggapi santai tanpa beban.
"Kenapa? Lo tersinggung, atau lo emang kaya gitu. Cuma lo aja yang ga pernah mau ngaku. Iya kan? Semua cowo lo embat. Ga ada akhlak emang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakan! Siapa Pengirimmu?(TAMAT)
Teen Fiction"Hey, boy. Cewe sekalinya dikasih harapan pasti bakal tetep bertahan. Dia ga akan terus berjuang kalo elo ga buka jalan." ~dia~ Sama seperti Izura. Mendapat Bunga rahasia tanpa identitas membuatnya yakin bahwa si pengirim selalu bersamanya ... orang...