lo itu kaya rumus matematika. Penuh perhitungan namun tidak mengecewakan.
Dari: Aku
....Izura mengerjapkan matanya perlahan. Menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina mata. Di sinilah Izura, terbaring di dalam kamarnya yang hangat. Padahal, terakhir dia ingat bahwa kepalanya terbentur meja di toko gitar. Otaknya kembali bekerja, mengingat kejadian yang sebenarnya.
Apakah Darren yang menyelamatkan dia?
Tak mau ambil pusing, Izura segera berdiri tertatih-tatih. Jalannya agak sempoyongan karena ngilu, perih dan pening di kepala Izura. Beruntungnya, Izura semakin membaik setelah meminum sedikit air mineral. Pusingnya berkurang.
Setelah mengelilingi rumah, Izura bahkan tak menemukan siapa pun, yang otomatis Izura segara menuju ke rumah Darren. Ingin mengucapkan terimakasih sekaligus mengusir kebosanan atas sendirinya Izura di dalam rumah pada pemuda itu.
Izura tersenyum tertahan, "ya Allah, dek-dekan nih gue mau ketemu Darren. Baik banget dia mau nolongin, duh terharu kan gue."
Dengan jelas Izura melihat Darren tersenyum simpul membaca note di tanganya. Warnanya pink berbentuk love. Membuat Izura mengerutkan kening. Lagi.
Di sisi lain, Darren tengah menikmati tulisan dihadapannya. Dia mulai suka sipengirim note ini. Tak panjang namun berkesan.
'Bagi gue lo itu rumus matematika. Penuh perhitungan namun tidak mengecewakan. ~ untuk Darren.'
Hanya sedikit namun hatinya menghangat. Sadar tidak sadar, Darren menarik sudut bibirnya. Tampan.
"Hai Darren! Lo lagi ngapain nih?" ucapan Izura membuat Darren terhenyak sampai-sampai dia segera menutup note itu cepat. Kembali menormalkan raut wajahnya.
"Ga ada." Darren menjawab seadanya. Raut bahagia Darren kini berganti dengan ekspresi sedatar tembok. Seperti biasa.
Izura tersenyum cerah lalu berkata penuh semangat, "btw, makasih udah bantuin gue yah. Lo baik banget mau nganterin gue pulang."
Kerutan di kening Darren terlihat, tapi sedetik kemudian ekspresi pemuda itu kembali normal, ia berdehem, "hmm."
"Lo tadi beli gitar yah? Padahal kalo mau ke sana, gue bisa anter. Gimana nih, mau ga besok-besok lagi, gue yang nemenin lo kemana pun lo mau?" tawar Izura berapi-api. Semangatnya bahkan semakin menggebu, dia bahkan melupakan rasa sakit di kepalanya.
Helaan napas Darren terdengar, "lo sakit kan?"
"Maksud lo, pala gue yang kejedot ini?" tanya Izura menunjuk arah kepalanya, yang dijawab anggukan saja oleh Darren. Kemudian Izura kembali melanjutkan, "iya sih sakit, tapi ga sakit banget kok. Cuma perih doang. Kenapa? Lo khawatir sama gue yah."
"Ga yakin gue."
Izura malah terkekeh dan menatap Darren penuh kagum, "gue boleh main lagi di rumah elo yah. Please."
"Gak."
"Kok, elo masih jahat sama gue sih. Gara-gara kemarin, its oke gue minta maaf. Boleh yah gue main. Boleh yah, boleh yah?" Izura mengatupkan tangan di dada, memasang wajah memelas dihadapan Darren. Menggemaskan.
"Gak."
"Sejam aja boleh yah."
"Gak."
"Setengah jam aja deh mainnya, boleh kan?"
Darren menatap Izura dingin, "gak."
"30 menit, boleh?"
"Gak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakan! Siapa Pengirimmu?(TAMAT)
Teen Fiction"Hey, boy. Cewe sekalinya dikasih harapan pasti bakal tetep bertahan. Dia ga akan terus berjuang kalo elo ga buka jalan." ~dia~ Sama seperti Izura. Mendapat Bunga rahasia tanpa identitas membuatnya yakin bahwa si pengirim selalu bersamanya ... orang...