Izura meratapi nasibnya. Selalu saja begini, dia yang harus mengalah tapi dia juga yang terluka parah.
Takdir memang kejam, membuat dirinya selalu terombang ambing dalam luka, duka dan nestapa. Kini, saat cintanya telah dia raih, masalah lainnya datang.
Mampukah Izura melepaskan disaat cintanya baru saja terbalaskan?
"Gue harus gimana, Mo?" tanya Iura menghapus jejak air mata, walaupun kembali turun membasahi pipi putihnya.
"Berdoa aja, Zy. Tuhan tau apa yang terbaik buat lo. Masalah hati bisa sembuh seiring waktu kok, gue yakin itu."
Izura diam membisu, ada sedikit ketidak relaan dalam relung jiwanya saat bertekad akan melepas Darren. Tapi kecintaannya pada Katherine lebih besar dari apapun, kenapa Izura bisa selemah ini?
Hiks....
Itulah yang mampu Izura keluarkan, hanya tangis yang mendukung suasana hatinya ini. Izura bahkan tidak tahu sudah berapa kali dia hancur oleh cinta.
Pilu melanda dadanya, rasanya tak ada yang lebih Izura inginkan selain kebahagiaan. Tapi kenapa itu sangat sulit.
"Gue jahat yah, Mo. Gue egois, lemah, cengeng, tapi gue juga punya hati. Gua bakal sakit hati juga kalo ngelakuain hal itu."
"Pilihan ada di elo sih. Gue sebagai teman yang baik cuma nasehatin elo doang."
Izura meninju perut Simon keras, "lo hibur gue atau apa kek."
"Gue bukan pelawak yang bisa ngehibur orang. Kalo lo mau dihibur nonton stand up comedy aja, jangan minta sama gue lagih."
Seandainya lo jadi Katherine, sakit atau dendam yang bakal lo peroleh. Perkataan Simon masih terngiang jelas digendang telinganya. Berputar-putar tanpa berhenti.
Izura menggigit bibirnya, dia merasa dengan adanya Simon bisa membantu sedikit permasalahannya. Setidaknya SIMON BERGUNA.
"HWAAA BUE BINGUNG. Gue jahat banget sama kak Ketty sampe berencana misahin dia dan Darren. Tapi cinta gue gimana Simon." Izura menarik narik baju seragam Simon yang sedang menggeleng menatap sikap Izura.
"Baju gue ntar sobek, lepasin.dulu."
"Gue harus gimana, Mo. Gue ga mau jadi antagonisnya, bantuin dong."
Simon mendekat, menatap tepat ke manik mata Izura. Mengunci tatapan gadis itu hingga membuatnya enggan menoleh.
"Seorang pahlawan berani berkorban demi tanah air, tidak peduli melepaskan cintanya jika kelak mati saat berjuang.
Elo juga Zy, kalo dulu lo berjuang untuk menggapai cinta, sekarang lo harus berjuang untuk bangkit dari cinta."
Izura terbius, dia jadi kagum sendiri dengan orang dihadapannya. Mata hitam legam yang mempesona, kenapa baru Izura sadari.
"Jadi, lo mau gue lupain Darren."
"Bukan gitu. Lo cerna aja kata katanya. Bukanya lo pinter? Kenapa sekarang jadi bodoh hanya karena hati."
Degh!
Izura tertohok dengan ucapan Simon. Pria itu melengos pergi setelah mengatakannya, memberi beribu pertanyaan dihatinya.
Simon selalu bisa membuat Izura tertohok.
.
.Tatapan Tresa dan Liliack terpokus pada gadis yang berjalan santai di kerumunan kantin. Gadis itu berjalan ke arah Zael, Zail serta Simon dengan anggunnya.
"Izura," pekik Tresa saling pandang bersama Liliack. Mereka ikut menuju kearah rombongan Zael, mengikuti Izura.
Gadis itu duduk di samping Simon dengan santai, tak menghiraukan tatapan temannya yang keheranan. "Kalian kenapa?"
"Bukannya lo sakit yah. Tadi Tresa yang bilang," selidik Zael menengok kearah Izura yang tampak biasa saja hanya dengan sedikit mata yang memerah.
"Pacar lo boong kali." Zail beropini.
"Gue ga bohong. Tadi si Izy emang sakit, tanyain aja sendiri sama orangnya."
Izura menunduk dalam, menyesal karena telah membuat para sahabatnya khawatir. Simon bukannya ikut nimbrung malah asik dengan bakso pedasnya. Seolah tak terjadi apapun.
Tresa menepuk bahu Izura, merasa ada yang tidak beres dengan sahabatnya ini.
"Zy, elo kenapa sih? Cerita dong cerita."
Izura menanggapi dengan gelengan kepala.
"Angga. Hibur temen gue gih, dia udah kaya kehilangan matahari dihidupnya. Ayo lah Angga." Tresa memohon. Simon pun menghentikan aksi makannya dan menatap Izura yang menunduk penuh keheranan.
"Kok gue."
"Ya karena cuma elo yang wajahnya pas buat diketawain," celetuk Zael tak berperasaan.
"Gue demen gaya lo," tunjuk Simon pada Zael.
Bersamaan dengan itu, Simon menoyor kepala Izura cukup keras hingga terhantuk meja kantin. Tresa, Zael dan Zail bahkan sangat shock karenanya. Izura mendongak, memperlihatkan amarahnya.
"SALMONNN."
Izura berdiri diatas kursi, dengan berkaca pinggang. "Lo ada dendam apa sama gue, heh!" ucap Izura penuh penekanan. Simon malah menyengir tanpa dosa.
"Maaf, lo siapa yah. Gue rada-rada ga inget nih. Sibuk."
Tangan Izura semakin terkepal marah, dengan brutal gadis itu meninju tubuh Simon. Walaupun beberapa kali berhasil Simon tangkis. Perlawanan Izura hanya sebuah tendangan biasa bagi Simon, buktinya dia hanya acuh saja.
"Lo bikin gue kesel, lo mau gue banting, heh. Mau gue gebukin, MAU GUE JEBURIN KE KOLAM BUAYA. HEH. LEPASIN TANGAN GUE. HWAA LEPAS."
Izura membuat mereka jadi pusat perhatian saat ini. Makanya dengan santai Simon menarik tangan Izura. Membopongnya brutal dengan kepala Izura tergantung di punggung tegapnya. Persis seperti para raksasa menculik seorang putri.
Tentu saja Izura berontak. Dia memukul keras punggung Simon.
"Woi, elo mau culik Izura kemana, heh?" teriak Tresa kalang kabut.
"SALMON!!! LEPASIN GUE. LEPAS GUE BILANG, LEPASSS."
"Diam ga lo, kalo engga gue kasih lo ke Diko. Mau lo gue tumbalin buat playboy."
Izura merenggut, dia akhirnya pasrah juga. Dia bertopang dagu dibahu Simon. Dan dengan jahilnya Simon menyeringai.
Plak!
"SIMON ERLANGGA!"
Pekik Izura saat Simon berhasil menepuk keras pantatnya.
.
.Tgl: 09 Agustus 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakan! Siapa Pengirimmu?(TAMAT)
Teen Fiction"Hey, boy. Cewe sekalinya dikasih harapan pasti bakal tetep bertahan. Dia ga akan terus berjuang kalo elo ga buka jalan." ~dia~ Sama seperti Izura. Mendapat Bunga rahasia tanpa identitas membuatnya yakin bahwa si pengirim selalu bersamanya ... orang...