Izura merapikan bajunya, memasang senyum terbaik yang ia punya dan berjalan tanpa beban ke arah orang itu-Darren. Setelah jarak mereka cukup dekat, Izura berniat usil dengan mengejutkannya.
"DOR!"
Reflek, Darren yang sedang anteng di gazebo pun terjungkal ke tanah dengan bokong sasarannya. Kejadian tersebut sama juga membuat Izura kaget.
"Astagfirullah Darren. Lo ngapain kelonjotan di situ."
Darren memegang dan mengelus bokongnya perlahan. Sakit memang, ia menatap Izura lebih dingin dari biasanya membuat Izy meneguk ludah beberapa kali. Niatnya usil malah diberi pelototan maut, Izura benar-benar menyesali perbuatan dia kali ini.
"Sini gue bantu!" Izura membantu memapah Darren dengan memegang pinggang pria itu. Tapi sialnya Darren malah mendesis kasar.
"Lepasin, gue bisa sendiri."
Izura cepat-cepat melepas pagutan tangannya, spontan tubuh Darren yang setengah berdiri kembali terjungkal ke tanah. Orang tersebut meringis lagi. Izura membelalak kaget.
"Ups sorry!"
"Lo gila! Mau bikin gue celaka lo," hardik Darren penuh penekanan. Kali ini dia berhasil berdiri, tanpa bantuan Izura. Yang hanya dijawab cengiran bodoh dari Izura. Pemuda itu semakin menyorot Izura dengan tatapan tajam menusuknya.
"Tadi katanya lepasin. Ya udah gue lepasin aja. Lo yang nyuruh juga," papar Izura membela diri.
Darren kembali acuh, dia memilih meraih note di gazebo itu sambil berjalan tertatih menuju rumah. Izura mengerutkan kening, curiga. Dia mensjajarkan langkahnya dan menatap Darren penuh pertanyaan. Izura nampak seperti seorang bocah yang penuh keingintahuan tentang sesuatu.
"Itu apaan?"
"Bukan urusan lo."
"Gue mau tau, itu apa? Surat cinta dari pacar lo yah? Mana sini gue mau liat." Izura mengintip kertas pink tersebut, berusaha membaca isi di dalamnya.
Namun, segera saja Darren mengangkat tinggi-tinggi note miliknya, dan benar saja Izura tak dapat meraihnya. Darren bahkan tak tahu siapa penulis note itu, tapi dia hanya acuh dan cuek. Berbanding terbalik dengan Izura, saat ini gadis itu malah mencak-mencak tak jelas.
"Ga sampe, lo jahat banget. Gue mau liat tulisannya, tega bener lo sama tetangga sendiri."
Terserah. Darren tak peduli lagi, terlebih setelah bokongnya jadi korban. Izura sendiri kembali memasang wajah bodoh dengan senyum tak jelas, senantiasa membuntuti Darren.
Izura menyenggol lengan Darren, "gue main di rumah elo yah?"
"Ga!"
"Tapi gue mau main. Terserah gue lah, yang nentuin mau main apa enggak kan gue. Jadi lo ga usah larang gue. Kecuali lo pacar gue."
"Terserah!"
Saat pintu terbuka, Izura tak menyia-nyiakan waktu yang ada. Dia segera berlari masuk, merebahkan tubuhnya di sofa dan menyalakan televisi seenaknya. Tanpa persetujuan tuan rumah.
"Gue yang punya rumah," kata Darren pelan dengan gelengan kepala.
"Darren! Gue boleh nyalain tv nya yah?"
Izura terkikik mendengar jawaban jengah dari Darren, "telat. Udah nyala tu tv."
"Bisa bikinin gue minum gak? Sama bawa camilannya juga yah, eh minumnya air dingin yah. Kalo bisa es krim juga gpp. Seneng gue."
Darren dibuat melongo oleh spesies planet Mars satu ini. Izura yang main nyelonong, dia yang nyalain televisi, dia juga yang nyuruh dibikin minum. Izura sudah benar-benar menganggap Darren babunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakan! Siapa Pengirimmu?(TAMAT)
Teen Fiction"Hey, boy. Cewe sekalinya dikasih harapan pasti bakal tetep bertahan. Dia ga akan terus berjuang kalo elo ga buka jalan." ~dia~ Sama seperti Izura. Mendapat Bunga rahasia tanpa identitas membuatnya yakin bahwa si pengirim selalu bersamanya ... orang...