"Karena pada dasarnya, lebah akan kembali pada sarangnya. Seperti elo yang kini kembali ke gue."
~Izura Anara Liza.
....Izura tanpa henti mengulas senyum manisnya untuk Katherine. Sekuat apapun sang kakak melukai hatinya bahkan cintanya, Izura tak mungkin tega melihat keadaannya sekarang. Menangis tersedu-sedu di ruang keluarga itu.
Dan jangan lupakan Izura yang menenangkannya sedari tadi.
"Ayah ga pernah kasih tau yang sebenarnya sama Ketty. Ibu juga. Ke-kenapa kalian sembunyiin hal penting ini dari Ketty, Ibu, Ayah." Katherine kembali menangis pilu.
Izura memang pernah berdoa semoga Katherine bukan kakaknya, tapi kenapa saat doa itu terkabul air matanya malah lolos tanpa bisa dibendung. Izura merasakan kesedihan teramat sangat.
"Ketty, ibu sama ayah melakukan hal itu karena kami menyayangimu seperti menyayangi Izura. Menurut ibu kalian berdua anak ibu, darah daging ibu. Ibu ga peduli pakta yang ada."
Ulasan senyum Amara mengiringi langkahnya mendekati Katherine. Izura dan Katherine juga tidak menolak pelukan hangat sosok ibu didekapan mereka. Malah lebih erat membalas pelukan yang Amara salurkan.
Rasa kecintaan seorang ibu terhadap anaknya. Tak terbandingi dari apapun yang ada di dunia.
"Mereka bakal pisahin Ketty dari kalian, bu." lirih Katherine mempererat pelukannya.
"Ibu ga akan biarin hal itu. Kamu anak ibu, Izura juga. Jadi, siapapun yang bawa kalian pergi dari ibu ga akan pernah ibu maafkan."
Lega. Izura merasakan kehangatan yang dari dulu tak dia dapat sudah dia raih hari ini. Bersama Katherine yang-bukan kakaknya-Izura bisa merasa nyaman. Dari dulu Izura hanya mendambakan hangat peluk sang kakak, dan kini tengah dia dapatkan.
Izura bahagia, walaupun hanya hal kecil.
"Kak," panggil Izura yang langsung sja tubuhnya ditubruk oleh Katherine. Dia memeluk Izura erat, seolah mengatakan pada Izura bahwa mimpinya kini terwujud.
"Gue sayang lo, Izy," jujur Katherine tersedu-sedu.
Siapa sangka, hati kakaknya telah luluh terhadap Izura. Betapa bahagia Izura saat ini. Tak mau dia lepas rasanya pelukan tersebut. Bahkan tak ada niatan Izura untuk melerainya.
Sepenggal kalimat yang Katherine ucapkan mampu membius Izura dengan sempurna. Kakak beradik itu larut dalam perasaan masing-masing. Saling berpelukan seolah baru saja dipisahkan selama bertahun-tahun.
"Mara, setidaknya kita punya mereka." Radana berdiri bersama sang istri. Memandangai kedua anaknya bangga, walaupun salah satunya hanya orang lain yang mereka adopsi.
Tapi, rasa kasih sayang Amara dan Radana tak pura-pura. Kedua sejoli itu saling melempar senyum, tak lupa Radana juga merangkul istrinya. Mengecup pelan kening Amara, menyalurkan kehangatan milik pria tua disampingnya ini.
.
.Izura mendekati Darren mantap. Pemuda itu sedang duduk termenung di gazebo depan rumahnya, seperti biasa. Tak lupa Izura membawa rantang di tangannya.
"Lo gpp Ren? Gak kaya biasanya elo merenung kek gini. Banyak hutang lo," canda Izura menyerahkan barang di pangkuannya, Darren menyipit tak mengerti, menatap Izura seolah meminta penjelasan.
"Paan zy?"
"Ini gue ada bawa soto ayam kesukaan elo. Btw gue sendiri yang masak. Sorry aja kalo ga enak," cibir Izura merona malu. Darren yang mengertipun akhirnya menerima nampan itu dengan senang hati.
Dia bahkan menepuk tempat disampingnya, menyuruh Izura duduk.
"Ga usah Darren, gue ke sini ga niat lama-lama kok."
"Kenapa? Lagi sibuk lo?"
Izura terkekeh lalu mengeluarkan sesuatu dari balik saku celananya. Barang yang pernah Darren berikan pada Izura, sekarang Izura tak membutuhkannya lagi. Dia ingin memberikan barang yang bahkan bukan miliknya.
"Makasih buat kalungnya, tapi sorry Darren. Gue ga bisa tetep nyimpen kalung ini, gue ga berhak dapetin ini." Izura tersenyum tipis menyerahkannya. Darren jadi ragu sendiri, kenapa Izura berubah saat ini? Apakah Izura ingin menjauh darinya. Pikir Darren.
"Kenapa Zy?"
"Ada hati yang mesti elo jaga. Gue juga harus mulai lupain elo, ga lucu kan kalo nanti gue jadi orang ketiga dihubungan elo sama Kak Ketty." Darren terkekeh, Izura tanpa rasa malu mengungkapkan rasa sukanya. Izura gadis pertama yang dia temui dengan hal semacam itu.
"Lo suka gue?"
"Enggak kok, gue cuma kagum aja. Lagian yah, semua orang udah punya jodohnya masing-masing. Masa gue suka elo sih, secara elo bentar lagi jadi kakak ipar gue."
"Gue ragu sekarang."
Izura mengernyit, niatnya pulang malah terhenti dan ikut duduk disebelah Darren. Menikmati helaian pelan angin yang menerpa.
"Ragu? Maksud lo apaan?"
"Baru pertama kalinya gue ragu sama perasaan sendiri." Darren menatap langit luas itu dengan terpejam. Menerawang jauh ke masa lampau. Mengingat awal dia bertemu dengan Izura.
Izura mengerti. Sangat paham betul, Darren pasti meragukan Katherine karena acara makan siang tempo hari. Dia mendekati Darren, menepuk pelan tangan Darren lalu tersenyum.
"Gampang kok. Coba lo tutup mata sekarang."
Walaupun ragu akhirnya Darren melakukan perintah itu, menutup mata lalu menunggu intruksi Izura. "Jangan pikirin apapun. Kosongin kepala lo, kosong dan kosong."
Darren mengernyit namun tetap menurut. Izura tersenyum lalu menghitung hingga tiga.
"Hitungan tiga lo harus buka mata. Liat siapa yng elo liat saat mata lo kebuka lebar, kalo itu Katherine. Maka jangan ragu sama cintanya Katherine."
Izura sendiri duduk dibelakang Darren. Membiarkan Darren agar saat matanya terbuka, tak ada Izura di depannya. Izura sengaja tidak menghitung, membiarkan Darren yang menghitung dan melakukannya sendiri.
"Satu, dua ... tiga."
Hening!
Tak ada yang terjadi. Darren mengerjap lalu memanggil Izura, "Izy, lo dia mana?"
"Belakang elo Darren."
Darren menoleh cepat.
"Andai elo yang kirim gue notes. Pasti gue akan cinta sama lo," celetuk Darren menggoyahkan hati Izura, lagi.
.
.Tgl: 24 Juli 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakan! Siapa Pengirimmu?(TAMAT)
Teen Fiction"Hey, boy. Cewe sekalinya dikasih harapan pasti bakal tetep bertahan. Dia ga akan terus berjuang kalo elo ga buka jalan." ~dia~ Sama seperti Izura. Mendapat Bunga rahasia tanpa identitas membuatnya yakin bahwa si pengirim selalu bersamanya ... orang...