4. Babon oh babon

242 71 189
                                    

Izura sudah nampak seperti orang gila, bagaimana tidak. Sedari tadi dia hanya mesem-mesem saja, berbaring terlentang dengan mata menerawang. Mengingat cekcok antara dia dan Darren tadi sore.

"Lo ngintip kan?"

"Enggak, gue ke sini mau cari si Nino. Ga sengaja gue liat lo renang, jadi yah gue liatin aja. Keberuntungan ga datang dua kali," ucap Izura jujur. Tangannya tak tinggal diam, terus mencengkram celana yang dikenakannya. Bahkan jantungnya pun bergemuruh cepat, seakan dia diharapkan dalam sebuah ulangan Kimia.

"Lo ga waras?"

"Waras dong makanya gue bisa bedain mana yang gila sama mana yang enggak."

"Ga tau sopan santun lo."

"Dih fitnah. Siapa bilang? Buktinya gue pas masuk ke sini udah ucap salam kok. Siapa suruh ga jawab."

"Jangan ganggu privasi gue." sinis Darren dengan tangan menunjuk tepat ke wajah Izura dengan penuh murka.

"Ganggu privasi lo kaya gimana?" heran Izura dengan tetap santai.

"Ngintip." Darren membelalakkan mata dengan bersidekap dada. Menatap lurus kemanik mata Izura, tatapan mengintimidasi.

"Jadi lo malu gue intip. Padahal santai aja, gue ga suka merkosa orang kok?" Sepanjang berbicara Izura dengan sengaja menarik turunkan alisnya. Dia sama sekali tak merasa gentar oleh perlakuan Darren.

"Sinting lo."

"Bomat, bodo amat." Izura hendak pergi menjauhi Darren, tapi apa boleh buat. Nasib sial menggerayanginya, dengan tidak sengaja. Kaki Izura menginjak kaki Darren cukup keras dan membuat si empunya menjerit.

"AAA, gila lo yah?" sembur Darren penuh murka.

"Sorry pak, saya cuma mau bilang ... KABUURR."

Entah kenapa, Izura malah memikirkan Darren sekarang. Juga begitu eloknya tubuh Darren yang arrgh Izura tak bisa menjelaskannya dengan kata-kata.

Intinya sekarang ada hal yang amat penting dari apapun, misi baru dan tidur malamnya.

.
.

Suara langkah kaki mendominasi pagi ini dikeluarga Radana Delcon, juga ketika teriakan Izura menyusul setelahnya. Menggelegar ke seantero penjuru rumah.

"LO MAU KE MANA? JANGAN TINGGALIN GUE."

Katherine tersenyum miring dan berucap, "gue mau ke sekolah. tatah dedeku sayang!"

"TUNGGUIN GUE!"

"SHIT. DASAR KAKAK GA TAU DIUNTUNG."

Teriakan Izura berhenti setelah kakinya tak sengaja tersandung batu karena menghentak terlalu keras. Sesegera mungkin dia menetralkan wajahnya dan kembali tersenyum cerah. Walaupun hatinya dongkol tapi senyuman tak boleh pudar.

"Gue minta nebeng sama si Salmon aja deh."

Baru saja ponselnya dikeluarkan, dia melihat Darren turun dari mobil dan bersiap masuk ke rumah. Tanpa tahu malu, Izura berlari dan menghentikan tangan kekar pemuda itu dengan menariknya kebelakang.

"Lepasin," ketus Darren pelan penuh penekanan.

"Anterin gue ke sekolah yah. Please," pinta Izura dengan mata memohon penuh harap, tak lupa dengan tangan terkatup rapat.

"Ga!"

"Sebagai tetangga baru yang baik. Lo harus bersilaturahmi sama tetangga yang lainnya. Apalagi tetangga lo ini baik dan tidak sombong. Iya ga?"

Katakan! Siapa Pengirimmu?(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang