11. Harga diri, Please

140 47 68
                                    

"Izy, temenin ibu beli buah-buahan yah."

Izura membelalakan matanya, kaget. Mengajak membeli buah semalam ini. Ibunya ga waras apa, kenapa mengajak dia selarut ini. Izura menggeleng dengan wajah memelas. Dramatis.

"Ibu, oh ibu engkaulah wanita~"

"Malah nyanyi. Mana ga enak lagi suaranya, serak serak nyeletit kena ulu ati."

Lagi, Izura menatap Ibunya kesal. Mulutnya tercabik. Dia membuka suara tanda penolakan, "ibu, kok Izy sih? Mau ngapain? Buat apa? Why?"

"Banyak omong banget kamu ini, anak siapa sih?"

Krik ... Krik....

Izura menatap Ibunya sendu, sudah tentu anaknya, apa yang mesti diragukan lagi. Kadang, jalan pikir Amara dan Izura tak jauh berbeda. Itulah kesamaan mereka, telmi.

"Pokonya ikut ibu, kalo mau uang jajan kamu nambah 50 persen."

"ASHIAP, LAKSANAKAN IBU NEGARA."

Keduanya lalu berpamitan, memesan grab dan berangkat menuju supermarket. Membeli buahlah tujuannya, kata Amara, mereka membeli buah untuk Meripuli, sekalian menjenguk Meripuli yang tengah sakit. Masa yabg sakit ga dibawain makanan, begitulah celotehan Amara. Membuat Izura pening seketika.

Tidak dijelaskanpun Izura bahkan tidak peduli.

Tatapannya tak sengaja terarah pada dua orang pria yang dia kenal. Walaupun kakak kelasnya, tapi Izura kenal betul dengan mereka. Gelagatnya aneh sekali. Terlebih ini sudah cukup larut, jalanan mulai lenggang dan kedua orang itu berkeluyuran.

Izura menghentikan langkahnya, dia tidak ikut masuk ke supermarket demi memastikan penglihatannya. Apakah yang dia lihat ini nyata?

"Izura, anaknya Bapak Radana, cepet ke sini. Ibu panggilin malah diem di situ. Udah kaya mayat idup aja, heran." Amara memijit pelipis dengan gelagat kesal.

"Iya iya Ibu, ini Izy ke sana," ucap Izura geleng-geleng kepala. Pusing. Ibunya cerewet sekali macam toa mesjid, beruntung Izura masih menyayangi Bundanya. Dia menoleh lagi kebelakang, tepat menatap para pemuda di sebrang jalan. Lalu, Izura bergumam.

"Kak Navis sama kak Dery kok keluar dari club?"

"IZY! KAMU PUNYA KUPING GAK?"

Amara terlihat kesal, dia berkaca pinggang membentak sang putri hingga membuat semua pengunjung menoleh heran padanya. Apa dia peduli, tentu saja terganggu dengan tatapan aneh orang-orang. Tapi, Izura tidak bisa menurut pada Amara. Jadilah dia emosi.

"Iya ibu iya."

.
.

Keadaan ricuh, sangat ricuh.

Saling mengeluh, melempar kertas, bergosip ria dan banyak lainnya. Inilah yang akan kalian lihat jika berada di kelas 10 Mipa 3. Kelasnya Simon. Tak ada kehidupan tenang, yang ada hanya peperangan Negara api.

Apakah Izura ikut-ikutan. Oh tentu saja iya. Karena pasalnya, Simon si biang kerok telah mencuri pena miliknya yang sudah ke-5 kalinya. Izura bisa bangkrut jika bolpoin miliknya kerap kali diambil Simon tanpa izin. Menyusahkan.

"Gue pukul nih pala lo pake sapu. Mampus-mampus deh sekalian, kagak peduli gue," sembur Izura mengejar Simon. Tatapannya tajam menusuk, marah besarlah dia pada Simon yang dengan lancang mencuri miliknya. Lagi.

Simon berlari santai, kejaran Izura tak dia takutkan. Sudah biasa dia hadapi, "idih, kok ngamuk di kelas orang sih neng? Kagak malu?"

"Lo yang ga punya urat malu. BALIKIN BOLPOIN GUE!"

Katakan! Siapa Pengirimmu?(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang