Kring!!
Bel yang ditunggu pun akhirnya berbunyi panjang, melegakan para pendengarnya. Begitupun Izura yang saat ini tengah menunggu Simon ditepi lapang. Dia membawa air mineral untuk Simon, berharap pemuda itu mau menerimanya.
Simon berjalan lunglai menuju Izura. Dia mengistirahatkan tubuhnya dibawah pohon rindang samping Izura. Pemuda itu bahkan sengaja merebahkan seluruh tubuh dengan mata terpejam. Napasnya naik turun tidak teratur.
Izura merasa kasihan juga pada Simon. Dengan ragu, dia mengambil tisu dan menyapu keringat Simon dengan itu. Izura bergerak sangat pelan, namun Simon dapat merasakannya, dia membuka mata dan netra keduanya saling tatap.
Terpaku satu sama lain.
Tangan Izura terhenti di pelipis Simon, dia merasa terbius dengan tatapan menyejukkan Simon. Dadanya bergejolak seiring tarikann napasnya yang memberat. Izura akhir-akhir ini selalu terpaku oleh tatapan mata legam Simon.
"Makasih," lirih Simon kembali terpejam. Dia membiarkan angin membelai wajahnya yang bersimbah keringat. Izura sendiri terus saja melanjutkan aktivitas, menyapu keringat Simon. Dia tersenyum saat melihat Simon bersikap setenang ini.
"Lo ga haus? Ini gue ada bawain air buat lo. Cepet minum gih!" Izura menyerahkan air mineral itu dan sengaja menempelkannya di pipi Simon.
Matanya kembali terbuka saat merasakan benda dingin bertengger di pipinya, "bikin kaget aja lo. Untung gue ga kenapa-napa, btw makasih nih minumnya."
Izura mengangguk. Simon bangkit dan duduk bersila.
"Hemm ada manis-manisnya."
Lagi-lagi Izura terkekeh, "lo kata Le minerale."
"Yang penting seger, terserah mau merek apa pun itu. Lagian pak Anton ga waras apa, nyuruh hormat segitu lamanya aduh pusing gue."
"Maaf, gara-gara gue," sesal Izura tertunduk dalam. Simon yang melihat itu langsung gelagapan sendiri.
"Ya elah Zy santai aja sama gue mah. Ora popo, jangan kek gitu , jijik gue liatnya pengen nabok." Simon meneguk minuman itu kembali sampai habis lalu membuangnya asal.
"Lo ... masih haus?"
"Bukan nih. Gue kepanasan, senyum dikit Zy biar gue adem."
Hoek.
Izura mempraktekkan cara orang muntah di depan Simon, merasa celetukan Simon kali ini tidak bermutu. Menyebalkan.
"Lo pikir gue AC. Kagak ada kagak ada, lo jadi gila gegara dihukum pak Anton yah."
"Iya nih, geser dikit sinyal ilang."
"Itu sih film susah sinyal, beda sama lo. Kalo elo susah waras ngerti gak?"
Simon mengipas-ngipasi tubuhnya dengan tangan, masih panas juga rasanya bahkan rambutnya sudah penuh peluh sedari tadi, "ampun Zy gue kepanasan. Balik yok, bisa-bisa gue jadi chiken kukuduku disini. Mateng sebelum waktunya."
"Iyain terserah lo deh."
"Hei," panggil Simon saat Izura berdiri dan membersihkan rok-nya. Sontak Izura menoleh karena panggilan itu.
"Kenapa?" tanyanya mengernyit dalam.
"Hei tayo hei tayo dia bis kecil ramah. Melaju melambat tayo selalu senang. Hey tayo hey tayo~" Izura merenggut saat Simon meninggalkan dia sambil bernyanyi tanpa nada dan irama. Fals.
Dihentak-hentakannya kaki Izura berulang kali, dia berusaha menyamai langkah lebar Simon, "berhenti nyanyi Salmon. Lo bikin kuping gue ternodai dengan ke fals-an lo itu. Ga ada nadanya kalo nyanyi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakan! Siapa Pengirimmu?(TAMAT)
Teen Fiction"Hey, boy. Cewe sekalinya dikasih harapan pasti bakal tetep bertahan. Dia ga akan terus berjuang kalo elo ga buka jalan." ~dia~ Sama seperti Izura. Mendapat Bunga rahasia tanpa identitas membuatnya yakin bahwa si pengirim selalu bersamanya ... orang...