23. TOD

95 30 64
                                    

Beruntungnya, Zael dan Zail sedang duduk manis di depan kelas. Secepatnya Tresa berseru dan bergabung dengan si kembar.

"Haleluya Mentemen, bosen gue di kelas mulu." Tresa duduk disebelah Zael dengan manis.

"Gabung aja sama kita, gpp kok. Iya kan Zael?"

Zael mengangguk, disusul Izura dan Liliack yang ikut duduk melingkar di depan kelas 10 IPA 3. Izura bersedekap dada dengan tampang bodohnya, "emang kalian lagi bahas apaan?"

"Si Zael lagi bahas tentang mimpi basah."

Plak!

Zael segera menimpuk keras kepala Zail sambil melotot penuh amarah. Sedikit membuat Izura terkekeh, selain Simon yang tidak waras, teman-temannya pun tidak waras. Apa boleh buat, Izura juga bisa ketularan bukan?

"Ngaco lo. Enggak kok, gue gak ngomongin itu. Eh btw, kita main TOD yu!" ajak Zael mengalihkan pembicaraan. Ditatap sinis oleh Izura, beraninya mengalihkan pembicaraan dengan setenang itu.

"Lo ngalihin pembic...."

Belum sempat Izura berujar, Simon datang dari kelas dengan berlari tunggang-langgang. Dan jangan lupakan teriakannnya.

"KABUR ANJIR," pekik Simon tak tahu malu.

Terlambat, kerah baju Simon ditarik oleh Icha, teman sekelasnya dengan tatapan menusuk penuh dendam, "BUANG CACINGNYA ATAU GUE LAPORIN PAK ANTON!"

Glek.

Simon tersenyum simpul lalu mengangguk, "iya Icha cantik. Gue buang kok, tenang aja. Sekalian sama elonya gue buang."

"ANGGAAA."

Izura dkk hanya menonton kesialan teman mereka. Tak ada niatan membantu, memang itulah yang dinamakan tidak setia kawan. Tapi apa boleh buat, tak ada yang harus dibantu. Simon selalu menjahili orang tanpa beban. Seoalah kesenangan bisa dicari dari sana.

Tentu saja semuanya sudah tak asing lagi dengan tingkah jahil Simon di kelasnya. Begitu juga Izura, gadis itu pun kini mulai ikut-ikutan jahil gara-gara Simon. Pengaruhnya cukup terbukti.

"Imo, lo mau ikutan TOD gak?" Izura berseru malas.

Simon yang merasa terpanggilpun menoleh, "lo manggil gue?"

"Bukan ... gue manggil mantannya si Verni. Ya IYALAH ELO, SIMON."

Simon berjalan tenang setelah membuang cacing yang Icha maksud ke tong sampah. Benar-benar tak berpri kehewanan. Pemuda itu duduk di samping Izura tanpa beban. Menyilakan kaki, lalu bersantai.

"Kita mulai truth or dare nya okeh. Gue yang pertama muter," celetuk Zael semangat. Dia mengambil botol aqua bekas yang segera ia putar cepat. Semua mata memandang cemas pada putaran botol. Tatapan mereka tertuju hanya pada titik itu. Berharap-harap cemas.

Hingga botol melambat dan berhenti tepat di depan Simon.

"TOD." Semuanya memekik hampir bersamaan.

Dengan santai Simon menjawab, "true."

Zael tersenyum sinis, memutar-mutar botol mineralnya angkuh lalu berujar, "kenapa lo putus sama Verni? Siapa yang mutusin."

"Kalian kepo banget sama idup gue. Dikit-dikit mantan, Verni, mantan lagi mantan terosss. Padahal masa lalu. Heran gue sama kalian," sanggah Simon tak habis pikir.

"Pokoknya jawab, lo udah milih true tadi. Ga mau tahu musti dijawab jujur." Izura bersedekap dada lebih angkuh. Simon harus menjawab pertanyaan Zael sejujur-jujurnya.

"Karena Verni lebih milih kekayaan si Dery, kakak kelas begajulan itu. Dia yang mutusin gue, tapi gue HAPPY DONG. Beruntung gue bisa putus dari spesies monkey 2020 itu."

Hening.

Bukan karena jawaban Simon. Tapi karena orang yang sedang Simon bicarakan benar-benar ada di belakang pemuda itu. Berdiri tanpa berkedip, sedikit kaget nampaknya akan pernyataan Simon.

"Itu di belakang elo," bisik Zail menyenggol lengan Simon.

"Apaan?"

"Liat aja sendiri, noh."

Simon berbalik, dia langsung yerkejut saat Verni menatap Simon dengan raut kesedihan andalannya, "HWA, ANGGA JAHATTT."

Pergilah Verni dari sana dengan terus berlari tunggang langgang, tangannya setia menutupi wajah sang gadis.

"Yes, mantan gue benci sama gue. Hahaha."

Semua teman Simon telah menarik kesimpulan bahwa pria itu sudah tidak waras.

Terutama Izura, dia lebih memilih menggeleng dengan mata terpokus pada Liliack yang sedari tadi diam menyimak tanpa ikut bicara.

"Cepetan puter lagi, lama banget deh." Tresa berkata tidak sabaran.

Simon menanggapi acuh, dia duduk santai lalu mulai memutar botol itu, lagi. Kembali semua mata tertuju dengan deberan jantung berirama keras. Menanti dengan degupan sang jantung yang minta marathon.

"PUAS LO ZAEL!" teriak Simon puas, kemudian melanjutkan ucapannya, "true or dare?"

"Dare," pasrah Zael akhirnya. Izura dapat menangkap hawa-hawa aneh diantara mereka. Antara Zael dan Tresa. Terbukti sedari tadi Tresa mencuri-curi pandang. Apa jangan-jangan ada sesuatu

"Ngomong aja ga mau jujur karena takut ditanyain tentang hubungan lo sama Tresa, hayo ngaku gak lo." Sontak, pipi Tresa bersemu. Tresa memukul pelan tangan Izura tak terima.

"Kok gue dibawa-bawa sih," protes Tresa yang merah padam wajahnya.

"Pede lo, mak lampir."

Bersamaan dengan itu Simon memekik, dia telah menemukan dare yang tepat untuk Zael. Beruntung cuaca sedang mendukung Zael, karena memang, dare dari Simon agak keterlaluan. "Jalan bebek keliling lapangan 3x."

"APA!" pekik Zael tidak percaya. Selebihnya Zail malah tertawa dan menepuk pelan bahu sang kakak.

"Sabar yah. Gue bantuin deh. BANTUIN DO'A. HHAHA." Zail si adik kembar Zael terkikik geli tak tertahankan. Ekspresi Zael terlalu berlebihan dan kocak.

"Adek geblek lo."

Mau tak mau Zael melakukan apa yang diperintahkan Simon. Jalan bebek di lapang. Sesekali pemuda itu berhenti karena kelelahan. Izura hanya memandangnya saja sudah merasa lelah, apalagi jika mencobanya. Mana lagi, semua mata yang menatap Zael dengan tawa mereka.

Tresa mengerucutkan bibir, merasa kasihan dengan Zael. Bisa-bisanya Simon memberikan tantangan sekonyol itu pada temannya sendiri. Seusai melakukan dare tersebut, Zael segera menepi, hingga terlentang didekat teman-temannya. Lelah. Penat. Semua ia rasakan.

"Malunya itu loh ya ampun," lirih Zael pelan. Tresa tak tinggal diam, dia memberikan tisu pada Zael penuh malu.

"Btw, makasih Tres."

Izura memicing curiga pada dua sejoli yang nampaknya sedang di madu asmara ini, "ehem ehem."

"Apaan sih Zy, " tegur Tresa tek terima. Sebelum dua orang itu beradu mulut, Zael segera memutus kobaran api tersebut dengan memutar botol. Putaran kali ini cukup pelan. Temponya melambat, botol itu berhenti tepat dihadapan Izura.

"Yah, gue kan yang kena."

"TOD pokoknya cepetan elah." Zael tidak sabaran.

"Dare, dari pada disuruh jujur mending gue nerima tantangan."

Zael tersenyum sinis lalu beropini, "noh, lo liat kak Keyla kan temennya kakak lo. Yang lagi duduk dideket lapangan."

Izura mengangguk, agaknya dia merasa ada sensasi ketidak enakan disekitarnya. Sepertinya dare dari Zael tidak main-main.

"Lo harus marahin kakel cantik itu."

Deg!

Apa-apaan ini?

.
.

Tgl: 13 Juli 2020

Yang hari ini sekolah. Fighting yahh🥳

Katakan! Siapa Pengirimmu?(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang