1. Hadiah Calon Suami (revisi)

1.5K 191 353
                                    

Happy reading, and hope u enjoy!

***

     DUA orang gadis sedang duduk di kursi besi yang terletak di pelataran samping rumah bertingkat dua dengan penerangan temaram, mereka sedang heboh memotret diri mereka dengan kamera depan ponsel yang berlogo apel digigit musang itu.

Seolah tidak terjadi apa-apa di rumah gadis yang sedang merayakan hari ulang tahunnya yang ke-17 tahun, dan mengabaikan suara lagu yang bertendum keras serta orang-orang yang heboh gregetan sebab mereka sedang melakukan sesi bermain game yang biasa dilaksanankan di party-party birthday.

Gadis yang memakai gaun selutut bermotif kelinci putih dan rambut sebahu yang menjuntai lurus ke bawah dengan hiasan bandana putih yang terdapat dua telinga kelinci mungil itu, terlihat sedikit mengerutkan keningnya dan menggembungkan pipi tembamnya sehingga membuat bibir ranumnya membulat dan terlihat imut di depan kamera.

Sementara sahabatnya—Rania Bramasta—yang memegang ponsel memperkirakan pose mereka siap, ia pun segera menekan lingkaran putih di layar untuk menjepret diri mereka.

Seperti kebanyakan gadis akil balig lainnya yang memiliki rasa penasaran seberapa cantiknya-atau seberapa anehnya-wajah mereka tertangkap kamera, Nia langsung melihat galeri dan melihat foto mereka yang baru terambil.

Ia mendesah kecewa melihat hasilnya, apalagi saat melihat wajah sahabatnya yang terlihat imut di sana sementara wajahnya berpose aneh dan sangat kontras sekali dengan orang yang di sampingnya. “Ih, Liana! Lu curang, deh. Kan tadi gue bilang pose muka jelek, kok lu malah bergaya sok imut, sih, di sini?” serbunya yang merasa tidak adil, bibirnya kian maju seperti moncong bebek.

Gadis kecil nan molek yang bernama lengkap Berliana Razkya, ia hanya menyengir kuda kikuk tatkala sahabatnya itu mulai mengomel seperti mamahnya. Jari manis dan jari tengahnya teracung menandakan ajakan perdamaian. “Itu aku udah jelek-jelekin, lho. Kamu emang nggak lihat muka aku yang sok lagi ngambek di situ?” sahutnya membela diri.

Nia memicingkan tajam matanya dan menyunggingkan senyum yang dapat Liana tebak bahwa sahabatnya itu pasti akan menyuruhnya melakukan hal aneh padanya. “Sini, gue ajarin berpose muka jelek. Nanti lu ikutin gue, ya,” titah Nia menaik-turunkan alisnya guna membujuk sahabatnya itu.

Sedangkan Liana hanya bisa mengangguk pasrah menuruti kemauan Nia.

Nia pun mulai beraksi aneh. Ia menyelipkan lidahnya di tengah sela bibir dan gigi atas sehingga membuat mulutnya seperti bentuk mulut kera. Kemudian netra hitam legamnya ia putar ke atas dan membuat putihnya saja yang terlihat, sembari masih dengan posisi mulut dan mata yang sama, ia menggaruk kepalanya menggunakan tangan kanannya, sementara tangan kiri yang memegang ponsel ia posisikan di perut.

Liana yang melihat tingkah aneh sahabatnya itu pun tertawa terbahak-bahak. “Ih, ini monyet nyasar dari kebun binatang mana, nih?” ledeknya sambil terkekeh geli.

Lantas melihat Liana yang puas menertawakannya, Nia menormalkan kembali perbuatannya. Bukannya marah karena sahabatnya menistanya, Nia justru tersenyum manis, tetapi tetap terkesan menyeramkan bagi Liana. Sebab di balik senyum sahabatnya itu, ia pasti memiliki rencana busuk.

“Terserah lu mau ngakak sampai terkentut-kentut pun nggak apa, kan gue tadi niatnya mau ngajarin elu. Sekarang lu ikutin pose gue tadi,” ujar Nia.

“Oke.” Liana pun mulai bergaya seperti lutung kasarung seperti yang dicontohkan sahabatnya tadi.

Benar saja dugaan Liana. Alih-alih mereka berfoto berdua, Nia justru hanya memfoto dirinya sendiri dengan pose memalukan itu. Liana pun panik. Ia ingin merebut ponsel Nia yang terdapat aibnya, tetapi keburu Nia matikan poselnya dan disimpan dalam tas kecilnya.

Takdir Yang Tertulis [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang