BAB 21 - tamu istimewa

565 53 3
                                    

Dua bulan kemudian ...

"Jo, keren yaa Mrs. Abrielle, dosen kita. Selain jadi dosen freelance di kampus kita, dia juga kerja jadi fashion editor di majalah Vouge lho!" ujar Moti sambil menyesap kopi pesanannya di sebuah café bareng Jodha sore itu.

"Iyaa, dia emang keren!" sahut Jodha sambil mengaduk-ngaduk kopinya. "Tapi ngomong-ngomong, menurutmu enakan yang mana, Mo? Jadi fashion editor di majalah fashion terkenal atau kerja jadi desainer untuk brand besar macem Zara, Dior, Dolce Gabana atau yang lain, atau ... bikin clothing line sendiri, yaa macem jadi fashion preneur gitu?" tanya Jodha penasaran sambil memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang di sekitar mereka.

"Hmm ... kalau aku mungkin pengin nyoba jadi desainer untuk brand besar, Jo! Biasa cari pengalaman dulu!" sahut Moti sambil membuka-buka ponselnya untuk mengecek kalau ada pesan masuk yang terlewat.

"Boleh juga! Mungkin setelah itu kita bisa bikin clothing line sendiri kali yaa? Pasti seru!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Boleh juga! Mungkin setelah itu kita bisa bikin clothing line sendiri kali yaa? Pasti seru!"

"Iyaaa ... buat kamu yang punya suami kayak Kak Jallal, pasti seru! Aku yakin dia pasti bakal dukung kamu 100% untuk buka usaha clothing linemu sendiri! Itu sudah pasti, percaya deh sama aku!" ujar Moti sambil menjentikkan jarinya.

"Kamu ini ... tapi aku kan juga pengin mandiri, pengin usaha sendiri, jadi nggak tergantung sama dia!" sahut Jodha sambil menyesap kopinya.

"Jo, kamu nyadar nggak? Bener juga yang dibilang sama Kak Jallal, ternyata memang ada keasyikan tersendiri yaa ... sambil ngopi kayak gini dan ngelihatin orang-orang yang lalu-lalang sedari tadi, rasanya seru juga!" Jodha mengangguk membenarkan ucapan Moti.

"Iyaa siih ... tapi aku kurang suka sama orang-orangnya!" ujar Jodha setengah berbisik. "Mereka itu memiliki skor individualism yang tinggi! Aku akui kalau mereka itu memang sangat respek sama kebebasan serta tanggung jawab individu, bahkan berpandangan kalau segala sesuatunya haruslah diperjuangkan sendiri, itu bagus ... tapi kita ini mahluk sosial, yang tetep butuh bantuan orang lain, iya kan?"

 tapi kita ini mahluk sosial, yang tetep butuh bantuan orang lain, iya kan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Richard

"Eits, tapi jangan berburuk sangka dulu, Jo. Menurutku yaa ... individualisme mereka ini nggak sama dengan sifat mementingkan diri sendiri atau egois. Namun, individualisme yang fokus sama tanggung jawab serta hak dan kewajiban individu. Contohnya itu seperti melakukan semua pekerjaannya dengan sungguh-sungguh, menurut mereka itu adalah perwujudan dari perjuangan individualismenya!" jelas Moti penuh semangat.

SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang