BAB 52 - Rukayah berulah

431 47 8
                                    

Tiga hari tanpa Jallal di sisinya, membuat hati Jodha serasa hampa. Beberapa kegiatan yang sering dilakukannya bareng Jallal selama seminggu kemarin, rupanya membuat Jodha jadi terbiasa, seperti lari pagi, masak bareng di dapur, nonton film di ruang keluarga atau di kamar, juga main bareng Salim, membuat Jodha ingin melakukannya setiap hari.

Namun, Jodha sadar ... Jallal bukan sepenuhnya miliknya ada Salima yang juga ingin berbagi waktu bareng Jallal, hal ini membuat Jodha sedih. Untungnya Jallal senantiasa mengirimkan pesan-pesan mesra ke Jodha via ponsel, membuat Jodha semakin yakin kalau Jallal sangat peduli dan perhatian padanya.

"Apa, Mbok? Tuan Jallal pergi ke luar kota? Kapan?" tanya Jodha heran sore itu sepulang kantor, saat Mbok Nah mengabarkan perihal kepergian Jallal ke luar kota.

"Yaa ... siang tadi, Non! Tuan Jallal kelihatan buru-buru banget. Waktu itu Mbok lagi di depan lagi nyapu teras depan, pas Tuan Jallal pergi," sahut Mbok Nah resah. "Pas Mbok nanya ke Dedeh, kata Dedeh ... Tuan Jallal keluar kota selama seminggu, ada kerjaan yang harus di selesaikan."

Jodha pun mendengkus kesal sambil menghempaskan tubuhnya di sofa di ruang keluarga. "Kok dia nggak bilang sama aku ya?"

"Mbok kira, Tuan Jallal sudah pamit sama Non!" sahut Mbok Nah yang jadi ikutan gelisah, begitu melihat majikan kesayangannya gelisah.

"Kalau sudah pamit, pastinya aku tahu lah, Mbok! Coba aku aku telfon Tania, sekretarisnya Jallal, aku yakin dia pasti tahu!" gumam Jodha sambil mengeluarkan ponsel dari dalam tas dan dicarinya nomer ponsel Tania.

"Selamat sore, Bu Jodha! Ada yang bisa saya bantu?" tanya Tania di ujung sana dengan nada bingung.

"Tania, aku cuma mau nanya, apa Pak Jallal ada tugas keluar kota?" tanya Jodha cemas sambil memberikan kode ke Mbok Nah untuk mengambilkan air putih.

"Oh iyaa, Bu ... benar! Pak Jallal sore ini terbang ke Kalimantan, Bu. Ada pekerjaan di sana yang harus diselesaikan!" sahut Tania heran. Karena baru kali ini istri boss-nya mencari si boss.

"Oooh gitu yaa ... rencananya berapa hari di sana?"

"Sepertinya satu minggu, Bu! Tapi mungkin bisa lebih, tergantung kondisi pekerjaan di sana. Apa Pak Jallal nggak pamit sama Ibu?"

"Nggak, Tania! Itulah kenapa aku telfon kamu. Ya udah ... gini aja, tolong aku dikasih tahu setiap perkembangan Pak Jallal di sana yaa dan kapan dia akan pulang? Aku tunggu informasinya ya, Tania," pinta Jodha penuh harap.

"Iyaa, Bu! Saya pasti akan segera informasikan ke Bu Jodha."

"Okee, terimakasih, Tania!" Jodha segera mematikan ponselnya dan segera meminum habis air putih yang sediakan oleh Mbok Nah. Jodha benar-benar kesal sama Jallal karena Jallal pergi begitu saja darinya, tanpa pamit padanya.

♥♥♥♥♥♥♥

"Sayang, jangan diem gitu dong ... aku kan udah bilang dari tadi, aku minta maaf ..." ujar Jallal cemas, begitu menyadari kalau Jodha ngambek, gara-gara Jallal tidak pamit. Jallal benar-benar bingung karena sedari tadi Jodha hanya diam saja, tidak merespon ucapan Jallal.

"Jo ... udah dong ngambeknya ... tadi itu aku buru-buru banget, bener ... suer! Aku pikir nanti saja kalau sudah sampai sini, aku baru ngomong sama kamu," jelas Jallal sambil berjalan mondar-mandir di kamar hotel yang disewanya.

"Kenapa nggak kirim pesan waktu di bandara?" sahut Jodha tiba-tiba dengan nada ketus.

"Kan tadi aku udah bilang ... kalau aku itu lupa, tadi pikiranku cuma soal kerjaan saja. Dari tadi aku ngobrol sama karyawanku yang di Kalimantan, aku harus mastiin keadaan mereka, sayang," jelas Jallal penuh harap.

SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang