"Jallal, ada sesuatu yang harus aku bilang ke kamu ...," ujar Jodha dengan kedua bolamatanya yang berkabut.
"Kamu mau bilang apa, sayang? Aaah ... aku tahu ... kamu pasti mau bilang kan dimana anak kita, iya kan?" sela Jallal dengan senyumnya yang mengembang, hingga menunjukkan barisan giginya yang rapi dan putih.
"Jallal, dengarkan dulu! Jangan sela perkataanku ..." Jodha mulai merajuk.
"Oooh ... oke, oke ... baiklah, aku akan diam dan menjadi pendengar yang baik, kamu mau bilang apa? Hmm ...?" tanya Jallal sambil menatap kedua bolamata Jodha yang bulat, lekat. Jodha jadi salah tingkah dan cemas, Jodha takut kabar buruk yang akan disampaikannya ini akan membuat Jallal murka, karena Jallal sangat menginginkan anak ini.
"Begini ..."
Jodha menarik nafas dan menghembuskannya perlahan, dikuatkan hatinya untuk mengatakan berita bohong ini ke Jallal. Jodha tidak punya pilihan lain, karena Jodha juga tidak mau Ibu dan Tantenya masuk penjara, hanya gara-gara Jodha mengatakan yang sebenarnya tentang bayi mereka.
"Kamu tahu ... kenapa aku mengajak kamu ketemuan di sini?" Jallal menggeleng. Namun, matanya tak beralih menatap Jodha. "Karena ... di sinilah bayi kita berada, sayang." Jallal tercengang menatap Jodha tidak percaya.
"Apa kamu bilang ...? Bayi kita di sini? Maksud kamu ...? Maksud kamu ... di makam ini?" Jodha mengangguk lemah, membenarkan pertanyaan Jallal dengan suaranya yang bergetar, Jallal tidak percaya kalau bayinya telah tiada. "Maksud kamu ... bayi kita ..."
"Bayi kita telah meninggal, sayang ..."
"Nggak mungkin!" bentak Jallal lantang, hingga Jodha melonjak dan bergidik ngeri ketika melihat kedua bolamata Jallal yang menatapnya tajam dengan penuh amarah. "Kamu bohong kan, Jo! Bilang sama aku kalau kamu bohong!"
Jodha hanya bisa menggeleng lemah sambil menangis. Saat itu dari kejauhan Tante Gulby dan Bu Meinawati yang memperhatikan mereka dari dalam mobil mulai panik, ketika melihat Jodha mulai menangis.
"Gulby, lebih baik ... kita ke sana! Jodha sudah mulai menangis, kita harus memastikan dia mengatakan tentang kematian anaknya! Jangan sampai dia buka suara soal berita bohong ini!" ujar Bu Meinawati sambil bergegas keluar dari mobil, diikuti oleh Tante Gulby yang mengekornya di belakang, mereka berdua lalu menuju bangku taman, dimana Jallal dan Jodha berada.
"Kamu pasti bohong, Jodha! Tatap mataku dan katakan kalau semua ini adalah bohong! Kamu disuruh Ibu dan Tante kamu kan untuk bilang semua ini, iya kan? Jawab aku, Jodha!" bentak Jallal lagi sambil mencengkram kedua lengan Jodha erat. Jodha jadi takut dan menangis sedih, Jodha tidak pernah melihat Jallal jadi semarah ini.
"Aku nggak bohong, Jallal ... apa yang aku bilang ini benar! Kamu tahu kan ... kalau dia lahir premature, usianya baru 7 bulan ... semua organ dalamnya belum siap untuk beradaptasi dengan dunia luar, dia ... dia ... dia nggak sanggup bertahan di dunia luar! Maafkan aku, Jallal, maafkan aku ...," sahut Jodha dengan suaranya yang terbata-bata sambil menangis hingga dadanya terasa sakit.
"Tapi ini Paris, sayang! Aku yakin semua rumah sakit di kota ini bisa memberikan penanganan yang baik untuk bayi yang lahir premature!" bentak Jallal lagi.
"Tidak semua bayi premature bisa selamat, Jallal ... bayi kita mengalami komplikasi, pihak rumah sakit tidak bisa menanganinya, aku minta maaf, Jallal ..."
"Aaarrrrggghhhh!" teriak Jallal sambil melepaskan cengkraman tangannya dan berdiri lalu memukulkan kepalan tangannya ke pohon yang ada di dekat mereka, saat itu kedua bodyguard Tante Gulby nampak bersiap hendak mengamankan Jodha dari Jallal. Namun, Tante Gulby melarangnya dan menyuruhnya untuk tetap siaga, Tante Gulby dan Bu Meinawati hanya terdiam dan memperhatikan Jallal dan Jodha.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCANDAL
RomancePengorbanan seorang gadis demi kebahagiaan kakak dan keluarganya. Demi sang kakak, yang sakit-sakitan, Jodha rela melepas kekasih tercinta untuk sang kakak, Salima. Tapi apakah Jallal, sang kekasih, juga ikhlas menerima semua ini ? Apakah hubun...