Bab 8 - keliling kota

602 55 7
                                    

"Selamat pagi, sayang ... sudah siap?" teriak Salima, pagi itu, ketika Jodha membuka pintu apartemennya.

"Iyaa ... sudah!" balas Jodha malas sambil berbalik, menuju ke dapur. "Kakak, sudah sarapan?" ujar Jodha sambil menaruh telor ceploknya di piring. "Aku bikin sandwich, kakak mau?"

"Aku mau!" sela Jallal yang tiba-tiba muncul dan berjalan ke dapur, lalu menyesap orange juice Jodha yang tinggal setengah. Jodha melongo ketika Jallal menghabiskan semua orange juice buatannya. "Masih ada lagi?"

"Apanya?"

"Orange juice-nya!" sahut Jallal sambil menunjukkan gelas yang kosong ditangannya ke Jodha. Salima menghampiri mereka dan mengambil gelas kosong itu dari tangan Jallal.

"Sini aku buatin! Jodha masih sibuk bikin sandwich. Orange juicenya di kulkas kan, Jo?"

"Iya, kak ... cari aja disitu!" Salima bergegas ke lemari pendingin dan mencari-cari orange juice, sementara Jallal menghempaskan pantatnya di kursi dan duduk di depan Jodha sambil memperhatikannya dengan seksama, Jodha jadi tidak nyaman. 

"Kakak juga mau sandwich?" Salima mengangguk sambil menuangkan orange juice ke tiga gelas kosong yang disediakannya, lalu menyodorkan salah satunya ke Jallal dan duduk di sebelah suaminya ini, sementara Jodha duduk di sebelah Salima. 

"Hari ini kita awali pergi ke Menara Eiffel dulu ya, Jo!" ujar Salima sambil menyesap orange juice-nya lalu memakan sandwich buatan Jodha, Jallal juga nampak lahap menikmati sandwich itu.

"Terserah kakak aja, kemana aja, aku ikut! Kan aku udah minta ijin tiga hari nggak kerja," sindir Jodha sambil menikmati sandwich buatannya sendiri.

"Kenapa nggak yang deket-deket sini aja dulu sih? Kenapa harus yang jauh?" sela Jallal heran sambil mengelap ujung bibirnya yang belepotan saus sambal dengan tissue. 

"Sayang, banyak orang yang bilang, kalau ke Paris dan nggak ngunjungi bangunan paling ikonik di kota romantis ini, yaitu Menara Eiffel. Sama aja belum ke Paris!"

"Iyaa ... pendapat itu memang tepat! Tapi saranku, kalau mau ke Menara Eiffel itu, enakan malam hari! Nggak pagi-pagi gini!"

"Kenapa emangnya?" sahut Salima sambil merangkul pundak Jallal dari belakang. Jodha mencoba mengabaikan kemesraan mereka berdua. 

"Kamu nggak pengin ngabadiin momen keindahan suasananya? Itu menara kelihatan bagus banget karena lampu-lampunya kan?" Salima mengangguk, membenarkan ucapan Jallal. "Lampu menara itu biasanya hanya nyala setiap satu jam sekali, dan hanya lima menit! Itu momen langka banget!"

"Iyaa ... juga yaa, kalau gitu kita ganti jadwalnya deh!"

"Tapi katanya ngantrinya juga lama lho, kak!" Jodha menimpali ucapan Jallal.

"Ngantri sampai berapa lama?"

"Katanya sih kurang lebih hampir tiga jam, karena banyak turis yang datang ke sana!"

"Yang bener?" Jodha mengangguk, meyakinkan Salima. "Kalau gitu kita butuh tenaga ekstra nih kalau mau ke sana!"

"Yaa ... nggak papa lah! Seumur sehidup sekali kan?" sela Jallal sambil menyesap orange juicenya sedikit. "Sebenarnya yang paling asyik itu, kalau mau menikmati Menara Eiffel, kita bisa ngelihatnya di Champ de Mars!"

"Apa itu, sayang?" Salima jadi semakin penasaran dengan cerita Jallal sambil menatap Jallal lekat. 

"Champ de Mars itu macem ruang terbuka hijau, jadi kita bisa nyante di taman itu sambil melihat keindahan Menara Eiffel dari jauh atau bisa selfie dengan background Menara Eiffel."

SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang