BAB 57 - kesenjangan

679 58 13
                                        

"Bagaimana keadaan Salima, Dok?" tanya Bu Meinawati cemas, saat Dokter Burhan selesai mengecek keadaan Salima yang dirawat di rumah sakit.

"Berdoa saja, Bu. Karena saat ini Nyonya Salima dalam keadaan kritis, kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk memulihkan keadaannya," sahut Dokter Burhan sambil menatap ke Bu Meinawati dan Pak Bharmal bergantian, kemudian berlalu meninggalkan mereka.

"Bagaimana ini, Pak ... Ibu khawatir kalau terjadi sesuatu sama Salima."

"Tenang, Bu ... kita berdoa saja semoga keadaan Salima bisa lekas membaik," sahut Pak Bharmal yang berusaha menenangkan istrinya.

"Tapi hatiku nggak bisa tenang, Pak! Aku takut kalau terjadi sesuatu sama Salima! Dan semua ini gara-gara Jodha!" Tanpa basa-basi Bu Meinawati bergegas menghampiri Jodha yang saat itu sedang duduk di bangku panjang bareng Jallal.

"Ingat yaa, Jodha! Kalau sampai terjadi sesuatu sama Salima, Ibu nggak akan tinggal diam!" bentak Bu Meinawati geram dengan ekspresi wajahnya yang marah dan kesal, sementara Jodha dan Jallal tercengang dan tidak percaya akan ancaman Bu Meinawati.

"Ibu! Tenang ... jangan marah-marah gitu, ini di rumah sakit, sadar, Bu!" sela Pak Bharmal sambil memegang lengan Bu Meinawati yang mulai tidak bisa mengontrol emosinya.

"Benar yang dikatakan Bapak, Bu ... lebih baik saat ini kita fokus pada kesehatan Salima dulu, baru kita bahas lainnya," Jallal ikut menimpali ucapan Pak Bharmal sambil berdiri.

"Tapi kalau saja Salima nggak menemukan foto-foto itu, semua ini nggak akan terjadi, Jallal! Ibu yakin kalau Jodha memang sengaja memancing Salima untuk mencari foto-foto itu atau mungkin saja foto itu diletakkan begitu saja di kamarnya, sehingga Salima bisa langsung melihatnya!" ujar Bu Meinawati lantang, untung saja koridor dimana mereka berada saat itu sangat sepi, tidak ada orang yang lewat di sana.

"Ibu! Kenapa Ibu berfikiran demikian?" sela Jodha dengan nada sedih. "Kenapa Ibu selalu saja menyalahkan aku? Aku masih ingat, Bu ... dimana aku menaruh foto-foto itu, yang pasti Kak Salima nggak akan mudah untuk mendapatkannya," jelas Jodha lirih, kedua bolamatanya pun berkabut.

"Tapi buktinya apa? Buktinya Salima bisa mendapatkan foto-foto itu!"

"Itu artinya ... Kak Salima menggeledah kamarku, Bu!" bisik Jodha lirih dengan suaranya yang tertahan. Jallal berusaha menenangkan Jodha dengan menarik lengan Jodha dan mengusapnya perlahan.

"Jangan mengkambing hitamkan Salima dalam kesalahanmu, Jodha!" bentak Bu Meinawati penuh penekanan sambil melototkan kedua bolamatanya hingga nyaris hampir keluar. Bu Meinawati terlihat begitu marah.

"Ibu, sudah! Sadar, Bu ... kita ini lagi di rumah sakit!" Pak Bharmal ikut menyela ucapan istrinya. Pak Bharmal tidak suka kalau istrinya mulai melebar kemana-mana.

"Aku nggak terima, Pak! Aku nggak suka kalau Jodha malah menyalahkan Salima!"

"Aku nggak nyalahin Kak Salima, Bu. Ibu sendiri yang nyalahin aku. Kenapa sih, Bu? Kenapa Ibu selalu saja seperti ini kalau ada hubungannya sama Kak Salima?" tanya Jodha lirih dengan suaranya yang parau karena menahan tangis. "Selama ini aku diam, Bu. Selama ini aku ngalah, karena aku pikir ... semua ini demi kebaikan Kak Salima."

"Asal kamu tahu yaa, Jodha! Dari dulu ... sejak kamu lahir, Ibu memang nggak suka sama kamu!" ujar Bu Meinawati ketus dengan ekspresi wajahnya yang penuh kebencian.

"Ibu! Ngapain Ibu ngomong kayak gitu! Lagian ini bukan pada tempatnya Ibu ngomong kayak gitu!" sela Pak Bharmal cemas. Jodha dan Jallal semakin tercengang dan tidak percaya dengan ucapan Bu Meinawati.

"Biarin saja, Pak! Biar dia tahu siapa dia yang sebenarnya!" ujar Bu Meinawati sinis. "Pantas saja, anaknya pelakor karena ibunya juga pelakor, suka bikin skandal!" Pak Bharmal berteriak memanggil istrinya dengan nada marah.

SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang