BAB 16 - penthouse

573 45 8
                                    

Turun dari pesawat, Jallal, Jodha dan Moti segera meluncur ke hotel President Wilson yang terletak di jantung kota Jenewa, saat itu sudah hampir jam 2 pagi.

Sebagai kota terpadat kedua di Swiss setelah Zurich, Jenewa merupakan kota metropolis kecil. Namun, terpadat di Romandy, bagian dari Swiss yang berbahasa Prancis, maka tak heran kalau tampilan dan suasana kota Jenewa sangat berbau Prancis. Baik dari bahasa, budaya, gastronomi, sampai rangkaian gedung yang berada di kota ini.

 Baik dari bahasa, budaya, gastronomi, sampai rangkaian gedung yang berada di kota ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Waaah ... kotanya indah banget yaa ..." ujar Jodha kagum, ketika mobil jemputan dari hotel membawa mereka menyusuri jalanan di kota kecil Jenewa.

"Iyaaa ... yaaa, keren euuuu ...!" Moti ikut menimpali sambil melihat ke sisi kanan kiri jalan.

"Swiss memang negeri yang sangat cantik!" sela Jallal sambil menoleh ke belakang, menimpali kekaguman kedua perempuan yang berada di belakang kursinya. "Bahkan kalau nggak salah ada seorang pujangga besar yang pernah bilang kalau Tuhan pasti tersenyum ketika Ia menciptakan Swiss! Karena sebagian besar wilayah Swiss ini terdiri dari pegunungan Alpen."

Jodha dan Moti bisa melihat bayangan pegunungan itu di kejauhan, seperti sebuah gambaran siluet yang menjulang tinggi.

"Kalian lihat kan pegunungan itu? Jenewa ini diapit pegunungan Alpen dan Jura, juga berada di tepian Lac Leman atau danau Jenewa!"

Jodha dan Moti bisa melihat panorama malam sebuah danau yang begitu indah yang berada di tengah kota, ketika Jallal menunjuk sebuah danau yang mereka lewati, dimana ada semburan air mancur di tengahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jodha dan Moti bisa melihat panorama malam sebuah danau yang begitu indah yang berada di tengah kota, ketika Jallal menunjuk sebuah danau yang mereka lewati, dimana ada semburan air mancur di tengahnya. 

"Pemandangan pegunungan MontBlanc juga begitu dramatis, menurutku rasanya nggak ada kota lain di Eropa yang lebih menarik untuk ditinggali, selain kota Jenewa," puji Jallal tulus sambil menatap lurus ke depan. "Tapi ... banyak juga yang sering menyebut Jenewa sebagai dusun kecil yang depressing dan membosankan. Dimana toko-tokonya tutup jam 6 sore, dianggap sebagai kota yang nggak punya kehidupan, serta biaya hidupnya yang sangat mahal."

"Serius? Masa sih ... membosankan? Bagiku nggak tu! Iya nggak, Mo?" Moti mengangguk membenarkan ucapan Jodha.

Bagi Moti dan Jodha, Jenewa merupakan kota yang sangat indah yang memiliki taman, danau, museum, teater opera, bar, restoran dan bandara internasional, dengan fitur kota metropolis. Suatu perpaduan yang indah untuk sebuah kota kecil.

SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang