BAB 53 - cemburu tingkat dewa

544 56 13
                                    

"Mbok Nah, dimana Jodha?" tanya Jallal dengan nada cemas, ketika sudah tiba di rumah.

Mbok Nah yang baru saja kebingungan melihat sikap Jodha yang tidak biasa, jadi semakin bingung ketika melihat Jallal terlihat cemas dan terburu-buru.

"Ada di kamar, Tuan ..." sahut Mbok Nah sambil menunjuk ke lantai atas. Jallal pun mengangguk dan bergegas naik ke lantai atas, menuju ke kamar Jodha.

Setibanya di kamar, dilihatnya Jodha sedang terbaring di ranjang membelakangi dirinya sambil menutupi wajahnya dengan bantal. Jallal lalu melepas jas, sepatu dan kaos kaki yang dikenakannya, kemudian menggulung lengan kemejanya hingga ke siku, ini sudah fix kalau Jodha ngambek.

"Sayang ... aku sudah pulang ..." ujar Jallal sambil membelai rambut Jodha dan duduk di tepi ranjang. Jodha yang baru menyadari kehadiran Jallal segera beringsut menjauh dari Jallal, Jallal pun tersenyum. "Kok malah menjauh sih?" ujar Jallal sambil naik ke atas ranjang dan mendekati Jodha lalu memegang bahu sang istri.

"Aku minta maaf ... kalau aku nggak bilang ke kamu, kalau tadi dari bandara aku langsung ke kantor. Karena tadi itu ada rapat penting yang harus aku hadiri," jelas Jallal sambil berusaha membuka bantal yang menutupi wajah Jodha. Namun, Jodha tetap bersikeras menutupnya, agar Jallal tahu kalau Jodha sedang kesal padanya.

Jallal hanya menghela nafas dalam lalu mencium lengan Jodha yang memegang bantal dari puncak hingga ke jari, Jodha segera mengibaskannya dan bergeser lagi hingga ke tepi ranjang, lalu bangun dan terduduk di tepi ranjang.

Jallal kembali mendekatinya sambil mencengkram tangan Jodha, Jodha pun kembali berontak. Namun, cengkraman tangan Jallal begitu kuat, hingga Jallal mampu memeluk Jodha dari belakang.

"Kamu kenapa?" tanya Jallal sambil mencium rambut Jodha. Jodha masih saja terdiam dan terus berusaha memberontak. "Tadi kamu ke kantor kan? Aku sudah makan kuenya, makasih yaa ... tapi kenapa kamu nggak masuk ke ruang kerjaku?"

"Karena kamu lagi asyik sama perempuan lain!" sahut Jodha ketus dengan nada marah.

Sesaat Jallal tertegun lalu tersenyum geli dan mencium bahu Jodha dari belakang. "Maksud kamu ... Rukayah?"

"Siapa lagi yang bisa berduaan sama kamu selain dia di kantor?" sahut Jodha sinis.

"Ooh ... aku ingat sekarang, apa kamu yang banting pintu ruang kerjaku tadi? Waktu aku pelukkan sama Rukayah? Hmm ...?" tanya Jallal sambil melirik ke Jodha sambil memegang dagu Jodha agar menoleh padanya. Namun, Jodha terus memberontak.

"Kenapa tadi kamu nggak masuk dan tanya kenapa aku pelukkan sama Rukayah?"

"Buat apa ...?" sahut Jodha kesal sambil terus berusaha memberontak. Namun, pelukkan Jallal begitu erat di pinggangnya.

"Yaa ... karena aku akan bilang ... kalau aku baru saja memberikan selamat ke Rukayah, karena Rukayah berhasil mengambil proyek dari pemerintah yang sudah lama diincar oleh perusahaan. Apa aku nggak boleh merasa senang?" tanya Jallal sambil meletakkan dagunya di bahu Jodha.

"Tapi kenapa harus pelukkan di ruang kerjamu? Bukannya ... kamu sudah tahu kalau proyek kamu goal itu saat meeting tadi? Apa itu pelukkan pribadi?"

"Kok ngomongnya gitu sih? Itu cuma pelukkan biasa aja, sayang ..." Jallal berusaha menjelaskan ke Jodha.

"Pelukkan biasa gimana? Jelas-jelas aku lihat, Rukayah sangat menikmati pelukkan kalian itu!" ujar Jodha kesal sambil berdiri setelah berhasil keluar dari kukungan tangan Jallal.

"Kamu cemburu?" tanya Jallal yang masih terduduk di tepi ranjang.

"Iyaa ... aku cemburu! Apalagi aku tahu bagaimana kisah kalian dulu yang hampir saja mau menikah! Jelas saja aku cemburu! Sekarang aku tanya sama kamu ... apa kamu masih menyimpan rasa sama dia?" tanya Jodha sambil berdiri menjauh dari Jallal tanpa melihat ke arah laki-laki itu.

SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang