BAB 38 - red code

599 65 18
                                    

"Gimana, Jo? Kamu sudah ambil keputusan?" tanya Salima di ujung telfon siang itu, ketika Jodha sedang sibuk mendesain motif kain yang baru.

"Yaa ampun, Kak ... ini baru seminggu, aku bahkan belum sempet mikirinnya! Saat ini aku masih sibuk, Kak ... Kakak bisa ngerti kan? Aku lagi sibuk nyiapin pernikahan Sukaniya yang kurang sebulan lagi!" sahut Jodha tegas sambil menahan rasa kesalnya dengan mencoret-coret kertas yang ada di atas di meja.

"Aku bisa ngerti, Jo! Tapi kamu tahu kan gimana Jallal? Dia butuh kepastian dari kamu, iya iya ... nggak nggak! Karena kalau kamu nggak mau, dia akan menikahi Rukayah! Kamu nggak kasihan sama aku?" ujar Salima dengan nada sedih. Jodha jadi gamang.

"Aaarrhhhggg! Maunya apa sih tu orang? Kemarin-kemarin cueknya minta ampun, sekarang tiba-tiba aja minta nikah! Mendadak lagi!" bathin Jodha kesal sambil mencoret-coret kertas di depannya.

Tepat pada saat itu Moti yang masuk ke dalam ruang kerja Jodha, jadi tertegun melihat sikap Jodha yang terlihat sangat kesal sambil mencoret-coret sesuatu di atas kertas.

"Kamu tahu kan, Jo ... aku nggak bisa ngelepas Jallal gitu aja! Aku sangat mencintai dia! Aku nggak mungkin menyerahkan Jallal sama perempuan lain, apalagi sama Rukayah, orang yang dulu aku promosikan menggantikan jabatanku, sekarang dia malah menginginkan suamiku! Aku nggak bisa, Jo ... kamu bisa ngerti kan, Jo? Pleasee ... aku mohon, Jo,"  pinta Salima dengan nada mengiba, sementara Jodha hanya terdiam mendengarkan keluh kesah kakaknya.

Jodha mendengkus kesal sambil meremas-remas kertas yang dicoret-coretnya tadi, sementara Moti jadi semakin bingung dengan sikap Jodha sambil duduk di kursi yang ada di depan meja Jodha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jodha mendengkus kesal sambil meremas-remas kertas yang dicoret-coretnya tadi, sementara Moti jadi semakin bingung dengan sikap Jodha sambil duduk di kursi yang ada di depan meja Jodha. "Kakak, aku juga perempuan ... apa kakak sudah siap kalau aku nikah sama dia?" tanya Jodha kesal.

"Aku lebih siap kalau dia menikah sama kamu, Jo ... karena kamu adikku! Aku yakin kamu pasti bisa memahami aku, kalaupun kita harus berbagi, aku ikhlas ... itulah kenapa aku lebih milih kamu ketimbang Rukayah. Tolong, Jo ... jangan biarkan Jallal menikahi Rukayah, cuma kamu yang bisa menghentikannya!"  pinta Salima sambil menangis sesenggukkan di ujung telfon.

"Oooh ... Tuhan cobaan apalagi ini ? Beberapa tahun belakangan ini aku sudah tenang, aku sudah bisa berdamai dengan diriku sendiri untuk melupakan semua masa laluku yang kelam, bahkan aku sudah bisa lepas dari bayang-bayang Jallal! Tapi kenapa ... lagi-lagi kamu hadirkan dia dihidupku? Aarrrggghhhhh!"  bathin Jodha semakin memberontak.

"Jo ... kamu dengarkan apa yang aku bilang tadi? Jo ... please ... tolong jawab, berikan aku kepastian, Jo! Jallal ingin saat pernikahan Sukaniya nanti dia sudah mendapatkan jawabannya!"  ujar Salima melas.

"Apa ...?" bentak Jodha lantang. "Sorry, Kak ... apa tadi Kakak bilang?" Jodha mulai menurunkan intonasi suaranya.

"Jallal ingin mendapatkan jawabannya saat Sukaniya menikah nanti, itu artinya sebulan lagi, Jo ... tapi kalau sebelum hari pernikahan Sukaniya, juga nggak papa, itu malah lebih baik, gimana, Jo?"

SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang