BAB 44 - can't help falling in love

602 58 12
                                    

Rukayah segera berdiri sambil menggendong Fahira, putri kecilnya, ketika Jallal, Jodha dan Pak Bharmal menghampirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rukayah segera berdiri sambil menggendong Fahira, putri kecilnya, ketika Jallal, Jodha dan Pak Bharmal menghampirinya. Sesaat Rukayah teringat pada percakapannya barusan bareng Bu Meinawati yang memintanya untuk tetap mempertahankan rencana pernikahannya dengan Jallal.

"Rukayah, kamu tahu kan ... tadi Jodha bilang apa?" tanya Bu Meinawati setengah berbisik, seolah-olah takut ada yang mendengar percakapan mereka berdua sambil berjalan menghampiri Rukayah dan duduk di sebelahnya.

"Iya, Bu ... saya tahu dan insyaallah saya bisa mengerti," sahut Rukayah sambil memangku si kecil di pangkuannya.

"Kamu itu jangan cuma pasrah kayak gini! Seharusnya kamu itu nolak! Karena Jallal kan sudah nglamar kamu duluan, kenapa Jodha seenaknya nyerobot seperti itu! Itu nggak bener! Jodha harus belajar etika!"

Rukayah hanya terdiam dan merasa bingung, karena Bu Meinawati nampak sekali tidak suka dengan apa yang diperbuat Jodha tadi, bukannya mendukung niat Jodha, tapi Bu Meinawati malah ingin menggagalkannya.

"Kamu tahu ... walaupun aku ini ibunya Jodha, tapi aku nggak suka dengan apa yang dilakukannya itu, itu nggak sopan! Main serobot aja, nggak bener itu! Karena Jallal kan sudah nglamar kamu, jadi kamu berhak mempertahankan rencana kalian berdua untuk menikah! Jodha harus belajar soal ini, biar dia nggak main serobot!"

"Iyaa, Bu ..." jawab Rukayah lirih.

"Kamu jangan iya, iya aja, Rukayah! Kamu harus punya sikap! Tunjukkan sama Jodha kalau kamu itu nggak bisa dipermainkan! Biar dia itu nggak mempermainkan perasaan orang! Jadi kalau nanti Jallal membatalkan pernikahan kalian berdua, kamu harus nolak! Kamu harus bilang ke Jallal kalau kamu itu bukan boneka yang bisa dimainkan ke sana ke sini. Kalau udah bosen, trus nggak dipake lagi, dibuang! Jangan mau, Rukayah!"

"Tapi, Bu ..."

"Sudah nggak usah pake tapi-tapi!" sela Bu Meinawati. "Ibu ada di pihakmu! Kalau kamu butuh bantuan Ibu, Ibu pasti siap membantu! Camkan itu ya!"

♥♥♥♥♥♥♥

Rukayah hanya tersenyum mengingat percakapannya dengan Bu Meinawati barusan. "Sungguh ibu yang aneh! Bukannya senang dan mendukung rencana anak-anaknya, ini malah berusaha menggagalkan rencana mereka!" bathin Rukayah heran sambil menggendong Fahira.

"Rukayah, sorry yaa ... kamu jadi dibiarkan sendirian di sini."

Rukayah pun menggelengkan kepalanya. "Nggak apa-apa, Pak Jallal. Saya bisa mengerti kok!" sahut Rukayah sambil mengulas senyum manisnya pada semua orang yang menemuinya saat itu.

"Begini, Rukayah ... ada sesuatu yang harus kita bicarakan, ini menyangkut—"

"Kalau menyangkut rencana pernikahan kita, saya bisa mengerti, Pak. Lebih baik saya mundur, karena saya yakin kalau Jodha itu lebih pas untuk menjadi istri Pak Jallal, ketimbang saya. Saya ikhlas, saya bisa menerima dengan lapang dada."

SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang