Malam itu setelah selesai menikmati makan malam di restaurant dan puas ngobrol banyak hal, Jallal, Jodha dan Salima kembali ke hotel.
Saat itu sudah pukul 11 malam, Jallal dan Salima mengantar Jodha terlebih dulu ke kamarnya yang berada di atas dua lantai kamar Jallal dan Salima. Baru kemudian pasangan suami istri itu balik ke kamar mereka sendiri.
"Sayang, besok jadi kan ke Menara Eiffel?" ujar Salima sambil membersihkan wajahnya di depan cermin.
"Kamu tahu kan, ngantrinya itu lama banget, kurang lebih selama tiga jam. Udah mending gini aja ... besok malam kita ke tamannya aja, yang aku cerita kemarin, yang deket sama Menara Eiffel," sahut Jallal sambil membuka laptopnya dan duduk di sofa yang ada di kamar itu.
"Yaaa, sayang ... Menara Eiffel itu kan jadi landmark nomer satu di kota Paris yang harus sangat wajib kita kunjungi! Rasanya nggak afdol kalau belum ke sana. Gimana coba kalau ada temenku yang nanya, apa kamu udah ke Menara Eiffel waktu ke Paris? Masa aku bilang, aku belum ke sana, nggak seru kan?" Salima mulai merajuk.
"Yaaa udah gini aja, aku akan nanya ke resepsionis di bawah, siapa tahu, ada acara tour keliling ke Menara Eiffel buat besok. Jadi kamu bisa ikutan tour itu, sementara aku ngecek kerjaan orang kantor."
Jallal berusaha mencari win-win solution, yang bisa menguntungkan kedua belah pihak. Salima bisa jalan-jalan ke Menara Eiffel dan dirinya bisa berduaan sama Jodha sambil ngecek beberapa draft yang dikirimkan oleh karyawannya.
"Maksudnya kamu nggak ikut gitu?"
"Aku nunggu di hotel saja, kebetulan ada beberapa pekerjaan orang kantor yang harus segera aku cek. Jadi kalau kamu udah selesai, nanti kita janjian ketemuan dimana, gimana?"
"Ya udah deh! Yang penting aku bisa ke Menara Eiffel. Oh iya, jangan lupa tanya Jodha, siapa tahu dia mau ikut!" sahut Salima sambil mengganti bajunya dengan piyama tidur.
"Iyaaa ... iyaaa ... nanti aku tanya dia, aku keluar dulu yaaa. Kamu nggak usah nunggu aku, kalau mau tidur, tidur aja. Mungkin aku akan lama garap kerjaan ini. Aku mau garapnya di café bawah sambil ngopi, nanti aku telfon." Jallal segera mengemasi laptopnya dan dimasukkan ke dalam tas laptop.
"Okeee ... tapi jangan malem-malem ya, sayang ..."
Jallal mengangguk kecil dan segera berlalu keluar dari kamar itu sambil tersenyum penuh arti.
Jallal lalu bergegas menuju ke lobby hotel dan bertanya ke resepsionis tentang tour keliling Menara Eiffel untuk besok. Ternyata setelah dicek, besok ada acara tour keliling ke Menara Eiffel.
"Salima, ada kabar baik buat kamu! Besok ada acara tour keliling Menara Eiffel dari hotel, mereka berangkatnya jam 8 pagi!" ujar Jallal melalui sambungan ponselnya.
"Oh yaa ...? Makasih, sayang ... kamu baik deh, jadi—"
"Bentar dulu, itu tadi berita baiknya, ada lagi berita buruk ..." sela Jallal sambil berjalan menuju ke lift, menuju ke kamar Jodha. Saat itu sudah hampir jam 12 malam, Jodha pasti sudah bete menunggu kedatangannya.
"Berita buruk? Apa berita buruknya?" tanya Salima penasaran.
"Berita buruknya, seat-nya cuma tinggal satu, jadi cuma kamu aja yang bisa ikutan. Aku sama Jodha nggak bisa ikutan, tadi waktu aku tanya ke Jodha, dia juga katanya nggak mau ikutan, katanya capek kudu ngantri. Jadi kamu sendirian, gimana?" sahut Jallal sambil berdiri di depan lift, menunggu lift terbuka.
"Ya udah ... nggak papa deh, yang penting aku bisa jalan-jalan ke Menara Eiffel. Kamu sendiri lagi banyak kerjaan kan?"
"Iyaaa, kamu nggak papa yaaa. Kalau gitu aku daftarin dulu yaa. Bye ..."

KAMU SEDANG MEMBACA
SCANDAL
RomancePengorbanan seorang gadis demi kebahagiaan kakak dan keluarganya. Demi sang kakak, yang sakit-sakitan, Jodha rela melepas kekasih tercinta untuk sang kakak, Salima. Tapi apakah Jallal, sang kekasih, juga ikhlas menerima semua ini ? Apakah hubun...