BAB 33 - Salim kecil

499 56 13
                                    

Beberapa hari kemudian ...

"Rukayah, jadi mulai hari ini ... ini adalah ruang kerjamu dan kunci mobil ini juga untuk kamu, karena kamu saat ini menjabat sebagai manajer operasional di kantor ini!" ujar Salima sambil menyerahkan sebuah kunci mobil ke tangan Rukayah, salah satu staff kantornya yang naik promosi jabatan menjadi manajer operasional.

"Ini bener, Bu Salima?" Salima mengangguk sambil tersenyum manis. "Terima kasih, Bu Salima! Sekali lagi terima kasih untuk promosi jabatan ini!" kedua bolamata Rukayah berkilat terang. "Dari kemarin ... saya kira ini semua cuma mimpi!" sahut Rukayah sambil menyapu pandangannya ke seluruh ruangan yang dulu ditempati oleh Salima.

"Kamu nggak mimpi, Rukayah! Ini beneran, kamu berhak mendapatkan promosi ini, karena kamu telah loyal dan membuktikan kinerjamu selama bekerja di sini selama kurang lebih 6 tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu nggak mimpi, Rukayah! Ini beneran, kamu berhak mendapatkan promosi ini, karena kamu telah loyal dan membuktikan kinerjamu selama bekerja di sini selama kurang lebih 6 tahun. Aku yakin ... perusahaan keluarga kami jadi akan semakin maju dengan kiprah kamu di dalamnya!"

"Bu Salima terlalu memuji, say—"

"Selamat siang!" Suara Rukayah pun terhenti begitu Jallal muncul di balik pintu ruang yang sudah menjadi ruang kerja Rukayah. "Boleh aku masuk?" tanya Jallal sambil membuka pintu ruang kerja itu lebar-lebar lalu melangkah ke dalam ruangan.

Sesaat Rukayah terpana pada pesona ketampanan Jallal yang sebenarnya sudah lama diidolakannya sejak Jallal masuk ke perusahaan ini dan menjabat sebagai Wakil direktur. Namun, Rukayah cukup tahu diri, menyadari bagaimana posisinya yang hanya sebagai karyawan biasa, apalagi ketika Jallal menikah dengan Salima.

"Boleh dong, sayang!" sahut Salima sambil melambaikan tangannya, meminta Jallal masuk ke ruangan itu. "Rukayah, tugas kamu nanti pasti lebih banyak berkoordinasi dengan Pak Jallal, jadi kalau ada apa-apa, kamu jangan sungkan-sungkan untuk bertanya sama dia yaa!"

"Iyaa, Bu! Tentu! Saya mohon bimbingannya ya, Pak!"

Jallal hanya menggangguk kecil. "Bagaimana, jadi kita makan siang?" tanya Jallal sambil melirik ke Salima.

"Jadi dong! Abis makan siang, kita mampir ke baby shop dulu yaa, sayang ... masih ada beberapa pernak-pernik bayi yang ingin aku beli!" sahut Salima dengan senyum lebarnya.

"Terserah ... aku ikut aja! Ayook!" Jallal bergegas melangkah menuju ke pintu ruang kerja Rukayah.

"Kalau gitu, aku tinggal dulu yaa, Rukayah! Rasanya aku udah nggak sabar lagi jadi ibu! Ternyata ... rasanya seperti ini jadi ibu yaa ..." Salima terus mengoceh dengan perasaan senang.

"Salimaaa ... ayoook!" ujar Jallal lantang sambil membuka pintu ruang kerja itu.

"Iyaa ... iyaa! Oh iya, Rukayah ... kalau kamu merenovasi dekorasi ruangan boleh aja! Kamu bisa nyuruh OB kita untuk bantu kamu! Udahan dulu yaa ... suamiku bisa marah-marah nanti," bisik Salima sambil setengah berbisik lalu bergegas menuju ke pintu ruang kerja.

SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang