BAB 30 - pertemuan

420 44 12
                                    

Tiga hari kemudian ...

"Kak, kenapa kita ke pemakaman sih?" tanya Mirza bingung. Mirza saat itu memang sengaja datang ke Paris untuk menemani Jallal menemui Jodha.

"Aku juga nggak tahu, Za! Informasi yang aku dapat dari Tante Gulby kemarin, dia bilang kalau aku bisa menemui Jodha di pemakaman ini," sahut Jallal sambil menyapu seluruh pandangannya ke area pemakaman.

Dimana terhampar padang rumput yang luas dan datar dengan ribuan batu nisan yang tertancap dan berbaris rapi. Sementara Jallal dan Mirza berdiri di tepi jalan yang merupakan jalan pemisah antara area pemakaman yang satu dengan yang lainnya. Jalan itu sendiri berupa jalan beraspal yang halus, yang membentang di tengah-tengah area pemakaman, yang menghubungkan antara gerbang utama depan dan belakang.

"Kak! Sepertinya itu mereka datang!" ujar Mirza lantang sambil menunjuk ke sebuah mobil besar hitam yang berjalan ke arah mereka lalu berhenti di tepi jalan, di sebrang jalan, agak di belakang mobil yang di parkir Jallal tadi.

Dari belakang mobil, nampak Bu Meinawati keluar diikuti oleh Tante Gulby, sementara dua bodyguard yang selalu mendampingi Tante Gullby keluar dari pintu depan, kemudian salah seorang bodyguard itu mengeluarkan sebuah kursi roda dari bagasi belakang dan mendorongnya ke pintu belakang mobil yang masih terbuka, baru setelah itu Jodha keluar dari pintu belakang mobil dibantu oleh Tante Gulby dan duduk di kursi roda.

Jallal menarik nafas lega ketika melihat Jodha duduk di atas kursi roda yang di dorong oleh salah satu bodyguard Tante Gulby menuju ke arahnya, sementara Tante Gulby dan Bu Meinawati mengekor di belakangnya, begitu pula bodyguard Tante Gulby yang lain.

"Jodhaaa ..."

Tanpa basa-basi Jallal segera memeluk Jodha yang masih duduk di kursi roda dengan rasa haru dan mengecup pipi istrinya berulang kali, Jodha pun menangis dalam pelukkan Jallal, semua rasa rindu dan kesedihan yang terpendam di dalam dada selama ini akhirnya terbayar sudah meskipun hanya sesaat. Karena Jodha tahu, setelah pertemuannya kali ini, Jallal pasti tidak akan menemuinya lagi.

"Ibu ... bolehkah aku bicara berdua sama Jodha?" pinta Jallal penuh harap setelah melepaskan pelukkannya di lengan Jodha sambil menyeka ujung matanya yang berair.

Bu Meinawati hanya mengangguk dan membiarkan Jallal mengambil alih mendorong kursi roda itu. Jallal bergegas mendorong kursi roda Jodha menuju ke sebuah bangku taman yang ada di dekat mereka.

"Veille sur lui! Ne les laisse pas partir! (Awasi dia! Jangan biarkan mereka pergi!)," ujar Tante Gulby pada kedua bodyguardnya yang bertubuh besar.

"Oui Madame!" sahut kedua bodyguard itu kompak lalu berjalan mendekat ke arah Jallal dan Jodha yang sudah duduk di bangku taman, sementara Tante Gulby dan Bu Meinawati berbalik dan kembali ke mobil mereka. Mirza sendiri yang masih berdiri mematung di sana juga ikutan masuk ke dalam mobilnya sendiri dan mulai sibuk dengan ponselnya.

"Bagaimana keadaanmu, sayang? Kamu sehat-sehat saja kan?" tanya Jallal sambil merangkul bahu Jodha dari samping dengan senyumnya yang lebar yang menghias wajahnya yang tampan, Jodha pun mengangguk penuh haru.

"Seperti yang kamu lihat, aku sehat-sehat saja," sahut Jodha sambil menyeka ujung matanya yang berair, Jallal ikut menyeka pipi Jodha yang basah.

"Kamu tahu ... kemarin aku seperti orang gila, mencari kamu kemana-mana, dari rumah sakit yang satu ke rumah sakit yang lain, rasanya seluruh rumah sakit di kota Paris ini sudah aku datangi! Gila kan?" Jodha tertawa geli mendengar cerita Jallal, Jallal pun terkekeh.

"Lalu ... kamu mengancam Tante Gulby agar bisa ketemu sama aku gitu?"

"Yup! Karena aku pikir hanya Tante Gulby kunci utama yang bisa mempertemukan kita berdua! Dengan sedikit ancaman, akhirnya Tante Gulby menyerah, apa dia cerita sama kamu?" Jodha menganggukkan kepalanya.

SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang