Keesokan harinya ...
Pagi itu Jodha masih tidur dengan nyenyak dengan wajahnya yang polos tanpa dosa. Bau kopi yang menguar di udara bercampur dengan bau bunga melati dan daun pandan yang menghiasi ranjang pengantinnya, mengusik tidur nyenyak pengantin baru ini, hingga memaksanya untuk membuka mata.
"Selamat pagi ..." sapa Jallal pagi itu sambil membawa cangkir yang berisi kopi panas, terlihat dari kepulan asap di atasnya.
"Selamat pagi ... jam berapa ini?" sahut Jodha dengan suara paraunya sambil mengulas senyum manis.
"Baru jam 9 pagi ... mau kopi?" tanya Jallal sambil menyodorkan cangkir kopi itu ke depan Jodha. Jodha pun mengangguk sambil merenggangkan tangannya ke atas, lalu duduk di atas tepi ranjang. Jallal menghampirinya dan ikut duduk di tepi ranjang.
"Minumnya pelan-pelan ... masih panas. Ini kopi buatanku sendiri, namanya kopi cinta," ujar Jallal sambil menyodorkan cangkir kopi itu lagi ke Jodha.
"Kopi cinta ...?" Sebelah alis Jodha naik ke atas sambil tersenyum tipis. "Ooh iyaa ... aku tahu, kopi ini dibuat dengan penuh cinta oleh sang suami," balas Jodha sambil mengambil cangkir kopi itu dan mulai meniup-niup kopinya perlahan.
"Tepat sekali!" sela Jallal sambil menatap Jodha penuh cinta. "Oh iya, aku tadi sempat ngobrol sama temenku, lebih tepatnya rekan kerjaku yang kebetulan punya istri seorang psikolog. Namanya Yudha, Prayudha dan istrinya namanya Inez."
"Ngobrol soal apa?" tanya Jodha sambil menyesap kopinya perlahan.
"Ngobrol soal kamu ..." Sesaat Jallal terdiam dan melihat reaksinya Jodha yang masih asyik menyesap kopi.
"Soal aku ...? Maksudnya ... soal ..."
"Soal trauma masa lalumu itu," sela Jallal hati-hati dan kembali melihat reaksi Jodha.
Jodha pun mengangguk. "Oke ... jadi soal itu, sebenarnya semalam ... aku juga sempat ngobrol sama Dr. Claira, psikiaterku di Perancis. Kami juga sempat ngobrol banyak ..."
"Kapan kamu ngobrol sama dia?" sela Jallal penasaran sambil menatap Jodha.
"Waktu kamu tidur, kenapa ...? Keberatan? Kamu ingat kan aku biasa ngobrol malam-malam di tepi kolam renang?"
Jallal mengangguk. "Iyaa ... aku nggak masalah, sayang. Tapi bentar ... ngomong-ngomong ini kopi nggak mau dibagi? Mau dihabisin?" tanya Jallal sambil menunjuk ke cangkir kopi yang masih dipegang Jodha yang tinggal setengah. Jodha pun tersenyum, lalu memberikan cangkir kopi itu ke Jallal.
"Kamu juga mau? Kirain buat aku semua ..."
"Kan barengan minumnya, biar tambah romantis dan mesra ..." sela Jallal dengan senyum yang mengembang di wajahnya sambil mengambil cangkir kopi itu lalu menyesapnya perlahan.
"Terus ... itu tadi ... gimana ceritanya ngobrol sama temenmu itu?" tanya Jodha penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCANDAL
RomansaPengorbanan seorang gadis demi kebahagiaan kakak dan keluarganya. Demi sang kakak, yang sakit-sakitan, Jodha rela melepas kekasih tercinta untuk sang kakak, Salima. Tapi apakah Jallal, sang kekasih, juga ikhlas menerima semua ini ? Apakah hubun...