BAB 56 - terbongkar

600 60 16
                                    

"Bapak ... Ibu ... aku ... pingsan lagi yaa?" tanya Salima dengan suaranya yang terbata-bata sambil memegang keningnya yang sedikit pusing.

"Sudah ... sudah, Salima ... nggak usah banyak ngomong, kamu itu masih capek, istirahat saja dulu, sekarang lebih baik minum obatnya yaa ..." sahut Bu Meinawati sambil membelai puncak rambut Salima.

Salima mengangguk sambil mengangkat tubuhnya, agar bisa duduk, untuk minum obat. Bu Meinawati dan Pak Bharmal pun membantu Salima.

"Bapak, Jallal sama Jodha dimana?" tanya Salima setelah selesai minum obat.

"Kalau Jallal tadi nganter Dokter Burhan ke teras depan trus nggak tahu kemana, kalau Jodha tadi sih lagi gendong Salim, mungkin sekarang lagi nidurin Salim di kamarnya. Kenapa ...? Kamu mau ngomong sama mereka?" Salima mengangguk pelan sambil merebahkan tubuhnya di sandaran bantal yang ditumpuk-tumpuk.

"Sudah ... ngomongnya nggak usah sekarang, Salima. Kamu ini baru saja siuman, lebih baik kamu istirahat dulu," sela Bu Meinawati dengan ekspresi wajahnya yang cemas. "Nanti saja kalau kamu sudah fit, baru kamu ngobrol banyak sama mereka, lagian Salim kan sudah diurusi sama Jodha dan Dedeh, jadi kamu nggak usah khawatir. Kamu bisa banyak istirahat sambil memulihkan tenagamu."

"Iyaa ... Salima, tadi Dokter Burhan juga bilang kalau kamu jangan pingsan-pingsan lagi, nggak baik untuk kesehatanmu!" Pak Bharmal menimpali ucapan istrinya.

"Baiklah ... aku ngobrolnya besok saja ... tapi Bapak sama Ibu jangan pulang dulu yaa, Salima juga pengin ngobrol sama kalian berdua," pinta Salima sambil menatap ke ayah dan ibunya secara bergantian.

"Iyaa ... Ibu pasti akan di sini terus, nemenin kamu. Kamu ini pasti karena kecapekan yaa ngurusi rumah sama Salim sendirian. Ibu bilang apa, nggak usah pindah rumah, kamu bakal capek! Lah gini ini jadinya ..."

"Ibu ...!" sela Pak Bharmal. "Sudah diam! Tadi kamu bilang sendiri supaya Salima nggak kebanyakan ngomong, sekarang kamu malah yang banyak ngomong! Gimana Salima bisa istirahat?" Pak Bharmal terlihat kesal mendengar istrinya yang nyerocos terus tiada henti.

"Salima ...? Kamu sudah siuman?" sela Jallal yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar. "Kamu sudah minum obat?" tanya Jallal sambil berjalan menghampiri Salima. Salima pun mengangguk.

"Sudah! Salima sudah minum obat, tadi Ibu yang minumin. Jodha mana?" sela Bu Meinawati penuh selidik.

"Jodha lagi nidurin Salim di kamarnya, Bu," sahut Jallal sambil duduk di dekat Salima. "Kamu sudah makan siang? Pasti belum kan? Aku bawa ke sini saja yaa makan siangnya, sebentar aku ambilkan!" Jallal bergegas keluar kamar dan beralih menuju ke dapur.

"Suami kamu itu perhatian juga ... kamu harus sering-sering menarik perhatiannya, Salima ... supaya nggak merhatiin Jodha terus!"

"Ibuu ...! Sudah! Bapak yakin kalau Jallal itu adil sama kedua istrinya! Ibu nggak usah ikut campur!" sela Pak Bharmal yang mulai tidak suka kalau istrinya mulai berulah, selalu saja mencampuri urusan rumahtangga Salima.

"Iyaa, Bu ... benar yang Bapak bilang. Jallal itu adil sama Salima dan Jodha, dia selalu membagi waktunya dengan adil untuk kami berdua. Ibu nggak usah khawatir. Ibu bisa lihat kan, kalau dia begitu perhatian sama aku."

Tepat pada saat itu Jallal masuk ke dalam kamar sambil membawa nampan yang berbentuk seperti meja kecil, dimana terdapat berbagai macam makanan di sana.

"Ayoo, Bu ... lebih baik kita keluar. Biar Salima makan siang dulu sama suaminya. Ayook ...," ajak Pak Bharmal sambil menggandeng tangan istrinya dan keluar dari kamar Salima.

Seharian itu Jallal benar-benar memanjakan Salima, Salima sangat senang karena Jallal sangat perhatian padanya. Namun, saat teringat foto-foto yang didapatnya di kamar Jodha, Salima jadi kesal dan cemburu saat teringat kemesraan Jallal dan Jodha.

SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang