BAB 58 - sang buah hati

967 77 13
                                    

"Anak itu adalah anak kalian berdua! Hahaha ... iyaa anak kalian berdua yang telah mati! Mati! Hahaha ... kamu kira anak kamu mati kan, Jallal? Padahal anak kamu masih hidup! Masih hidup! Hahaha ...!"

Jallal bingung dan tidak tahu dimana dirinya berada, semuanya serba gelap, hitam pekat dan hanya suara perempuan itu saja yang bergema di telinganya yang menyebutkan tentang anaknya yang telah mati. Jallal berusaha mencari-cari darimana suara itu berasal?

"Anakku! Anakku! Dimana anakku? Katakan dimana anakku? Katakan!"

Jallal nampak begitu gelisah dalam tidurnya, berkali-kali Jallal menanyakan keberadaan anaknya. Rupanya pengakuan Bu Meinawati tentang buah hatinya masuk ke dalam alam bawah sadar laki-laki itu, hingga mengganggu tidurnya. Jallal pun akhirnya terbangun dengan nafas yang memburu dan terengah-engah, peluh nampak membasahi wajahnya.

"Mimpi apa aku tadi?" ujar Jallal sambil mengusap wajahnya dan berusaha mengingat-ingat mimpi itu.

"Say--..."

Suara Jallal terhenti saat menoleh ke samping, ternyata Jodha tidak ada di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara Jallal terhenti saat menoleh ke samping, ternyata Jodha tidak ada di sana. "Ooh ... aku baru ingat, ini kan kamar Salima." Jallal lalu turun dari ranjang dan menuju ke kamar mandi, dibasuhnya wajahnya berulang kali sambil melihat pantulan wajahnya sendiri di cermin.

"Kalau benar anakku masih hidup, lalu dimana anakku?" gumam Jallal penasaran sambil ngobrol sendiri di depan cermin. Jallal berusaha memikirkan sesuatu sambil mengelap wajahnya dengan handuk, kemudian bergegas keluar dari kamar. Kerongkongannya terasa kering, sementara botol yang berisi air putih di dalam kamar telah habis. Jallal lupa memberitahu Bani untuk menggantinya dengan yang baru.

Jallal lalu turun dan menuju ke dapur, untuk mengambil air putih di sana. Setelah selesai membasahi kerongkongannya, Jallal kembali naik ke atas, ke kamar Salima. Namun, begitu sampai di anak tangga yang paling atas, Jallal melihat pintu kamar Salim sedikit terbuka. Perlahan Jallal mendekat ke kamar Salim untuk mengecek putra angkatnya itu, sekalian menutup pintu kamar.

Saat Jallal masuk ke dalam kamar Salim, dilihatnya Salim tertidur sangat pulas dipelukkan Jodha. Entah mengapa tiba-tiba Jallal merasa terharu melihat apa yang dilihatnya di depannya. "Apa ... dia anak kita, Jo?" bathin Jallal penuh haru sambil berdiri menatap mereka. "Apa dia adalah Salim yang namanya kamu tulis di belakang foto bayi kita?"

Jallal lalu menghampiri ibu dan anak yang sedang tertidur nyenyak dan duduk di tepi ranjang sambil membelai rambut Salim. Salim pun menggeliat kecil, Jallal jadi teringat ucapan Dokter Burhan yang bilang kalau Salim ini mirip sama dirinya. "Apa iya ... Salim memang mirip sama aku? Apa aku perlu melakukan test DNA, untuk memastikan kalau Salim adalah anakku dan Jodha?" bathin Jallal sambil terus membelai rambut cokelat Salim, Salim kembali menggeliat kecil, membuat Jodha terbangun dan hendak menenangkan Salim.

Namun, saat kedua bolamatanya terbuka, Jodha melihat sosok Jallal yang duduk di tepi ranjang sambil membelai rambut Salim. Jodha pun tersenyum. "Sayang, kamu di sini?" bisik Jodha lirih sambil mengusap matanya, agar Salim tidak terbangun dari tidurnya. Jallal hanya mengangguk sambil menatap Jodha lekat.

SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang