BAB 2 - pengorbanan

674 47 6
                                    

Jodha kembali teringat akan kenangan masa lalunya, ketika Bu Meinawati, ibu kandung Jodha tahu soal hubungannya dengan Jallal, salah satu anak kolega Pak Bharmal yang bekerja sama alias merger dengan perusahaan Pak Bharmal, ayah kandung Jodha.

"Jodha ... dari mana kamu barusan?"

Jodha kaget ketika ibunya mencegat di ruang tamu, saat dirinya baru pulang dari berpergian bareng Jallal malam itu.

"Dari rumah temen, Bu ... dari rumah Yossie, ngerjain tugas, emang kenapa?"

"Bener kamu baru dari rumah Yossie? Nggak bohong sama Ibu? Sini duduk sini, deket Ibu!" Jodha pun menurut dan menghempaskan tubuhnya di sebelah Bu Meinawati.

"Coba sekarang kamu telfon Yossie, bilang sama dia kalau Ibu mau bicara dengannya." Jodha jadi panik, tidak biasanya ibunya seperti ini.

"Idiiih ... Ibu apaan sih? Mau ngapain sih? Pake telfon-telfon Yossie segala?"

Jodha benar-benar merasa terancam, ketika ibunya mendesak memintanya untuk menghubungi Yossie, teman satu kampus.

"Ibu cuma mau mastiin aja, apa bener kamu pergi ke rumah Yossie temenmu itu, bukannya jalan-jalan di mall sama seorang cowok?"

"Jalan-jalan di mall? Kata siapa?" tanya Jodha yang semakin panik dan salah tingkah di depan ibunya.

"Kata Ibu! Emang kenapa? Bener kan?"

Jodha hanya bisa terdiam dan tidak berusaha membantah ucapan Bu Meinawati, karena rasanya percuma saja kalau Jodha terus-terusan bohong ke ibu. Bu Meinawati selalu bisa melihat kebohongan di mata anak-anaknya.

"Ibu tau dari mana ...?" tanya Jodha sambil tertunduk pasrah.

"Ibu lihat sendiri ... tadi sore, Ibu arisan sama teman-teman Ibu di mall Taman Anggrek. Kami memang sengaja ngadain arisan di sebuah restaurant Korea yang ada di sana, kebetulan juga Ibu duduk di dekat jendela, jadi Ibu bisa lihat siapa aja yang lewat di depan resto itu ..."

Lidah Jodha terasa kelu ketika Bu Meinawati menceritakan kepergiannya ke sebuah mall sore tadi, dimana dirinya juga baru saja pulang dari sana untuk makan malam bareng Jallal.

"Siapa yang bareng sama kamu tadi di mall, Jodha?"

Kembali Jodha hanya bisa terdiam, karena selama ini Jodha memang berusaha menutupi hubungannya dengan Jallal di depan keluarga. Jodha belum siap untuk mengungkapkan siapa laki-laki special yang telah mengisi hatinya selama setahun ini.

"Jawab pertanyaan Ibu, Jodha! Siapa yang bareng kamu tadi di mall? Apa bener itu Jallal?"

Jodha hanya bisa menganggukkan kepala sambil menunduk, menenggelamkan wajahnya demi menghindari tatapan mata Ibu yang menyorot tajam ke arahnya.

Jodha merasa seperti sedang diadili dalam sebuah persidangan dan tinggal menunggu eksekusi apa yang akan dijatuhkan padanya nanti.

"Jadi bener itu Jallal ...? Yaa Tuhan ... Jodha ... jadi ... Jallal itu ... pacar kamu?" tanya Bu Meinawati sambil menutupi mulutnya yang sedikit menganga dengan tangannya.

"Iyaa, Bu ..." sahut Jodha lirih.

"Yaa Tuhan ... Jodha ... usia kalian kan terpaut jauh!"

"Memangnya kenapa, Bu? Kami hanya beda delapan tahun saja, memangnya apa yang salah? Banyak kok pasangan lain yang beda sampai puluhan tahun, juga nggak papa ... lagian Jodha kan juga udah gede, Bu ... Jodha berhak milih siapa yang jadi pacar Jodha." Jodha berusaha membela diri.

"Tapi nggak bisa gini juga, sayang ... kamu nggak boleh egois!"

"Egois ...? maksud Ibu ...?"

"Kamu harus mikirin kakakmu, Salima! Kamu tahu kan gimana kondisi kakakmu? Coba kamu bayangin ... bagaimana perasaannya kalau dia tahu kamu udah punya pacar, sedangkan dia belum? Sekalinya punya pacar dulu, malah disakiti ... kakakmu pasti akan sedih hatinya."

SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang