Di rumah Jodha ...
Pagi itu Jodha gelisah, sedari tadi kerjaannya hanya bolak-balik saja sambil memikirkan sesuatu. Jodha bergidik merinding kalau teringat dengan rencana Jallal yang akan menceraikan kakaknya setelah satu tahun pernikahan mereka.
Jodha benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Salima nanti bila hari itu tiba dan Jodha tidak ingin melihat semua itu terjadi di depannya dan menjadi bagian dari sejarah perceraian Jallal dan Salima.
Jodha juga tidak mau dituding sebagai penyebab perceraian kakaknya, untung saja ... dua hari sebelum pernikahan Salima dan Jallal, pengajuan beasiswanya ke salah satu sekolah mode internasional di Paris, telah diterima.
Jodha akhirnya bisa mendapatkan beasiswa itu dan belajar selama tiga tahun di sana. Jodha berharap kehidupannya akan berubah di sana dan bisa melupakan Jallal atau paling tidak, tidak melihat apa yang akan diperbuat oleh Jallal pada kakaknya nanti. Jodha ingin memulai kehidupannya yang baru di kota Paris, Perancis tanpa Jallal di sisinya.
Seminggu kemudian ...
"Kamu bener bener nggak mau nunggu kakakmu pulang dari bulan madu?" tanya Bu Meinawati sambil berjalan bersisian di sebelah Jodha yang menggelengkan kepalanya sambil mendorong koper dan barang bawaannya yang lain masuk ke dalam pintu bandara, sementara kedua adiknya, Shivani dan Sukaniya mengikuti mereka di belakang dengan perasaan sedih, karena hari ini adalah hari keberangkatan Jodha ke kota Paris.
"Aku kan sudah bilang, Bu ... kalau aku harus menyiapkan semuanya di sana dulu, yaa ... adaptasilah. Kalau kudu nunggu kak Salima pulang, sampai kapan? Nanti malah nggak keburu, karena udah mepet waktunya, jadi mending jauh jauh hari seperti ini, Bu."
"Kamu ini ... memang keras kepala, tapi jangan lupa yaa, begitu sampai di Paris, kamu harus segera menghubungi Ibu dan nanti di sana ada anak buah Om Humayun, ayahnya Jallal yang akan mengantar kamu. Kamu bisa minta bantuan sama dia, okaaay?"
"Iyaa, Bu ... aku ingat, aku nggak bakalan lupa, begitu sampai sana aku pasti akan langsung telfon Ibu, Ibu puas?"
"Kamu ini ..."
Bu Meinawati lalu memeluk Jodha dengan perasaan pilu, berat rasanya melepaskan putrinya yang akan pergi ke kota Paris, Perancis. Kota yang sama sekali belum pernah dikunjungi oleh Jodha, karena beberapa kali dirinya liburan bareng keluarga, benua birulah yang belum mereka kunjungi selain benua Afrika.
Keluarga Bharmal memang lebih prefer untuk liburan domestik, ke beberapa tempat wisata terindah di tanah air selain liburan ke luar negeri.
"Jaga diri kamu baik baik yaa ..."
"Iyaa, Bu ... Ibu juga yaa ...titip salam untuk Bapak. Sukky, Shiva ... jaga Ibu baik-baik yaa, jangan nakal dan nurut sama Ibu!"
"Beres, Kakak!" sahut Sukaniya mantap.
Tanpa berkata apa-apa Shivani memeluk Jodha, kakaknya dengan perasaan sedih. Shivani si anak bungsu jadi mellow dan menangis, ketika Jodha pamitan dengannya.
Shivani merasa berat melepaskan kakaknya yang selama ini selalu menjadi tempat curhatnya, rasanya untuk tiga tahun ke depan rumah mereka bakalan sepi, karena cuma Jodha yang mampu membuat rumah keluarga Pak Bharmal lebih hidup dan berwarna.
Shivani bisa membayangkan bagaimana membosankannya rumah mereka tanpa Jodha, meskipun ada Sukaniya, kakak terdekatnya. Namun, Shivani lebih dekat sama Jodha, karena Sukaniya suka sekali jahil dan menggoda Shivani, sementara Jodha selalu bisa menjadi penengah diantara mereka. Itulah mengapa Shivani lebih dekat sama Jodha, ketimbang Sukaniya. Maka tak heran, ketika Jodha hendak pergi ke Paris, untuk menuntut ilmu di sana, Shivanilah yang paling sedih.

KAMU SEDANG MEMBACA
SCANDAL
RomansPengorbanan seorang gadis demi kebahagiaan kakak dan keluarganya. Demi sang kakak, yang sakit-sakitan, Jodha rela melepas kekasih tercinta untuk sang kakak, Salima. Tapi apakah Jallal, sang kekasih, juga ikhlas menerima semua ini ? Apakah hubun...