Iya Mbak,
makasih udah
percaya sama saya.
- Aditya Dirgantara -~ BLS ~
Setelah Cacha berganti pakaian olahraga menjadi seragam sekolahnya, Cacha langsung dihampiri oleh sahabat laknatnya.
"Ada apaan sih loe berdua?!" tanya Cacha sambil terkekeh dengan tingkah sahabat laknatnya ini.
Perlu diingat, bahwa suasana hati Cacha sedang baik dan selalu menebar senyum.
"Kenapa loe dari tadi pagi senyum sendiri sendiri?! Loe enggak gila kan?!"
Memang pantas gelar laknat untuk sahabatnya ini. Awalnya sih terkesan peduli tapi akhirnya sama saja, menistakan.
Tapi Cacha enggak semudah itu untuk marah toh Cacha sedang dalam mode bahagia.
Unbelievable!
Itulah gambaran sahabat laknatnya setelah Cacha menjelaskan semuanya.
Saking bahagianya, sampai sampai mereka ikut mode bahagia.
"Ceilah polling in lop nih anak!" celetuk Hana yang membuat sahabat laknatnya ini ikut ikutan menggoda Cacha.
"Aduh yang ngerasain lope lope mah bahagia terus!" timpal Mila sambil menyenggol lengan Cacha.
"Dunia terasa milik berdua yang lain mah ngekost!" seru Wulan yang membuat Fina kebingungan.
Ayolah, Fina selalu merasa kebingungan setiap ada kalimat yang tidak bermakna asli.
"Lah kok ngekost sih?! Bukannya kita semua tinggal di rumah bukan di kos kosan?!"
Ayolah, Cacha ingin sekali menendang Fina hingga ke angkasa tapi enggak jadi karena Fina itu sahabatnya, ralat sahabat laknatnya.
"Berondong nih ye! Daun daun muda!" celetuk Rilis yang mendapati pipi Cacha memerah.
Mereka semua saling menertawakan Cacha kecuali Wulan yang tengah mematikan mode terbang dan banyak notifikasi masuk dalam ponselnya, termasuk notifikasi akun Cacha.
Wulan mengernyit bingung pasalnya sebelum jam istirahat ini terdapat jam pelajaran yang padat dan tidak ada waktu untuk memainkan ponsel.
Wulan membuka akun Cacha dan matanya membulat saat memandang postingan terbaru Cacha.
Sebenarnya Wulan tak mau mengatakan ini apalagi saat Cacha dalam mode bahagia seperti ini tapi Wulan tak bisa membiarkan masalah ini.
"Cha! Cepet liat akun efbe loe!" seru Wulan yang mendapat tatapan bingung dari geng Macan.
"Emang kenapa sih?!"
Meskipun bingung, Cacha menuruti apa kata Wulan. Cacha membuka aplikasi yang didominasi warna biru tua tersebut dan satu postingan menarik perhatiannya.
Lebih tepatnya terkejut melihat postingan tersebut. Saking terkejutnya tangan Cacha menutup mulutnya hingga ponselnya jatuh. Untung saja Mila sigap menangkap ponsel Cacha jika tidak ponsel Cacha pasti jatuh mengenai lantai kelas.
Cacha tidak mementingkan ponselnya dan lebih mementingkan perasaannya dan hatinya.
Sasha Aleidita ditandai bersama 1 lainnya
- Aditya Dirgantara
Makasih ya udah jadi pacarku dan aku bersedia memberikan harga diriku untuk kamu..
👍 💬 🔃
Dalam postingan itu terdapat foto Adit yang sendirian. Seakan akan foto itu dibuat secara sembunyi sembunyi.
Postingan itu sangat ambigu dan Cacha merasa harga dirinya semakin rendah.
Suasana hatinya yang semula membaik kini berubah tiga ratus enam puluh derajat menjadi memburuk.
Karena orang yang sama.
"Gue yakin ini bukan ulah Adit," ucap Wulan singkat.
Cacha tak menyetujui pernyataan Wulan yang masih membela Adit. Jelas jelas ini foto Adit bukan laki laki lain.
Cacha sampai berdiri dan menggebrak meja membuat seluruh atensi kelas berpusat pada Cacha.
Brak!
"Bukan Adit apanya sih?! Loe enggak ngeliat kalo ini foto Adit?! Hah?! Gue harus bikin perhitungan sama tuh anak!"
Cacha tak menghiraukan sahabatnya yang memanggil namanya berulang ulang.
Cacha berlari menuju kelas Adit. Cacha yang melihat Adit ingin masuk dalam kelasnya pun langsung menahan tangan Adit.
"Cha, loe.. loe kenapa?" tanya Adit pelan.
Adit menyadari raut muka Cacha yang menyimpan sesuatu. Yang pasti sesuatu itu bukan sesuatu yang baik.
Cacha tak menjawab dan menarik lengan Adit lalu membawanya di taman belakang sekolah.
Cacha langsung menghempas kasar tangan Adit dan menampar pipi kanannya hingga terdengar bunyi yang keras beserta bekas tangan Cacha di pipi Adit.
Plak!
Sahabatnya yang mendengar suara tamparan langsung menghampiri Cacha.
Hana, Fina dan Wulan menahan tubuh Cacha agar tak melukai Adit lagi.
"Loe udah bikin harga diri gue rendah Dit! Loe bener bener lebih dari kata pengecut! B&#¥%/*!!" kelakar Cacha dengan air mata yang masih tertahan di pelupuk matanya.
"Cha, gue enggak tau apa yang loe maksud. Beneran."
Wulan yang memahami kebingungan Adit pun menunjukkan ponselnya pada Adit.
Adit juga ikut terkejut melihat postingan tersebut.
Mana mungkin ia berani mengambil tindakan seperti ini. Jangankan untuk memosting sesuatu yang ambigu seperti ini, memosting foto Cacha tanpa caption saja itu sudah menunjukkan keberaniannya.
"Puas kan loe! Gue enggak nyangka kalo loe kayak begini!" seru Cacha yang air matanya mulai berjatuhan.
"Udah Cha."
Rilis mengingatkan Cacha untuk tidak melakukan apapun pada Adit.
Rilis meminta pada Fina, Hana dan Wulan untuk membawa Cacha di kelas dan menenangkan Cacha.
Setelah mereka bertiga membawa Cacha, Rilis memulai percakapan pada Adit.
"Gue yakin kalo bukan loe yang ngelakuin ini," ujar Rilis.
"Maafin juga tingkah Cacha tadi." tambah Mila.
Dukungan dari sahabat Cacha membuat Adit bersemangat.
"Iya Mbak, makasih udah percaya sama saya."
Untung saja sahabat Cacha mempercayai dirinya.
"Saya janji bakal nyari pelakunya." lanjut Adit yang membuat Rilis dan Mila saling tersenyum simpul.
~ BLS ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong Love Story✔️
Humor[Karya pernah di unpub di akun yang berbeda, lalu di publish kembali di akun ini] Semua ini cuma gegara karma doang! Gue enggak suka sama tuh adek kelas! ~ Rilis Cininta Eh, loe kalo mau ngambil buku tuh ngeliat dulu dong! ~ Sasha Aleidita Aduh...