"Don't worry about it and keep fighting, Mbak Rilis."
- Restu Wicaksana -~ BLS ~
Farel berdiri di depan ruang Aula sembari melihat jam tangannya, dia disini akan mendengar keputusan Rilis.
Farel yakin sembilan puluh sembilan persen bahwa Rilis menyanggupi permintaannya.
"Apa saya enggak telat, Mas?"
Suara Rilis yang ingin didengar Farel membuat Farel tersenyum lebar sembari menggelengkan kepala.
"Syukurlah." Rilis mengucap syukur dan Farel langsung mempertanyakan alasan tujuannya kesini.
"Gimana, Lis? Ingat loh, kamu udah janji sama saya." Farel mempertanyakan janji yang diberikan Rilis.
"Ya, Mas, saya ingat kok dan saya akan menyanggupi permintaan Mas Farel," jawab Rilis yang membuat Farel membulatkan matanya.
"Jadi ka-kamu mau jadi Ketos 'kan, Lis?" Farel mempertanyakan sekali lagi dan dijawab anggukan pasti dari Rilis.
Farel yang terlalu bahagia pun tanpa pikir panjang langsung membawa Rilis dalam dekapannya.
Rilis terlalu terkejut hanya bisa terdiam lalu dengan pelan Rilis membalas pelukan Farel.
Dalam hati, Rilis meyakinkan hatinya bahwa pelukan Farel merupakan pelukan persahabatan dan tidak lebih.
Rilis hanya takut usahanya untuk melupakan Farel hanya sia-sia.
Namun Rilis harus terus bertahan dan tak ingin jatuh cinta kembali pada Farel.
Pandangan Rilis menangkap Restu yang tengah lewat lalu mereka menatap satu sama lain dan Restu menyadari pelukan Farel memilih memutar balik dan menghentikan tujuannya.
Di balik jendela ruang Aula juga terdapat Novi yang memperhatikan Farel dan Rilis yang tengah berpelukan. Wajah mereka berdua memancarkan kebahagiaan dan seharusnya ini membuatnya bahagia, tapi dirinya hanya perempuan biasa yang bisa tersakiti karena cinta.
Farel yang tersadar langsung melepaskan pelukan dengan Rilis.
"Ma-maaf, Lis. Saya-saya kelewatan."
"Saya duluan ya, Mas." Rilis langsung meninggalkan Farel dan suasana kecanggungan.
Rilis berlari hingga menemukan Restu berjalan menuju halte bis.
"Restu!" teriak Rilis yang membuat langkah kaki Restu terhenti.
Setelah itu, Restu tetap berjalan tanpa memedulikan Rilis.
Hati Restu terlalu sakit untuk mengingat kedekatan antara Rilis dan Farel.
Restu juga tidak bisa melupakan sebuah fakta bahwa Rilis masih mempunyai perasaan pada Farel.
Pikirannya memang telah memutuskan untuk melupakan perasaan pada Rilis, tapi tidak dengan hatinya.
Meskipun hatinya patah berkali-kali, Restu ingin membuat Rilis setidaknya memahami perasaannya. Tentang sebuah perasaan yang lebih dari antara adik kelas dengan kakak kelas, perasaan antara laki-laki dengan perempuan.
Restu memutuskan untuk berhenti melangkah dan berbalik ke belakang dan memandang Rilis yang berlari padanya.
Rilis yang memang sedari awal berlari tak bisa menghentikan langkahnya dengan baik pun menabrak Restu dan membuat Restu menahan Rilis seperti orang yang tengah berpelukan.
Keduanya cukup terdiam dan terhanyut dalam rasa yang tak bisa dijelaskan.
Keduanya juga dapat merasakan debaran yang saling melanda hati mereka.
Rindu begitu mengalir dalam jiwa mereka dan membuat mereka cukup terkejut dan bahagia.
Rilis perlahan memeluk pinggang Restu dan mengatakan. "Terima kasih banyak, Restu. Pendapat loe kemarin bikin gue yakin untuk melakukan sesuatu yang baru."
Restu perlahan membalas pelukan Rilis dengan erat. Tangannya juga bergerak untuk mengelus rambut Rilis hingga membuat Rilis memejamkan matanya.
Restu hanya ingin merasakan kenyamanan dengan Rilis, meskipun hanya sebentar.
"Don't worry about it and keep spirit, Mbak Rilis."
Rilis menganggukkan kepalanya dalam pelukannya dan Restu.
Detik itulah, Rilis benar-benar merasakan kenyamanan yang pertama kalinya.
~ BLS ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong Love Story✔️
Humor[Karya pernah di unpub di akun yang berbeda, lalu di publish kembali di akun ini] Semua ini cuma gegara karma doang! Gue enggak suka sama tuh adek kelas! ~ Rilis Cininta Eh, loe kalo mau ngambil buku tuh ngeliat dulu dong! ~ Sasha Aleidita Aduh...