48. AIR TERJUN KEMBAR

30 3 0
                                    

Aku tetep ikut kok lagipula aku udah lumayan sehat
- Safina Vunintya -

~ BLS ~

Sesampainya di Bumper, Rilis, Hana, Mila dan Wulan menghampiri Fina dalam tenda Sie Kesehatan.

Iya, Manda memberi kabar pada mereka tentang keberadaan Fina. Sebenarnya Rilis, Hana, Mila dan Wulan ingin menjaga Fina namun niat mereka diurungkan karena terdapat Zidan yang menjaga Fina.

"Loe enggak papa kan, Fin?!" tanya Wulan yang bersama Rilis, Mila dan Hana di luar tenda.

"Gue enggak papa kok. Lagipula ada Zidan yang dari tadi nolongin gue. Keadaan gue juga perlahan membaik." balas Fina sambil melirik ke arah Zidan lalu memandang sahabatnya itu.

"Baik karena apa nih?" celetuk Hana dengan nada menggoda.

"Jangan ditanya lah, pasti gegara ada Zidan!" sahut Rilis yang membuat Wulan dan Mila ikut menggoda Fina.

"Ehem, oh jadi gitu ya sekarang! Jadian diem diem nih kalian!" seru Mila yang menyadari bahwa pipi Fina mulai dipenuhi rona strawberry.

"Aisshhh! Apaan sih loe pada?!" balas Fina yang terlihat salting.

"Eh eh pipi mereka merah nih!" celetuk Hana yang menyadari bukan hanya Fina yang tengah blushing.

"Udah, jangan gangguin mereka! Mereka kan lagi dimabuk asrama!" lerai Wulan yang mempunyai typo dalam pengucapannya.

"Asmara kaleee!" ralat Rilis.

Fina lama lama kesel sama kelakuan sahabat laknatnya. Bukannya memberi semangat atau dukungan, mereka malah membuat jantung Fina berdebar tak karuan dan rona strawberry yang memenuhi dua pipinya.

"Udah ah, loe gangguin aja sih!" seru Fina kesal.

"Iya dah! Kita keluar deh," ucap Mila yang membuat Rilis, Hana dan Wulan ikut keluar namun sedetik kemudian mereka kembali dan berteriak kegirangan. "SELAMAT KENCAAANNN!!"

Setelah tertawa lepas, mereka meninggalkan tenda yang berisi dua insan tersebut.

Fina sebenarnya ingin melayangkan protes pada Zidan.

Mengapa Zidan sedari tadi diam membisu?

Maksudnya, apa Zidan tidak risih dikatakan seperti itu dan malah membiarkan Geng Macan meledeknya.

Fina merutuki sahabat laknatnya. Padahal suasana antara dirinya dan Zidan membaik tapi sekarang suasananya lebih berbeda.

Canggung, malu, salah tingkah, takut dan khawatir menjadi satu.

Zidan berdehem lalu mengalihkan pembicaraan pada Fina agar Fina tak merasa canggung jika berada dekat dengannya. "Setelah ini, kita menuju Air Terjun Kembar ya, Kak?"

"Eh- oh iya, kita bakal kesana kok. Emangnya kenapa?" jawab dan tanya balik Fina.

"Kak Fina ikut kesana? Jalannya curam loh Kak." tanya Zidan.

Perkataan Zidan memang benar. Zidan sempat bertanya pada Geng Macan tentang hal itu.

"Ah, enggak papa. Aku tetep ikut kok lagipula aku udah lumayan sehat." jawab Fina tenang.

"Beneran Kak?" tanya Zidan memastikan.

"Tapi Kak Fina harus sama aku supaya aku bisa nemenin Kak Fina," ujar Zidan yang dijawab tenang oleh Fina. "Eh iya, tenang aja."

Manda memberi instruksi agar berkumpul bersama bagi peserta dan panitia.

Setelah itu peserta diarahkan berbaris berbanjar untuk menuju Air Terjun Kembar.

Air Terjun Kembar memiliki tujuh tingkat. Semakin besar angka tingkatan maka semakin curam medan yang dilalui.

Kali ini mereka hanya mengunjungi sampai tingkat ketiga lalu turun kembali.

Perjalanan begitu menegangkan saat jalanan mulai curam dan medan yang ditempuh semakin menantang.

Usaha tidak akan mengkhianati hasil. Iya, begitulah pepatah yang tepat untuk menggambarkan mereka.

Pemandangan Air Terjun Kembar sebanding dengan apa yang mereka lakukan. Belum lagi pemandangan pedesaan yang asri, sawah yang membentang dan pohon yang menjulang tinggi.

Disana mereka berfoto, bermain air, dan beristirahat seperti Geng Macan dan Geng Degan (kecuali Cacha & Adit).

Pemandangan Fina yang tertawa lepas dengan sahabatnya dan Zidan membuat hati Bimo sesak. Rasanya begitu menyesakkan melihat realita di depannya.

Bimo tersenyum menyeringai ketika teringat rencana buruknya.

"Liat aja, loe berdua enggak akan selamat," ujarnya lalu meninggalkan tempat tersebut.

Setelah melewati tingkat ketiga, peserta dan panitia kembali ke Bumper.

Geng Macan dan Geng Degan berada pada barisan terakhir.

Rilis, Hana, Mila dan Wulan tengah sibuk berfoto ria. Sedangkan Restu, Hanif, Dimas dan Galang memfoto mereka.

Bucin emang!

Zidan yang menyadari Fina bosan menunggu sahabatnya pun mengajak Fina kembali ke Bumper.

"Kak Fina, kita kembali ke Bumper yuk!" ajaknya yang dibalas pertanyaan oleh Fina. "Kamu mau?" Zidan mengangguk.

Zidan menghampiri Restu dan memberitahukan bahwa dirinya dan Fina kembali ke Bumper terlebih dahulu.

Setelah itu, Zidan kembali dengan Fina dan menuju medan kembali ke Bumper.

Panitia sebelum Geng Macan sempat memberi tanda jejak agar mereka tidak kebingungan mencari arah pulang.

Zidan dan Fina sampai pada persimpangan jalan. Mereka berdua dapat melihat tanda panah yang mengarah ke arah kiri.

Entah kenapa keraguan muncul di benak kedua insan ini.

Zidan menggenggam tangan Fina lalu bersamaan melangkah menuju arah tersebut.

Langkah demi langkah mereka lalui hingga langkah berikutnya medan yang mereka lalui malah menurun dan membuat mereka terpeleset lalu jatuh terguling guling.

Zidan tak memedulikan  tubuhnya yang remuk dan perih. Zidan bangun dan membersihkan pakaiannya lalu mencari keberadaan Fina yang lepas dari genggamannya.

Zidan melihat siluet Fina dan langsung menghampirinya. Zidan membantu Fina berdiri dan duduk di batang pohon yang tumbang. Mereka berdua duduk di batang pohon tersebut.

"Kak Fina enggak kenapa napa kan?" tanya Zidan.

"Enggak papa kok." jawab Fina pelan.

Iya, tenaga Fina terkuras karena insiden tadi. 

Zidan menyadari sesuatu dan pikirannya mengarah pada seseorang.

Zidan mengepalkan tangannya ketika mengingat kembali ancamannya.

"Sialan!" 

~ BLS ~

Brondong Love Story✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang