44. WITH RESTU

47 4 0
                                    

Ini bukan tontonan ye!
Cepet bantuin gue!
Woy!
Geng Degan bantuin nih
sobat loe pada!
- Rilis Cininta -

~ BLS ~


"Kak Farel, Rilis mana?"

Sebenarnya ini bukan aturan, lebih pada kebiasaan. Di ekstrakurikuler Paskibra, senior laki laki dipanggil Bang. Sedangkan di OSIS, senior laki laki dipanggil Mas. Dan di ekstrakurikuler Ambalan atau yang disebut Pramuka, senior laki-laki maupun perempuan dipanggil Kakak.

Mila, Hana, Fina, dan Wulan awal mengenal Farel melalui Ambalan jadi sering memanggil dengan Kakak, sedangkan Rilis mengenal Farel lewat Osis membuat ia sering memanggil dengan Mas.

Meskipun Rilis itu barbar, sensitif dan sering bikin ulah, Rilis tetap sahabat mereka, jadi saat Rilis tidak kembali bersama Farel, mereka berdua menanyakan keberadaan Rilis.

Farel langsung berhenti dari kegiatannya mendirikan gapura dengan pionering lalu mengajak mereka mengobrol di tempat yang tak ramai.

"Saya suruh untuk ngajak Restu sarapan. Saya pengen Rilis bisa melupakan saya dan caranya lewat Restu. Kalian pasti paham, kan?"

Untung saja Farel berbicara dengan Mila dan Hana, coba kalau sama Fina pasti mereka harus menjelaskan sedalam samudera.

Mila dan Hana yang memahami ini soal privasi antara hubungan ketiganya pun memaklumi hal itu.

Mila dan Hana hanya bisa mengharapkan apa yang terbaik untuk Rilis. Karena bagaimana pun juga mengejar Farel dan memaksakan perasaannya bukan jalan yang tepat.

Kembali pada dua insan yang mempunyai nama yang berawalan huruf R.

Rilis masih belum meminta maaf pada Restu dan sepertinya ini adalah waktu yang tepat untuk meminta maaf.

Rilis menepi pada tepi jalan dan membuat Restu kebingungan.

"Kenapa Kak? Bensinnya habis ya?" tanya Restu yang sama sekali tak mendapat jawaban dari Rilis dan malah memapah tubuh Restu mengajaknya untuk memandang pemandangan di hadapan mereka berdua.

Pepohonan menjulang tinggi, udara oksigen yang bersih, angin sepoi yang melambai serta daun yang berguguran semakin membuat mereka menikmati suasana perbukitan ini.

Restu melepas tangannya pada Rilis dan berdiri tanpa bantuan Rilis.

Rilis yang melihat perlakuan Restu langsung membawa jemari Restu dalam genggamannya untuk antisipasi.

Restu hanya bisa menikmati sensasi nyaman yang diberikan Rilis.

Saking nyamannya, Restu melangkah ke arah depannya.
Rilis yang melihat itu langsung menarik Restu untuk tak melangkah maju lagi.

Bagaimana Rilis tidak khawatir, jika Restu melangkah sekali lagi maka Restu akan masuk dalam jurang yang curam.

Iya kalo Restu mengalami patah tulang, tapi kalo Restu kehilangan nyawa bagaimana.

Rilis menghela napasnya yang tidak beraturan sambil memandang Restu dengan raut wajah yang penuh kekhawatiran dan ketakutan.
"Anjing, loe mau ngapain? Hah?! Loe mau percobaan bunuh diri? Di bawah loe itu jurang bukan sawah, anjir!"

Jantung Rilis benar-benar ingin keluar dari tempatnya. Apa coba yang dipikirkan Restu hingga melupakan fakta bahwa mereka tengah di perbukitan yang pastinya di bawahnya adalah jurang yang terjal.

"Maaf,"

Hanya satu kata itu yang lolos dari bibir Restu membuat Rilis yang melihat penyesalan dalam raut wajah Restu pun menarik Restu dalam pelukannya.

"Gue.. gue cuma khawatir sama loe."

Restu membalas pelukan Rilis dan mengelus surainya pelan.

"Maaf, Mbak, tadi aku cuma pengen ngeliat pemandangan aja dan lupa kalo di bawah itu jurang."

Rilis yang mendengar itu pun semakin dirundung rasa bersalah. Ini semua kan juga karena dirinya. Jika Rilis tak mengajak Restu disini pasti Restu baik baik saja.

"Eng-enggak kok, Restu, ini semua salah gue. Gue minta maaf karena gue yang malah gak peduli sama loe. Gimana kalo kita jadi teman?" tawar Rilis lalu melepas pelukan pada Restu.

Restu bersorak bahagia dalam hatinya membuatnya tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit. Ia tak menyangka jika Rilis bisa membuka hati untuknya.

Memang perjalannya mendapat hati Rilis masih lama, tapi melihat Rilis yang berusaha lembut padanya membuatnya senang bukan kepalang. Ia harus menjaga kepercayaan kakak kelas kesayangannya itu.

Mereka berdua melanjutkan perjalanan menuju Bumi Perkemahan atau yang kerap disapa Bumper tepatnya di Bumper Dlundung Trawas. Tempat ini sering sekali menjadi tempat perkemahan baik umum maupun organisasi.

Para peserta dan panitia bahkan pembina Ambalan yang melihat pemandangan Rilis tengah memapah Restu menikmati pemandangan tersebut bahkan ada yang bersiul, bersorak dan bertepuk tangan.

"Ini bukan tontonan woy! Cepet bantuin gue, anjir! Woy Geng Degan bantuin nih temen circle loe pada! Gue ceburin nanti temen loe ke jurang!" teriak Rilis yang membuat Geng Degan membantu memapah tubuh Restu dan membawanya menuju tenda sangga mereka.

Bukannya menawari tempat istirahat atau menanyakan kondisi Rilis, Geng Macan malah menyorakinya.

"Katanya yang benci sama si adkel tapi dirawat dengan sepenuh hati seperti cinta kedelai malika!"

"Bunda Rilis habis ngapain nih sama Ayah Restu sampai pipinya merah semua!"

"Apa kalian berdua tadi melakukan hal yang iya-iya? Atau jangan-jangan!"

Rilis menarik napas lalu membuangnya dan bersiap, "DIEM ATAU GUE MASUKIN JURANG!"

~ BLS ~

Brondong Love Story✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang