"Gue pasti bakal kangen sama loe, Pin,"
- Bimo -~ BLS ~
Sesampainya di Bumi Perkemahan, Fina beristirahat di dalam tenda sedangkan Zidan masih melalui proses interogasi oleh Pembina.
Pasalnya, ini bukan main main. Cahyo sama saja melakukan upaya pembunuhan pada Fina dan Zidan.
Beberapa bukti telah terkumpul dan bersiap untuk membalas kelakuan Cahyo.
~ BLS ~
Sesampainya di rumah, Fina melakukan gerakan pendinginan setelah lari pagi mengelilingi kompleks rumahnya, ia menghentikan langkahnya saat melihat mobil pick up dan dua orang yang mengangkut barang dari rumah tersebut.Setelah insiden Air Terjun Kembar, Fina masih syok dan dipulangkan ke rumahnya mendahului yang lain sedangkan Zidan masih melalui proses interogasi oleh Pembina Ambalan. Pasalnya, ini bukan main main. Cahyo sama saja melakukan upaya pembunuhan pada Fina dan Zidan.
Untung saja keduanya mempunyai sahabat yang peka dan sigap di segala situasi membuat Fina dan Zidan belum terlambat untuk diselamatkan karena saat itu juga hari semakin gelap.
Beberapa bukti terkumpul untuk membalas kelakuan Cahyo membuat semua orang yang disana mempercayai dirinya dan berusaha menangkap Cahyo yang tidak jauh dari kawasan Bumi Perkemahan.
Cahyo sama sekali tidak ada pergerakan untuk melawan antara tak mempunyai alibi atau sudah kepalang malu dengan kelakuan bejatnya.
Pertama kali mendapat tatapan tak mengenakan dari seluruh orang di area perkemahan membuat Cahyo merutuki tindakannya yang terlewat batas dan di depan seluruh orang, Arsita memutuskan hubungan dengannya.
Insiden tak mengenakkan tersebut menyebar sangat cepat dengan bantuan sosial media hingga sampai pada orangtua Cahyo, ia benar-benar tak bisa berbuat apapun.
Meskipun sudah meminta maaf secara resmi pada keluarga Fina dan Zidan, keluarga Cahyo memutuskan untuk berpindah tempat tinggal. Memulai kehidupan baru,
Fina juga melihat orang tua Cahyo yang tengah mengecek barang barang tersebut.
Fina yang awalnya berniat pulang ke rumah pun menuju rumah Cahyo untuk menuntaskan rasa penasarannya.
"Om, Tan," panggil Fina yang membuat orangtua Cahyo menoleh ke arahnya.
"Fina," sahut orangtua Cahyo bersamaan.
Fina tersenyum lebar lalu mencium punggung tangan orangtua Cahyo bergantian.
"Maafkan tingkah Cahyo ya Fin," ujar Ayah Cahyo yang membuat Fina membulatkan matanya.
Bagaimana Ayah Cahyo tahu tentang masalah itu? Padahal Fina sama sekali tak memberitahukannya.
"Cahyo sendiri yang mengakui itu. Kami sebagai orangtuanya sangat malu karena tidak mendidiknya menjadi benar," ujar Ayah Cahyo yang menjawab rasa penasaran Fina.
"Kami akan pindah ke Bali. Kami ingin memulai hidup baru disana dan melupakan kesalahan Cahyo disini," lanjut Ibu Cahyo.
"Tap-tapi kenapa? Cahyo kan bisa pindah sekolah?"
Fina benar-benar tidak mempercayai semua realita ini.
"Enggak semudah itu Fina. Cahyo pasti akan mendapat pandangan buruk dari orang lain," jawab Ayah Cahyo dengan nada kecewa. Ia tidak mempunyai pilihan lain lagi.
"Yah, Bun, aku panggil kok eng-"
Cahyo yang keluar dari rumah pun menegang kala melihat Fina yang berdiri di depannya.
Fina pun juga begitu, bayang bayang saat dirinya terjebak dengan Zidan terlintas dalam pikirannya. Pasalnya setelah Tapak Tilas, Fina dan Cahyo tidak bertemu sama sekali.
Orang tua Cahyo yang mengerti keadaan anaknya dan Fina pun masuk ke dalam rumah.
Setelah orang tua Cahyo masuk dalam rumah, Cahyo duduk di bangku teras diikuti Fina yang duduk di sampingnya.
"Gue pengecut kan, Pin?"
Fina yang mendengar itu hanya bisa terenyuh.
"Gue hampir aja bikin dua orang kehilangan nyawa. Salah satunya adalah sahabat gue sendiri. Gue bener bener enggak punya malu, Pin."
Fina memang kecewa dengan tingkah Cahyo tapi dirinya tak bisa melihat teman dekatnya terpuruk seperti ini.
"Udah, udah. Emang bener kalo gue masih trauma tapi gue udah maafin kesalahan loe kok."
Cahyo salah, Cahyo pikir Fina akan meluapkan amarahnya dan tak akan menerimanya lagi sebagai sahabat. Fina sungguh cantik luar dalam.
"Pin, gue enggak tau harus bilang apa sama loe. Gue terlalu banyak salah sampe gue bingung minta maaf dari kesalahan yang mana."
Tangan Fina terulur untuk menepuk bahu Cahyo. "Kesalahan itu dimaafkan dan diperbaiki menjadi kebaikan."
Cahyo menangkupkan kedua tangannya pada Fina. "Fin, gue bener-bener minta maaf sama loe. Sebelum gue pergi, gue cuma pengen maaf dari loe."
"Iya, gue maafin loe kok, tapi apa bener loe mau pindah ke Bali?" tanya Fina mengalihkan pembicaraan.
"Gue pindah supaya bisa ngelupain dan enggak ngelakuin apa yang pernah gue perbuat di masa lalu. Nyawa loe hampir hilang karena gue, Pin. Kalo seumpama loe sama Zidan terjebak dan loe diterkam sama binatang buas, gimana?
Gue akui gue emang kejam tapi gue juga enggak bisa ngeliat loe bareng terus sama Zidan."Cahyo menyatakan apa yang sebenarnya tanpa harus ada yang ditutup-tutupi namun Fina tampak bingung.
"Maksud loe apa? Enggak bareng sama Zidan?"
Cahyo menarik napasnya dan mengalihkan pandangan ke depan. "Mungkin loe enggak percaya Pin, tapi gue beneran suka sama loe."
Fina terpaku dengan pernyataan Cahyo.
Apa lagi ini? Cahyo yang hampir membuat nyawanya hilang malah mencintainya?
"L-loe pasti becanda kan?"
"Enggak, gue beneran. Gue udah nebak kok kalo loe bakalan enggak percaya. Gue juga enggak pengen loe bales perasaan gue, Pin. Karena ada seseorang yang lebih pantas bersanding sama loe. Itu doang yang ada di hati gue selama ini. Makasih udah bersama gue dan jadi sahabat terbaik gue."
Cahyo bangun dari duduknya dan diikuti Fina.
Zidan yang ingin menuju rumah Fina ia urungkan karena melihat Fina duduk di samping Cahyo.
Zidan menuju rumah Cahyo namun langkahnya terhenti karena ucapan Fina.
"Sebelum itu, gue pengen pelukan dari loe. Pelukan supaya gue enggak kangen sama loe lagi."
Suasana hati Zidan pun memburuk dan memutuskan untuk melangkah pulang menuju rumahnya.
Zidan dengan cepat menyimpulkan bahwa Fina masih menginginkan Cahyo.
Cahyo yang mendengar itu langsung menatap Fina dengan tatapan yang diartikan.
Fina langsung memeluk Cahyo erat. Fina melepaskan semua beban dan rindunya dengan Cahyo.
Fina ingin agar ini adalah kali terakhir bahwa dirinya melepaskan Cahyo.
Sebenarnya Fina tidak ingin berpisah dengan Cahyo namun Fina tidak bisa mencegah keputusan yang diambil Cahyo.
Cahyo tersenyum simpul dan membalas pelukan Fina lalu mengelus puncak kepala Fina.
"Gue pasti bakal kangen sama loe, Pin,"
Fina hanya bisa mengangguk dalam pelukan Cahyo lalu melepaskan pelukan sambil membalas senyumannya.
"Jaga diri loe baik-baik, Pin. Makasih banyak atas semuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong Love Story✔️
Humor[Karya pernah di unpub di akun yang berbeda, lalu di publish kembali di akun ini] Semua ini cuma gegara karma doang! Gue enggak suka sama tuh adek kelas! ~ Rilis Cininta Eh, loe kalo mau ngambil buku tuh ngeliat dulu dong! ~ Sasha Aleidita Aduh...