22. TITIK TERANG

42 1 0
                                    

Pergi loe dari sini!
- Sasha Aleidita -

~ BLS ~

Bel pulang sekolah berbunyi yang membuat Adit menjalankan rencananya.

Lima sahabatnya bertugas untuk mencegah geng Macan untuk pulang sekolah. Sedangkan Adit bertugas untuk mencari pelakunya.

Kemungkinan besar pelakunya adalah Angga. Alasannya sederhana karena dari semua orang yang mengancamnya adalah Angga.

Seluruh kelas Adit telusuri dan tak menemukan Angga.

Kemungkinannya cuma satu yakni lapangan sepak bola. Angga termasuk kapten dari tim sepakbola di sekolah ini jadi tak menutup kemungkinan bahwa Angga berada disini.

Adit langsung menemukan Angga yang sendirian tengah memainkan bola.

Tak banyak basa basi atau sapaan, Adit langsung melayangkan bogeman di kedua pipi Angga.

Bugh!

Bugh!

Adit tak peduli statusnya yang lebih muda dari Angga. Yang Adit pikirkan adalah perasaan Cacha. Memang tamparan itu sakit, tapi lebih menyakitkan saat Cacha menjatuhkan air matanya.

"Loe yang ngelakuin semua ini kan?! Loe yang bikin Cacha nangis kan?!" tanya Adit dengan amarah yang tak bisa dia tahan.

Angga yang tak memberi jawaban membuat Adit juga memukul di tepat rahang lalu berlanjut pada perut Angga.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Adit yang tak sabar dengan tingkah Angga yang diam pun berteriak. "JAWAB GUE!! B$#/^*)%!!"

Badan Angga yang telah menyentuh rumput lapangan membuat Angga memutuskan untuk mengatakan semuanya pada Adit.

Angga dengan terbata bata menjawab. "I-iya! Gu-gue yang ngelakuin ini."

Jawaban Angga membuat Adit tersenyum sinis. Ternyata selama ini dugannya benar.

Adit langsung menggeret Angga menuju taman belakang sekolah untuk menunjukkan pada semuanya termasuk Cacha bahwa dia bukan pelakunya.

Sementara di taman belakang, Cacha tidak sabar menunggu. Cacha ingin pulang saja untuk mengeluarkan semua bebannya.

Cacha berdiri dari posisi duduknya dan ingin melangkah pergi dari tempat ini, namun sebuah suara membuatnya memandang sumber suara. Bukan hanya Cacha, tapi semuanya ikut memandang sumber suara.

"Ini pelakunya!" seru Adit.

Adit langsung mendorong Angga hingga Angga terjatuh tepat di depan Cacha.

"Cha, tolongin gue Cha! Gue habis digebukin sama nih anak!" alibi Angga.

Adit langsung menendang punggung Angga.

"Jelasin yang bener! Apa loe mau patah tulang?!" ancam Adit.

Angga langsung bergidik ngeri dengan ancaman Adit. Wajah dan perutnya menjadi korban. Angga lebih baik mengungkapkan semuanya ketimbang harus mengalami patah tulang di usia yang masih muda ini.

Cacha memandang bingung kedua laki laki di depannya ini tapi Cacha akui Adit lebih menakutkan ketimbang Angga dan Cacha akui Adit lebih menarik perhatiannya.

Keadaan mereka tak terbilang baik. Kedua kerah mereka saling terbuka. Apalagi Angga yang wajahnya berpadu merah dan biru. Adit tak terlalu terluka tapi sudut bibir Adit membiru seperti luka yang tak terawat.

Angga menjelaskan semuanya dengan terbata bata tetapi semuanya masih terdengar jelas.

".. maafin gue Cha. Maaf..." lanjut Angga.

Penjelasan Angga membuat cinta yang tersisa dalam hati Cacha menghilang.

Cacha yakin bahwa dalam hatinya tak menyimpan perasaan apapun pada Angga.

Cacha tak ingin melihat wajah seseorang yang telah merendahkannya ini.

"Pergi loe dari sini!" cela Cacha dengan nada tinggi.

"Maafin gu-"

Sebelum Angga menyelesaikan permintaan maafnya, Cacha memotong ucapan Angga dengan nada tinggi. "PERGI!"

Angga yang memahami bahwa posisinya yang salah pun mencoba berdiri dan meninggalkan taman belakang.

Setelah Angga pergi meninggalkannya, Adit langsung meraih Cacha dalam dekapannya.

Geng Macan dan Geng Degan yang mengetahui ini privasi Cacha dan Adit pun meninggalkan mereka berdua.

Tapi tenang saja, mereka masih bisa mengintip di balik tanaman dan pepohonan.

Cacha membalas pelukan yang diberikan Adit.

Cacha mengeluarkan semua beban yang ada dalam hatinya dan pikirannya.

Cacha tidak menyangka bahwa seseorang yang tidak bisa dilupakannya bertahun tahun malah merendahkannya begitu saja.

Dan seseorang yang telah ia tampar dan berkata yang tidak sepantasnya malah menyelesaikan semua masalahnya.

"Keluarin semua beban loe, Cha." pinta Adit pelan.

Cacha semakin terisak dalam pelukan Adit. Cacha semakin bersalah pada Adit.

"Maafin gue, Dit.. maaf..."

Adit merasa bahwa Cacha adalah korban dan Cacha tidak pantas meminta maaf padanya.

"Loe enggak pantes minta maaf Cha. Gue yang seharusnya minta maaf sama loe. Gue seharusnya mengawasi loe dari orang kayak gitu."

Cacha meyakinkan hatinya. Cacha harus membalas semua kebaikan Adit dengan caranya sendiri.

Pernyataan Cacha mampu membuat siapapun terdiam termasuk geng Macan dan geng Degan yang tengah bersembunyi. Sedangkan Adit terdiam membisu tapi tidak dengan hatinya yang berdebaran.

"Gue juga sayang sama loe, Dit."

~ BLS ~

Brondong Love Story✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang