34. KILAS BALIK

26 2 0
                                    

Selain berbakat
menjadi sahabat laknat,
mereka juga berbakat
menjadi sahabat gesrek
- Camila Anastasia -

~ BLS ~


Mila terpaksa bangun dari tempat tidurnya karena ketukan pintu yang tidak berhenti itu.

"Aduh siapa sih?! Iya iya bentar! Ini lagi otw ke pintu!"

Mila membuka pintu dan tak melihat siapapun namun saat Mila melangkah keluar, Mila tersandung dan membuatnya jatuh di atas lantai teras rumahnya.

Mila segera bangun dan membersihkan piyama-nya lalu mencari penyebab dirinya terjatuh.

Mila menemukan sekotak kardus yang berukuran sedang lalu mengambilnya dan menoleh ke arah sekitar.

Mila tidak menemukan siapapun dan akhirnya Mila masuk dalam rumahnya sambil membawa kardus tersebut.

Untuk Kak Mila
Makasih ya..
Udah bantuin aku
Untuk bikin Proposal
D. A.

Sebuah senyuman terbit di bibir Mila setelah membaca kertas diatas kardus tersebut.

Mila membuka kardus tersebut dan betapa bahagianya melihat isi kardus tersebut. "ARRGHH! BT DUA SATU!! ADA TATA!! MANG!! VAN!! KESAYANGANKU, KOOKIE!! LUCU BANGET KOOKIE!!"

Mila mengambil satu persatu boneka tersebut lalu menyusun di atas tempat tidurnya.

Mila memandang rumah di depannya sembari bergumam. "Makasih ya Dimas.. gue suka hadiah dari loe..."

Mila kembali ke tempat tidurnya sambil memeluk boneka baru kesayangannya, Kookie. "Kookie, selamat malam untuk kamu dan juga untuk Dimas."

~ BLS ~


Sepanjang koridor melangkah menuju kelas, Mila tetap tersenyum untuk menyapa adik kelas, teman sekelasnya dan kakak kelas. Mungkin rahangnya akan sakit setelah kebanyakan senyum seperti ini.

Sesampainya dalam kelas, Mila langsung membawa Rilis dan Cacha dalam pelukan mereka.

"RILIIISS CININTAAA!! SASHAAA ALEIDITAAA!!"

"APAAN SIH LOE?! PAGI PAGI UDAH TERIAK TERIAK!!" teriak Rilis yang mengalahkan teriakan Mila.

Kalo Rilis udah teriak jangankan satu kelas, sebelah kelas pun kedengaran bahkan ruang guru yang berada di lantai bawah juga kedengaran.

"Loe juga teriak, Lis!" sahut Cacha dengan nada datar.

Mila melepaskan pelukan dengan sahabatnya tersebut diikuti celetukan Cacha "Eh loe habis mimpi sama si Dimas ye! Ceritain dong!"

Dimas lagi, Dimas lagi. Bisa enggak sih Mila tidak mendengarkan nama tutup botol itu. "Udah ah enggak usah dibahas, eneg gue. Lebih baik membahas gue yang habis dapet boneka Kookie."

Mila menceritakan kejadian di rumahnya bersama Dimas dan bukannya mendapat respon yang baik malah dapat toyoran gratis dari Cacha.

"Katanya loe enggak mau bahas Dimas tapi sekarang bahas Dimas! Gue geprek ya boneka loe!" sela Cacha.

Begitulah Mila, bosan mendengar nama Dimas eh malah sekarang menceritakan segala hal yang berkaitan dengan Dimas, tapi ini ada hubungannya dengan boneka kesayangannya.

Mila hanya menunjukkan wajah tanpa dosanya pada Cacha lalu menanyakan sesuatu pada sahabat laknatnya. "Tapi, gue mau cerita sama loe pada. Entah kenapa gue akhir akhir ini ngerasain aliran yang sama kayak orang jatuh cinta ya?"

Rilis dan Cacha saling memandang satu sama lain. Mereka hanya diam, tak tahu harus berbicara apa. Mereka tahu bahwa Mila bukan sosok yang mudah terbawa perasaan seperti ini.

Mereka ingat bagaimana Mila dan Dimas selalu mengisi hari mereka dengan perdebatan dan pertengkaran kecil yang mungkin saja berawal dari benci menjadi cinta.

Tapi hanya satu orang yang pernah membuat hati Mila terbawa perasaan, Septian Bastama.

~ BLS ~

Dua jam terakhir adalah dua jam kosong bagi kelas Mila dan itu membuat ia ingin melanjutkan merevisi Proposal, tapi Mila juga ingat bahwa laptop dan peralatan lainnya berada pada Dimas.

Knock Knock!

Pintu kelas Mila diketuk dan salah satu teman sekelas Mila membuka pintu tersebut, "MILAAA!! DICARIIN NIH!!"

Seluruh atensi kelas berpusat pada Mila yang tengah menuju pintu kelas.

Mila membuka pintu kelas dan menemukan Dimas yang berdiri dengan tas laptop di tangan kirinya.

"Aku lagi jamkos nih, Kak, gimana kalo kita ngerjain ini? Kak Mila juga jamkos kan?"

Mila menganggukkan kepalanya, "Iya. Sebentar, gue mau ngomong sama sahabat gue."

Mila berbalik ke dalam kelasnya dan berteriak. "GUE MAU KE PERPUS!! KALO LOE SEMUA MAU PULANG, PULANG AJA!!"

Rilis, Cacha, Fina, Hana dan Wulan memberikan jempol mereka pada Mila.

Mila yang mengerti pun keluar meninggalkan kelasnya namun sebelum keluar dari kelas, Mila dapat mendengar teriakan sahabatnya.

"GOOD LUCK, MILAAA!!"

"PULANG PULANG DAPET PEJE!!"

"SIKAT TERUS MILA SAYANG!!"

"INGET ADA SISITIPI MIL!! JANGAN MACEM MACEM"

"ALLAH MAHA MELIHAT MIL!!"

Mila menutup pintu kelasnya dan mengumpati mereka, "Dasar bocah gendeng!"

Bel pulang sekolah berbunyi bersamaan dengan mereka yang menyerahkan Proposal pada Pembina ekskul.

Setelah selesai menandatangani, pembina tersebut bertanya yang tersirat nada menggoda, "Loh Septian mana, Mil?!"

Mila memutar bola matanya malas, persetan dengan jabatannya. Dia cuma malas menanggapi pertanyaan tentang dirinya yang selalu dikaitkan dengan Septian.

Tenang saja, Dimas tahu kilas balik Mila dan Septian.

Iya, saat masih menginjak kelas satu, Mila dan Septian selalu bekerja sama untuk mencapai kesuksesan sebuah acara sekolah

Mila yang menjabat sebagai Wakil Ketua Osis dan Septian yang saat itu menjabat sebagai Wakil Ketua MPK. Pembina Ekskul ini dulunya adalah Waka Kesiswaan sekolah.

Mila dan Septian itu perpaduan yang serasi bahkan banyak desas desus yang mengatakan mereka mempunyai hubungan istimewa.

Pada nyatanya, Septian yang lebih dulu menjatuhkan hatinya pada Mila dan Mila juga mempunyai perasaan untuk Septian namun Mila memilih fokus untuk menjadi Wakil Ketua Osis yang baik.

Tapi Mila bukannya bisa fokus malah diselimuti rasa bersalah pada Septian padahal Septian mempunyai perempuan cadangan lainnya.

Memang Mila tak mencintai Septian hanya saja jika teringat sosok Septian, Mila merasa kembali ke masa lalu saat dirinya dengan Septian.

~ BLS ~

Untuk yang bingung, jadi sewaktu Mila kelas satu, Ketua Osisnya si Farel lah Wakil Ketua Osisnya si Mila

Untuk sekarang Wakil Ketua Osisnya si Hanif dan Ketua Osisnya... rahasia

Brondong Love Story✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang