Be-lum Kak,
kan aku kesini
untuk minta bantuan
Kak Mila.
- Dimas Aditama -~ BLS ~
Melihat perdebatan antara kakaknya dan tetangganya membuat Dania menghampiri kakaknya setelah tetangganya itu pergi dari hadapan kakaknya.
"Eh Kak Mila, itu ngapa diusir si pacar loe!" celetuk Dania.
"Dania, si tutup botol itu disini minta bantuan gue! Lagian dia bukan pacar gue!" balas Mila kesal. Jangan sampai adiknya ini membuat suasana hatinya semakin buruk.
Dania enggak habis pikir sama kakaknya, kenapa cowok setampan Dimas dipanggil tutup botol.
Dimas itu cowok pertama yang dijutekin sama kakaknya dan bikin kakaknya kesal setengah mati.
Iya, karena kakaknya itu pasti bakal ramah sama siapapun. Dari cowok yang langganan masuk BK sampai langganan masjid juga bakal dibaikin sama Mila. Selama mereka enggak nyenggol apapun yang dia suka, Mila enggak masalah.
Entah kenapa Dania terpikirkan tentang jabatan untuk menakuti kakaknya itu.
"Eh loe kalo ngomong jangan gitu, misalnya jabatan loe diturunkan gimana?!"
Lah, kalo ini bener juga!
Bisa jadi Dimas menceritakannya ke semua orang dan semua orang ingin menurunkan jabatannya.
"Adik gue pinter banget sih kayak Kakaknya. Lah sebagai Adik yang baik, tolong beliin martabak manis untuk suguhan Dimas supaya dia enggak jadi nurunin jabatan gue," pinta Mila dengan tersenyum sarkas lalu mendorong Dania untuk keluar dari rumah.
"Benci berujung cinta loh! Awas aja kalo loe sampe suka sama Kak Dimas!" sahut Dania menggoda Mila membuat Mila yang suasana hatinya buruk memutuskan ide yang agak buruk.
"Kalo gue suka sama si tutup botol, semua cokelat putih dalam kulkas punya gue bakal jadi milik loe, gimana?"
Mila mengulurkan tangannya pada Dania untuk berjabat tangan saling memenuhi kesepakatan.
"Deal!" teriak Mila dan Dania bersamaan.
"Gue doain Kak Mila yang punya stok cokelat putih terbanyak di kulkas bisa jadian sama musuh kesayangannya!" Mila membuyarkan Dania yang mendoakannya. Gini-gini Mila juga takut kalo doa Dania bakal dikabulkan.
"Udah ah! Cepetan loe beliin gue martabak deh!" usir Mila pada adiknya yang bertubuh bongsor dan lebih tinggi pada dirinya.
Tok tok
Mila bisa menebak seseorang yang mengetuk pintu rumahnya.
Dengan nada kesal, Mila menyahut. "Apaan lagi sih Daniaaa?!"
Mila menghela napas kesal lalu menyerukan. "Uangnya kan udah gue kasih! Cepet sana!"
"Kak Mila," panggil Dimas pelan.
Suara pelan itu mengalun di telinga Mila membuat Mila menyadari bahwa pemilik suara itu bukan Dania melainkan Dimas.
Mila berbalik dan mempersilakan Dimas dengan terbata bata. "I-iya ma-masuk."
Dimas yang mengetahui nada bicara Mila pun melewati Mila sambil membungkukkan badannya lalu duduk di sofa samping Mila.
Dimas kayak gitu bukan lebih ke sopan tapi lebih ke takut.
Gimana kalo Mila mengeluarkan kata sarkastiknya lalu tiba tiba menerkamnya?
Dimas mengeluarkan peralatan dari dalam tas yang dibawanya.
Dimas menunjukkan laptopnya yang berisi dokumen Proposal tahun lalu.
Mila melihat dengan teliti dan bertanya pada Dimas. "Ini banyak yang harus direvisi. Apa kamu udah buat salinannya?"
"Be-lum Kak, kan aku kesini untuk minta bantuan Kak Mila." jawab Dimas pelan.
Sekali lagi, Dimas takut.
"Iya udah, ayo dikerjain." seru Mila dengan nada biasa.
Dimas menghela napas lega. Untung saja Mila tak marah atau kesal.
Mengubah dan menyempurnakan sebuah Proposal membutuhkan waktu yang lama dan tak semudah copy-paste saja.
Mereka harus cermat, teliti dan cepat untuk mengerjakan Proposal apalagi waktu mereka tidak singkat.
"Itu harusnya pake Font Times New Roman."
"Itu harusnya pake Italic bukan Bold!"
"Itu pake huruf kapital!"
Dan banyak lagi celoteh dari seorang Camila Anastasia.
Bukannya Dimas risih atau kesal atau marah, justru Dimas bahagia Mila menjadi teliti dan cermat seperti ini.
Dimas pikir Mila pasti tidak ingin dirinya melakukan kesalahan.
Lagipula celoteh Mila, kesalnya Mila, marahnya Mila adalah candu bagi Dimas.
Dan kejadian ini semakin membuat Dimas jatuh cinta dengan Mila, ralat Dimas sangat mencintai Mila.
Mila yang menyadari Dimas yang diam pun mengalihkan pandangan pada Dimas yang tengah tersenyum senyum sendiri.
Mila menggebrak meja dan mampu membuat Dimas terkejut dan terbuyarkan dari lamunannya.
"Ngapain loe ketawa sendiri?! Cepet selesain!" seru Mila dengan nada tinggi.
"E-eh iy-iya Kak, maaf." jawab Dimas dengan terbata bata dan tak berani memandang Mila.
Entah kenapa melihat Dimas seperti ini membuat hati Mila tersentuh.
Mila menyalahkan dirinya karena telah membuat Dimas menjadi berkecil hati seperti ini.
Seharusnya Mila memberi motivasi atau penyemangat bagi Dimas agar Dimas bisa menjadi generasi penerus yang baik.
Mila juga harus memberi tuturan atau bisa membagi pengalamannya sewaktu menjadi Ketua Pelaksana.
Mulai saat ini, Mila mulai melupakan rasa kesalnya pada Dimas dan memperlakukannya sebagai adik kelas bukan musuh.
"Dimas, semangat ya."
Tiga kata singkat dari Mila membuat Dimas menatap Mila dan bibirnya melekuk untuk Mila yang juga tersenyum padanya.
Senyuman diantara kedua insan ini menciptakan suatu aliran yang membuat hati keduanya bergetar.
Sampai getaran mereka terhenti karena teriakan seseorang.
"ASSALAMUALAIKUM!! DANIA ANASTASIA PULANG!!"
Mila dan Dimas saling menutup telinga mereka.
Mila sendiri bingung, padahal dirinya tidak terlalu suka teriak teriak.
Mungkin Dania sering berkumpul dengan Rilis yang menularkan virus barbar.
Dania langsung meletakkan dua kotak martabak manis di samping laptop milik Dimas.
"Hai Kak Dimas! Jagain Kak Mila ya kalo Kak Dimas enggak kuat dengan amarahnya Kak Mila boleh melambaikan tangan kok," ujar Dania yang langsung kabur meninggalkan Dimas dan Mila.
Karena Dania yakin setelah ini, kakaknya pasti meneriakkan namanya.
"DANIA ANASTASIA!!"
Tuh kan, benar.
~ BLS ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong Love Story✔️
Humor[Karya pernah di unpub di akun yang berbeda, lalu di publish kembali di akun ini] Semua ini cuma gegara karma doang! Gue enggak suka sama tuh adek kelas! ~ Rilis Cininta Eh, loe kalo mau ngambil buku tuh ngeliat dulu dong! ~ Sasha Aleidita Aduh...