Ketika matahari mulai berpindah peraduan, di situlah lampu-lampu seoul mulai bergemelap,cahayanya menghalangi bintang-bintang yang juga ingin bersinar.
Melalu jendela kaca yang lebarnya, Ji hwa menatap keindahan seoul malam ini. Entah sudah berapa banyak keinginannya untuk mendatangi kota yang terkenal dengan para Idolnya ini, dan saat ini keinginannya sudah terwujud.
Ini benar-benar tak seperti mimpi. Semuanya nyata, layaknya sebuah keajaiban.
"Hah..Nam gyu ri indah sekali dunia mu" hela Ji hwa. Ia terus menatap gedung-gedung tinggi itu dengan tersenyum hingga lagi-lagi suara ketukan di kamar mengintruksinya.
Ia tak buru-buru kembali, hanya membalik tubuhnya menunggu siapa yang akan muncul kali ini.
"Bagaimana keadaan mu?" tanya Woo jin tanpa ekpresi khawatir sedikit pun tidak seperti Hyo joon.
"Emm.. Good"
Woo jin mengangguk, jujur saja menanyakan kabar hanyalah salah satu pertanyaan basa-basinya bukankah terlalu jahat jika Ia sebagai suami tidak menanyai kabar Istrinya.
"Hyo Joon pasti mengurus mu dengan baik, aku datang untuk memberikan ini" ucap Woo Jin dan meletakan beberapa berkas.
"Oh.."
"Orang tua ku mungkin akan datang menemui mu besok."
"Orang tua mu? Untuk apa?"
"Mereka mendengar kabar kecelakaan mu dan.." ucap Woo Jin yang kemudian terintrupsi oleh suara ribut dari seorang wanita paruh baya yang datang bersama seorang pria.
"Omo..omo..putri kesayangan ku.." ucap wanita itu dan langsung saja memeluk Ji hwa.
"Mana yang sakit? Apa kita perlu ke luar negeri? Eomma benar-benar terkejut waktu mendengar kabar mu dari Jae hoon. Eomma dan appa langsung mencari penerbangan saat itu juga. Euhmm kasian sekali putri cantik ku"
Terkesiap, begitulah reaksi Ji Hwa saat ini. Ini pertama kalinya Ia merasa begitu di khwatirkan. Bahkan tanpa Ji hwa sadari air matanya terjatuh begitu saja dan hal itu di saksikan oleh woo jin . Ia mengenal Ji hwa sangat lama, bahkan sejak Ji hwa lahir. Tapi baru kali ini Ia merasa Ji hwa tak seperti yang di kenalnya. Tepatnya kejadian tadi pagi pun mengaggetkannya. Ia sungguh tau Hyo Joon lah yang di sukai oleh Ji hwa, begitupun hyo joon. Hanya saja mereka datang dari dua dunia berbeda, Hyo Joon hanyalah anak dari seketaris pribadi ayah Ji hwa bahkan semua biaya sekolah hyo joon di sponsori oleh ayah Ji hwa.
"Sayang.. Kenapa? Ada apa? Bagianmana yang sakit hmm? Kita keluar negeri saja ya, jerman bagaimana? "
Ji hwa tersenyum dengan lembut dan hangat.
"Aku baik-baik saja Eomma.. Hanya luka di bagian ini" jawab Ji hwa dan menunjukan lukanya.Namun reaksi ibu Ji hwa di luar dugaan. Karna bagi Ibu Ji hwa itu bukan luka kecil.
"Bagaimana ini, kamu akan mendapatkan masalah karna luka itu, apakah jaitannya akan berbekas?" tanya Ibu Ji Hwa yang kini menoleh ke arah suaminya dan juga menantunya.
Woo jin mengangguk,
"Omo... Malang sekali putri ku" ucap Ibu Ji hwa dengan histerisnya.
"Sayang, kalau orang lain melihat mu seperti ini maka mereka akan berfikir hanya kamu yang mempunyai putri di dunia ini" ucap Ayah Ji hwa yang langsung mendapatkan pukulan dari istri.
"Ya! Memang kenapa kalau khawatir dengan putri ku? Anak-anak ku itu lebih berharga dari apapun. Mereka itu adalah harta karunnya korea!"
"Baiklah..baiklah Ji hwa bisa melakukan bedah plastik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Uninterrupted Dream (A Perfect way to introduce preposterous love)
Fantasy"Terkadang mereka yang tak menangis bukan karna mereka tak susah atau tak terluka. Tetapi karna mereka sadar, air matanya tak memiliki kekuatan untuk dapat dihargai. Sehingga meski semua terasa melelahkan dan menyakitkan mereka tetap memilih untuk...