Dua puluh lima

973 148 11
                                    

Ji hwa sudah kembali ke kamarnya. Ia duduk di atas kasur dengan meneluk kakinya, memperhatikan Jae hoon yang menyusun makan malam di atas meja yang terpasang di kasurnya.

"Makanan mu sudah dingin jadi aku minta yang baru, makanlah" ucap Jae hoon.

Ji hwa masih menekuk wajahnya, rasanya sulit sekali untuk menelan apapun saat ini.

"Apapun masalah noona, noona hanya bisa melewatinya jika Noona tetap hidup." ucap Jae hoon yang duduk di hadapan Ji hwa. Ia mengulurkan sendok pada Ji hwa.

Ucapan Jae hoon tak salah, apapun yang terjadi Ia memang harus hidup. Ji hwa pun mulai memakan makananya meski sangat sedikit dan dengan gerakan malas.

"Noona... Kau tau kan sejak kecil aku kesal sekali dengan mu. Sebagai kaka kau sangat kejam pada ku, meski aku sering sekali mengatai dan menyumpahi mu. Aku tidak suka melihat mu seperti ini. Kembalilah menjadi noona ku yang seperti biasanya. Marah atau pukul sajalah aku." ucap Jae hoon yang tak tahan melihat tingkah Ji hwa yang seperti ini.

"Aku tidak punya tenaga melakukan itu."

"Karna itu kembalilah menjadi Han Ji Hwa!" pekik Jae hoon.

Ji hwa mengangkat kepalanya menatap Jae hoon.

"Intimidasi saja semua orang yang ada di dekat mu! Lakukan seperti yang biasa kamu lakukan. Ish.. Kau bahkan bukan pemeran antagonis dalam sebuah cerita kenapa harus bersikap lemah dan cengen hah?"

Ji hwa masih terus menatap Jae hoon yang terlihat sangat kesal. "Lakukan apa saja pada orang yang menyulitkan mu.. Perlakukan mereka semau mu. Jadilah seperti Ji hwa yang dulu saja. "

"Apa kamu suka sekali melihat ku menjadi orang jahat?"

"Paling tidak itu membuat ku tidak perlu mengkhawatirkan mu! Aku bahkan merasa sedang menjadi seorang kakak. Kamu terus saja terlihat lemah, terluka dan menyedihkan.  Aku tidak peduli jika itu orang lain, tapi mana mungkin aku bisa diam saja jika itu adalah kamu." ucap Jae hoon

Bibir Ji hwa tersenyum tipis. Entah mengapa Ia merasa terhibur dengan ucapan Jae hoon.

"Aku tidak pernah terbiasa melakukan ini. Sejak dulu kamu selalu bisa melakukan banyak hal sendiri. Aku tidak pernah di latih untuk menjaga mu, jadi tolong jangan seperti ini. Ini membuat ku takut" ucap Jae hoon

"Takut?"

"Iya bodoh! Aku takut! Aku takut tidak bisa menjaga mu dengan baik sebagai adik mu. Jadi tolong tetaplah menjadi Han Ji hwa, cuma kamu yang paling baik melindungi diri mu sendiri." ucap Jae hoon dan berdiri dari duduknya.

Kepala Ji hwa mendongak menatap sang adik. Bahkan di matanya saat ini,  pria itu benar-benar seperti adiknya bukan lagi Oh sehun si bayi beruang yang Ia idolakan.

"Ahh.. Ngga tau ..terserah kau saja. Aku harus kerja. " ucap Jae hoon dan meninggalkan Ji hwa.

Melihat jae hoon yang seperti itu membuat Ji hwa bahagia sekaligus terluka dalam waktu yang bersamaan. Bagaimana Ia akan siap kembali ke dunia nanti jika sudah waktunya. Meninggalkan semua mimpi panjang ini.

Ji hwa melanjutkan makannya, Ia bisa merasakan semua makanan itu. Ia juga bisa menyentuh, bisa merasa lapar dan juga kenyang. Semuanya sangat nyata tapi kenapa ia tetap tau bahwa ini tak benar-benar terjadi.

"Kamu baru memakan makan malam mu?"

Ji hwa sedikit terkejut mendengar suara yang Ia kenali itu. Suara yang tadi memarahinya.

Hyo joon meletakan plastik berisi makanan di atas meja makan Ji hwa. "Makanan rumah sakit tidak enak kan? "

Ji hwa menganggukan kepalanya.

Uninterrupted Dream (A Perfect way to introduce preposterous love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang